Chapter 1

1.3K 96 2
                                    

"Selamat datang di keluarga Seijuro."





Sambutan hangat yang tak pernah ku lupakan

Saat itu aku berumur 12 tahun, kedua orang tuaku bercerai, karena aku dekat dengan ibuku, maka aku memutuskan untuk mengikutinya, hingga satu waktu, ibuku tak sanggup menghidupiku lagi, dan segala sesuatunya menjadi kacau.

Hidupku begitu gelap selama beberapa tahun, aku tak bisa merasakan kehangatan ibuku seperti saat keluarga kami masih utuh dan harmonis, sekarang keluargaku sudah seperti pecahan kaca, entah apa masih pantas disebut keluarga?

Aku jarang berbicara dengan ibuku, aktivitas yang ku lakukan selama hidupku hanyalah sebagai formalitas dan itu membosankan. Semua berlalu begitu saja, saat ibuku memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang pria duda yang sama-sama senasib seperti ibuku, yaitu mengurus satu anak. Awalnya aku tidak setuju, tapi saat ku lihat ukiran senyum yang sudah lama ibuku tak tampakan lagi di depanku, aku memutuskan untuk menjalankan sesuai keinginannya.



Dan itu berhasil.



Aku begitu nyaman dan akrab dengan keluarga baruku, keluarga Seijuro. Dan tak ku sangka aku memiliki seorang kakak tiri yang diluar ekspetasiku, namanya...

"Kuroko, berhentilah bermain-main di kamarmu, cepat turun karena okaasama sudah mempersiapkan makan."

"Ya, satu menit, nii-san."

Aku bangun dari posisi malas-malasanku dan dengan cepat menuruni anak tangga untuk segera berkumpul di meja makan.

Ku serbu makanan yang telah disediakan ibuku. Sebenarnya hampir satu tahun sejak keluarga Tetsuya mengganti nama menjadi keluarga Seijuro. Tapi, aku tetap ingin memakai nama Tetsuya sebagai nama belakangku, karena apapun yang terjadi sebelumnya, aku tetaplah anak dari seorang ayah bermarga Tetsuya.

"Kuroko.. Akashi... otousan dan okaasan ingin menyampaikan suatu hal." tiba-tiba saja ibuku membuat suasana menjadi serius.

"Ada apa, okaasama?"

Kakak tiriku yang terlebih dahulu merespon, keluarga Seijuro memang keluarga yang bermartabat, lebih tepatnya formal dan kaku, panggilan sama adalah semacam kewajiban. Walau ibuku tidak terlalu bermasalah akan hal itu dan lebih senang jika dipanggil san. Keluarga yang begitu kaku, namun Akashi nii-san begitu cepat akur denganku, bahkan kami benar-benar sudah seperti saudara kandung, itulah mengapa aku begitu betah dan bersyukur memiliki keluarga sepertinya.

"Kami akan pergi berlibur selama satu bulan, okaasan berharap kalian bisa akur selama kami pergi."

"Betul sekali, otousan juga berharap begitu. Dan sepertinya tak perlu kuatir, karena kalian berdua.. Akashi.. Kuroko.. sangat akrab bukan?"

Kami semua tertawa kecil, dan saat itu juga Akashi nii-san merangkulku dan tersenyum padaku. Perasaan apa ini?

Perasaan yang begitu diluar ekspetasi, inikah rasanya kembali memiliki keluarga yang harmonis? dan memiliki seorang kakak?



Sejak saat itu, aku dan Akashi nii-san benar-benar semakin dekat, bahkan saat kedua orang tua kami sedang pergi, aku dan Akashi nii-san tak pernah berselisih, aku bisa merasakan kehangatan dari dirinya. Jarang sekali dijumpai dua saudara laki-laki yang akrab satu sama lain.

"Kuroko, aku sudah menyiapkan teh, sebaiknya kau berhenti membaca buku anehmu itu."

"Baik, nii-san."

Aku pun menuju meja makan dan menemui Akashi nii-san yang tengah duduk sambil meminum teh buatannya.

"Aku sudah mengatakan pada otousama, kalau nanti kau akan bersekolah di sekolah yang sama denganku."

The Dark SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang