3: laki-laki dan wanita tak dikenal

1.7K 337 18
                                    

Dengan cepat aku berbalik mengikuti laki-laki itu.

Dia siapa?

Bagaimana bisa dia masuk kesini?

"Anda siapa?!'' Aku berteriak.

Namun, laki-laki itu sama sekali tidak menghiraukanku. Ia sibuk melepas jas dan dasinya. Kemudian melemparnya asal ke atas kasur.

''Anda tidak tuli 'kan? Siapa anda?''

"Pencuri!'' Aku tidak tahu mendapat keberanian darimana untuk berteriak sekeras itu.

Dan kini, pandangan setajam elang itu mengunciku, aku tergagap dan ketakutan dalam satu waktu. Aku sontak mundur ketika ditiap langkah yang diambil laki-laki itu membuatnya semakin mendekat ke arahku.

Prang prang prang

Bunyi kaca yang pecah terdengar begitu nyaring membuat laki-laki itu segera berpaling dan berlari keluar. Aku mengikutinya yang berlari ke ruang tengah.

''Apa yang kamu lakukan wanita gila?!" Aku berjingkat kaget mendengarnya  berteriak pada seorang wanita muda yang menangis sambil melempar semua benda di sekitarnya.

Aku hanya membisu menatap semua kekacauan yang terjadi di ruang tengah.

Apa-apaan ini?

Pecahan beling ada dimana-mana, bunga mawar merah yang dulunya menghiasi vas kecil di meja tengah tergeletak begitu saja di lantai, kaca tv retak dan tak jauh dari sana guci yang di beli Tante Lili dari Thailand hancur berkeping-keping.

Semua kekacauan itu masih membuatku termenung hingga suara tamparan yang sangat keras mengalihkan perhatianku.

Disana, aku melihat wanita tadi jatuh tersungkur sambil memegangi pipinya yang memerah, dan sangat mudah bagiku untuk tahu kalau laki-laki yang berdiri menjulang di depannya adalah penyebabnya.

Laki-laki itu menamparnya, sangat keras, dan apapun penyebabnya dia terlihat begitu menyeramkan dengan matanya yang berkilat marah.

Sungguh, aku tidak bisa berkata-kata melihat semua ini. Bahkan Eve yang sedari tadi mengekoriku, hanya diam tak bersuara.

Sejurus kemudian, wanita itu bangun dan langsung berlari ke arah kamar Tante Lili dan tak lama keluar dengan sebuah koper hitam besar di tangannya.

Lagi-lagi aku mendengar laki-laki dan wanita itu saling mencaci-maki. Hingga akhirnya dengan tangis yang masih menyelimutinya, wanita itu berjalan tergesa-gesa menuju pintu dan pergi entah sampai kapan.

Aku mengalihkan pandangan menuju laki-laki itu dan mendapatinya tengah terduduk di sofa sambil mengerang frustasi.

Dan kemudian, aku baru tersadar: bahwa ini bukan sebuah ruangan yang kukenali. Ini bukan ruang tengah Tante Lili.

Bukan, dan ketika aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling, semuanya memang sangat berbeda.

Aku kembali menatap ke arah laki-laki itu dan dia sudah tidak ada disana. Sofa hitam yang didudukinya pun tidak ada, digantikan dengan dinding kokoh yang tertutup kain panjang berwarna coklat.

Perlahan aku mendekat ke arah dinding dan mengulurkan tanganku untuk meraih kain penutup itu.

Srekkk



































Apa yang terjadi?

what happen? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang