ACDP - Bab 2

644 187 115
                                    

(Terlambat bersama Pangeran)

🌹🌹🌹

Jam tepat menunjukkan pukul 07.15 saat aku sudah berada di depan gerbang SMA Garda Pertiwi. Mataku memandang sekeliling sekolah yang cukup sepi sekarang. Tidak ada satu orangpun yang terlihat dari dalam gerbang itu.

Sial! Aku terlambat! Aku merutuk diri sendiri, karena tidak biasannya melakukan hal sebodoh ini. Maksudku, terlambat ke sekolah hanya karena bangun kesiangan. Itu sih semua orang juga pasti pernah melakukannya!

Lagipula ini hanya terlambat 15 menit dan aku punya alasan yang jelas untuk itu. Cukup klasik sih, tentang bokongku yang masih sakit akibat terjatuh beberapa hari lalu.

Yah, daripada terus menyalahkan diri sendiri karena memang benar itu kesalahanku sepenuhnya. Lebih baik memutar otak, mencoba berpikir bagaimana caranya agar bisa masuk ke dalam sana tanpa keributan sedikitpun.

Jika di telusuri, SMA Garda Pertiwi bisa di kategorikan kedalam sekolah elit. Meski termasuk sekolah swasta dengan biaya yang cukup menguras dompet,  tapi sekolah ini sudah menghasilkan beberapa alumni sukses yang tidak bisa kujelaskan satu per satu.

Mungkin karena terlalu elit, ada yang aku sesali dari SMA Garda Pertiwi saat ini. Di sini tidak ada yang namanya lubang tembok besar yang biasa di gunakaan murid-murid untuk memasuki sekolah, tidak ada pohon yang dekat sekali dengan tembok untuk di panjat, bahkan temboknya sendiri tinggi menjulang dengan kawat di setiap sisinya.

Dasar tembok, untung dia tembok kalau bukan udah aku potong-potong bahkan ku cincang sampai halus.

Huh, pagi-pagi bikin kesal saja.

Satu-satunya cara masuk ke dalam sekolah ini adalah lewat gerbang depan. Dan disinilah aku, berdiri sambil meneriaki Pak Satpam yang mungkin mengenalku dan memberi izin untuk masuk.

"Pak, Pak Antio buka gerbangnya dong saya mau masuk." Tidak ada sahutan sama sekali.

"Pak Antio, buka dong gerbangnya." Mataku melirik ke dalam gerbang, lebih tepatnya ke sebuah ruangan tempat Pak Antio biasa berjaga.

Setelah menunggu lebih dari 5 menit, aku jadi bingung apakah bisa bernapas lega atau malah sebaliknya. Pasalnya orang yang keluar dari ruangan itu bukanlah Pak Antio, melainkan seorang satpam yang baru kali ini aku lihat.

"Aduh maaf Dek, kamu gak bisa masuk," kata satpam baru itu.

Apa katanya tadi? Dek? Apakah aku kelihatan sangat kecil, hingga harus di panggil 'Dek'. Ingin sekali aku tertawa saat itu juga. Tapi kutahan karena sejujurnya tidak ada yang lucu dari panggilan itu. Mungkin aku hanya sedikit heran dan asing mendengar panggilan tersebut. Karena Pak Antio biasa memanggil sebutan nama untuk para siswa di sekolah ini.

Tapi, jika ada Rachel dan Vanessa, pasti mereka duluan lah yang akan tertawa di sini. Berhubung mereka berdua kemungkinan tengah duduk manis di kelas, ya sudah apa boleh buat.

Ku tatap mata satpam itu dalam-dalam. Hei, jangan salah sangka loh, aku cuma menatapnya untuk bertanya kok.

"Pak Antio kemana? Kok jadi ada bapak?"

"Pak Antio?" Satpam itu tampak sedikit bingung. Aku jadi curiga kalo dia adalah satpam gadungan. "Ohh iya iya, Pak Antio satpam lama ya. Dia lagi ngambil cuti, istrinya sedang melahirkan di kampung jadi dia harus pulang dan saya yang menggantikannya. Nama saya Justin, adek bisa panggil saya Pak Just, oke."

Aku hanya bisa menyengir kuda saat satpam itu memperkenalkan dirinya, padahal aku gak bertanya sama sekali. Tapi sudahlah itu tidak penting sekarang.

Antara Cinta Dan PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang