"Kau berada di keluarga seorang pengkhianat, Kuroko."
Untuk pertama kalinya, aku menyesal menemui ayahku, bukan karena melihatnya, aku hanya merasa tidak nyaman dengan situasi seperti ini. Wajah ayahku berubah menjadi lebih garang, tatapannya sangat datar dan dingin, nada bicaranya seperti seseorang yang haus akan dendam.
"Aku tidak mengerti. Bukankah Masaomi-san adalah teman lama otousan? mengapa otousan menyebutnya pengkhianat?"
Satu hal yang sempat terlupakan dariku, bahwa ayahku bisa melakukan apa saja yang tak terduga saat ia sedang marah. Dengan begitu saja, ia mengambil gelas yang ia letakkan di meja, lalu melemparnya hingga mengenai tembok dan pecah berantakan. Dan detik ini juga, aku bersumpah untuk tidak banyak bertanya padanya.
"Ia merebut ibumu dari otousan, dan sebelumnya ia juga merebut Shiori dari otousan. Bisa kau bayangkan? hal seperti ini sudah jelas dapat merusak pertemanan yang sudah terpupuk sejak lama."
Shiori-san? ibu Akashi-kun? ada hubungan apa ia dengan otousan?
"Sebelum menikah dengan ibumu, otousan pernah memiliki hubungan khusus dengan ibu kakak tirimu itu. Kami sudah menjalin hubungan sejak kami masih duduk di bangku SMA, tapi siapa sangka ia bermain dibelakang otousan dengan pria lain, yang adalah teman baik otousan sendiri. Yang paling membuat otousan marah ialah, Masaomi tidak pernah jujur pada otousan. Ia berlagak seolah mendukung hubungan kami dan selalu memberi masukan-masukan, tapi tak disangka-sangka, ia adalah seorang pengkhianat yang berani merebut orang yang otousan cintai."
Ingin sekali aku berkomentar, tapi melihat aksi ayahku yang tadi itu, sudah cukup keras untuk membungkam mulutku untuk tidak berbicara.
"Hingga, akhirnya mereka pun menikah. Kau tahu apa yang otousan rasakan, Kuroko? rasanya seperti ditusuk 100 belati secara bersamaan, sangat menyakitkan."
Salah satu hal lagi yang sempat terlupakan olehku, ayahku memiliki sindrom bipolar disorder, atau dapat disebut sebagai jenis penyakit psikologi, ditandai dengan perubahan alam perasaan yang sangat ekstrim. Sewaktu-waktu ia bisa begitu bahagia, tapi dalam waktu yang relatif singkat, emosinya bisa saja berubah menjadi begitu depresi dan penuh kesedihan, seperti saat ini. Ia yang sebelumnya ramah, berubah menjadi pemarah yang dapat menghancurkan apa saja di depannya sebagai pelampiasan amarahnya, dan dengan begitu saja ia menangis seolah merasakan kesedihan yang besar.
Aku tidak bilang bahwa ayahku tidak waras, hanya saja, sindromnya ini sangat merugikan disaat emosinya sedang dikuasai oleh amarah, begitulah yang paling dirasakan ibuku saat keluarga kami masih utuh.
"Aku mengerti perasaan otousan." ucapku lembut seraya mengusap punggung ayahku yang masih tertunduk sambil menangis.
"Tapi, percayalah pada otousan, nak. Otousan sungguh-sungguh mencintai okaasan, justru okaasan yang menjadi obat rasa sakit otousan saat itu. Jangan mengira okaasan hanya menjadi pelampiasan sakit hati otousan. Otousan mohon jangan pernah beranggapan seperti itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Side
FanfictionTetsuya Kuroko, sebelumnya hidup dalam keadaan yang tidak beruntung, tapi setelah bergabung dalam keluarga bermartabat tinggi, Seijuro, karena sang ibu menikah lagi, ia memiliki kehidupan yang lebih layak, ditambah keakrabannya dengan kakak tirinya...