Note: ada unsur lemon :v, buat yang belum cukup umur, mohon untuk skip saja bagian tersebut, tapi kalau penasaran, jangan salahin thor Les ya
Suasana begitu kaku, tak ada satu dari kami pun mengubah posisi ataupun berucap, kami semua terkejut dengan kehadiran sosok yang baru beberapa detik lalu mengakui dirinya sebagai ayahku.
Sejak benar-benar bercerai dan memutus komunikasi dengan ibuku, aku bahkan tidak pernah melihat ayahku lagi. Mungkin kejadian itu sudah sangat lama, lebih tepatnya saat aku masih kecil dan lugu, jadi aku tidak terlalu ingat seperti apa wajah ayahku, ia pun mengubah gaya rambutnya, membuatku semakin tak mengenalinya.
"Apa maksud anda?" dari balik keheningan, Akashi-kun berani berucap.
"Tak ku sangka, putra Masaomi dan Shiori ya? kau memiliki tatapan yang sama dengan ayahmu. Dingin dan menusuk. Tapi, aku yakin hatimu sehangat ibumu."
"Bagaimana anda bisa mengenal kedua orang tuaku?"
"Bisa disebut, kami ini adalah teman lama."
Kalau ayahku adalah teman lama ayah Akashi-kun, mengapa ia bisa dengan mudah membiarkan mantan istrinya (ibuku) menikah dengan pria lain yang adalah temannya sendiri?
"Ano.. aku tidak mengerti." cetusku ragu.
"Gomenne, otousan berusaha keras mencarimu atau setidaknya bisa mengetahui kabarmu, tapi otousan begitu terkejut dengan perubahanmu, butuh waktu untuk sekedar mengenali wajahmu, kau semakin dewasa." katanya begitu memelas.
"Anda sungguh-sungguh adalah ayahku?"
Ia mendekatiku dan memelukku, sesekali ia mengusap rambutku.
Untuk waktu yang tak lama, aku bisa langsung mengenalinya, iya.. ia memang ayahku. Dekapannya yang selalu membuatku nyaman, yang terus memberiku kepekaan bahwa hidupku ini memang berarti dan penuh dengan orang-orang yang mengasihiku, namun, aku sedikit kecewa. Aku kecewa karena ia baru datang disaat aku dihadapi oleh kenyataan yang pahit, dimana ibuku meninggal dan seluruh hidupku berubah menjadi suram.
"Mungkin kau tidak mengenali otousan lagi, tapi sungguh, bagi otousan, kau adalah harta satu-satunya yang tak bisa otousan lepas begitu saja."
Aku berharap ayahku (pada akhirnya aku mengakuinya) bisa menceritakan semuanya dan apa yang terjadi, tapi untuk saat ini, aku lebih baik mengurung harapan itu dan menanti waktu yang tepat.
Ia melepas pelukannya dariku, wajahnya berubah menjadi lebih muram, matanya berlinang air mata, bahkan ia berusaha menahan tangisnya agar tidak tersalur begitu saja.
"Otousan belum bisa menceritakan semuanya sekarang. Yang pasti, otousan senang bisa melihatmu."
"Ehm.. ya, otousan."
"Sekarang otousan harus pergi, kita bisa berbincang di waktu lain, Kuroko. Kalau mau, datanglah ke apartemen otousan di sebelah rumah sakit tempat kita bertemu, apartemenku nomor 14. Kau bisa datang kapan saja, nak."
Sekali aku mengangguk tanda setuju. Dan akhirnya ayahku pergi begitu saja meninggalkan kami yang masih dalam keadaan terkejut.
Sesaat setelah ayahku pergi, setengah jam kemudian teman-temanku pun juga pergi, menyisakan diriku dengan Akashi-kun yang terduduk diam di sofa. Syukurlah, teman-temanku tidak banyak bertanya-tanya soal kejadian tadi, setidaknya mereka tetap mendukungku dan memberiku semangat. Aku yakin, mereka semua mengerti keadaanku sekarang. Hidup memang kompleks.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Side
FanfictionTetsuya Kuroko, sebelumnya hidup dalam keadaan yang tidak beruntung, tapi setelah bergabung dalam keluarga bermartabat tinggi, Seijuro, karena sang ibu menikah lagi, ia memiliki kehidupan yang lebih layak, ditambah keakrabannya dengan kakak tirinya...