Unfair

10.7K 772 60
                                    

"Berhentilah menatap cermin seperti itu!" ucap Baekhyun sambil berusaha menyimpulkan mengancingkan kemejanya saat ia melihat istrinya – Park Seolhyun – sedang berdiri di depan cermin besar memperhatikan perut besarnya.

Mendengar hal itu Seolhyun mengerucutkan bibirnya sambil menatap kesal Baekhyun melalui cermin di depannya.

"Kau seperti akan menghancurkan cermin itu dengan tatapan menyeramkanmu itu," lanjut Baekhyun tidak terpengaruh dengan sikap Seolhyun saat ini. Sikap kesal Seolhyun begitu menggemaskan di mata Baekhyun. Tidak pernah terpikirkan di dalam benaknya jika ia akan jatuh cinta pada perempuan yang ada di depannya itu. Mungkin pada awalnya memang mereka menikah dengan terpaksa, tapi seiring dengan berjalannya waktu, tanpa terasa benih-benih cinta itu sudah tertanam di hati mereka.

Baekhyun tersenyum kecil saat memikirkan kehidupannya selama ini. Menikah saat ia baru saja masuk SMA dan sekarang tinggal menunggu beberapa hari lagi ia akan menjadi seorang ayah. Keputusannya untuk menikah tidak membuatnya menjadi seseorang yang memiliki kekurangan, bahkan ia merasakan yang sebaliknya. Kehidupannya bertambah sempurna dengan hadirnya Seolhyun dan calon bayi mereka.

"Perutmu tidak akan menjadi rata seketika walaupun kau terus memandanginya seperti itu," ucap Baekhyun lagi sambil memakai blazer seragam sekolahnya.

"Kau tahu, semakin hari perutku semakin seperti ahjussi-ahjussi genit yang suka mabuk di malam hari. Bahkan lebih buruk dari mereka," ucap Seolhyun mengeluarkan suaranya akan keresahan hatinya saat ia memandangi bentuk badannya yang sudah tidak menarik lagi. Menurutnya.

"Kau tidak boleh berbicara seperti itu. Baby akan mendengarnya dan dia akan menjadi sedih."

Seakan teringat sesuatu, Seolhyun pun langusng berkata, "Ah, maafkan eomma, sayang. Jangan sedih ya. Tak apa badan eomma seperti babi sekalipun, asalkan kau tetap tumbuh sehat eomma bahagia." Seolhyun mengelus perutnya sambil mengajak bicara janinnya. Ia sedikit meringis saat tangannya merasakan tendangan yang cukup kuat dari janinnya.

Baekhyun tersenyum menatap perempuan yang sudah menjadi istrinya selama beberapa bulan terakhir ini. Ia berjalan mendekati Seolhyun, menyerahkan dasinya agar Seolhyun dapat memakaikannya. Ini merupakan kebiasan kecil mereka setiap pagi setelah mereka menikah.

"Ayo kita sarapan," ajak Baekhyun begitu Seolhyun menyelesaikan ikatan simpulnya. "Kau masak apa hari ini?" tanya Baekhyun saat mereka sedang berjalan menuju ruang makan apartemen mereka.

"Hanya roti bakar dan telur mata sapi. Aku tidak sempat membuat makanan berat untuk kita sarapan. Lagi pula bahan makanan kita habis."

"Jadi hari ini aku tidak mendapat bekal makan siang?"

Seolhyun meringis saat melihat tatapan kecewa Baekhyun karena hari ini tidak bisa membawa bekal. "Mianhae. Karena terlalu fokus pada persaiapn ujian akhir semester, aku jadi malas masak dan lupa kalau bahan makanan kita tinggal sedikit."

"Jangan terlalu memaksakan dirimu. Aku tidak ingin kau dan bayi kita terjadi sesuatu yang tidak diinginkan." Baekhyun menarik sebuah kursi untuk bisa di duduki Seolhyun. Kebiasaan manis lainnya yang mencoba mereka biasakan.

"Kami baik-baik saja. Kau tidak usah khawatir."

"Tapi kau selalu membuatku khawatir."

Seolhyun kembali tersenyum minta maaf karena Baekhyun selalu mengkhawatirkannya akan segala hal. Tapi hati kecilnya sangat bahagia karena bisa mendapatkan perhatian yang berlebih dari suaminya itu. Baekhyun merupakan pribadi yang hangat jika bersamanya, lain halnya jika ia berada di sekolah. Ia akan menjadi pribadi yang dingin dan tak tersentuh. Tidak peduli akan keadaan sekitarnya. Begitulah kata Chanyeol. Sepupu sekaligus informannya dan juga sahabat Baekhyun.

Secret #1 My MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang