part 2(bali)

12.3K 593 11
                                    

Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam, kami sampai di Bali. Begitu turun dari pesawat, segera kami keluar dan menunggu jemputan yang akan membawa kami ke hotel.

Samar-samar kulihat ada seorang pria paruh baya memegang papan nama Indra dan Nissa.

Ah, pasti itu orang dari pihak hotel yang akan menjemput kami.

Indra menggandeng ku dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya menarik koper kami.
Kami menuju pria tadi dengan seulas senyum.

"Anda Pak Putu?" tanya Indra.

"Iya betul. Saya Putu, ini Pak Indra Saputra dengan Ibu Khairunissa, ya?" tanyanya sambil menatap kertas yang diambil dari saku bajunya.

"Iya. Jadi bapak yang akan mengantar kami?" tanya ku ramah.

"Iya. Betul sekali. Saya tour guide untuk Bapak dan Ibu. Mari, kita langsung ke mobil saja. Kita ke hotel dulu," jelas Pak Putu.

                              _____

Saat di dalam mobil aku dan Indra duduk di kursi belakang supir. Menikmati perjalanan kami sampai ke hotel, termasuk wisata tersendiri. Bangunan khas Bali serta ada pemandangan orang-orang yang sembahyang, menjadi daya tarik sendiri bagi turis.

Anehnya aku seperti mendengar iring-iringan musik Bali. Yang biasa untuk mengiringi tari kecak.
Bunyi suara jeritan, 'Cak! cak! cak' seperti itu, juga terdengar samar di telinga. Aku tengak-tengok dengan kebingungan ke sekitar. Mencari sumber suara yang menggangguku kali ini. Padahal mobil ini sedang melaju cukup cepat, mana mungkin suara itu terus terdengar sampai berkilometer jauhnya.

"Kenapa, Sayang?" tanya Indra.

"Eum, kamu dengar musik nggak?Musik iringan tari Bali gitu, Ndra," kataku ragu.

"Musik? Enggak kok. Dari tadi cuma bunyi mesin mobil aja. Nggak ada bunyi musik," kata Indra ikut memandang sekeliling.

"Masa sih? Aku dengar nih. Jelas banget. Ini aja masih ada," kataku mencoba mempertajam pendengaran.

Indra diam sesaat, lalu memandangiku. Aku menoleh karena menyadari Indra menatapku terus.

"Kenapa?" tanyaku heran.

"Eum, ini bukan suara dari dunia ... Lain?" tanya Indra ragu-ragu.

"Jadi, cuma aku yang denger? Eum, Pak Putu! Bapak denger juga, nggak?suara iringan tari Bali ini?" tanyaku ke Pak Putu yang fokus menyetir di depan.

"Iringan musik? Eum... Nggak ada, Bu. Saya tidak mendengar apa pun. Lagi pula radio mobil juga tidak saya nyalakan," jelas Pak Putu membuatku makin bingung.

"Ya udah. Lupain." Aku menarik nafas dalam, lalu menatap ke jendela samping.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Indra lembut, sambil menggenggam tanganku.

Aku hanya mengangguk.

                               ____

Kami tiba di hotel yang ada di daerah Kuta. Selama di Bali, kami menginap di sebuah hotel yang termasuk hotel tertua di Bali. Karena sudah berdiri lama menurut penjelasan Pak Putu sendiri.
Kami disambut oleh seorang wanita memakai baju adat Bali lalu memberikan tanda di tengah keningku. Yang katanya dinamakan Bija. Bija ini dari butir beras yang utuh, dan direndam air suci lalu diberi kunir. Mungkin ini salah 1 sambutan di hotel ini.
Setelah menempelkan Bija di kening, telingaku juga di selipkan bunga kamboja.

Sedangkan Indra mendapat kalung dari rangkaian bunga kamboja yang cantik.

Indra menuju resepsionis untuk mengurus kamar kami.
Aku hanya melihat-lihat sekeliling lobi hotel ini.

Gadis Indigo (season 2)[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang