Baekhyun terus tersenyum simpul ke arah orang-orang yang tengah memperhatikannya. Bagaimana tidak, saat ini ia sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan dengan Nahyun yang tengah tertidur pulas di gendongannya. Dengan gerakan pelan, Baekhyun mengayun-ngayunkan Nahyun ke kanan dan ke kiri.
"Aigo, kyeopta..." ucap seorang ahjumma yang tidak sengaja lewat di depan Baekhyun dan langsung berhenti melangkah ketika ia melihat wajah pulas Nahyun yang akan sesekali tersenyum dalam tidurnya. Tidak akan ada orang dewasa yang tahan untuk tidak tersenyum ketika melihat seorang bayi tengah tersenyum. Begitu juga dengan ahjumma yang tengah menyapa Nahyun, tapi senyumannya sedikit luntur saat ia mengangkat wajahnya dan bersitatap dengan wajah Baekhyun.
Kening ahjumma itu terlihat mengerut dalam seakan sedang berpikir keras. Lalu ia menggelengkan kepalanya dan kembali tersenyum ramah ke arah Baekhyun. Merasa diperhatikan dengan begitu intensnya membuat Baekhyun sedikit risih juga, tapi ia menutupinya dengan tersenyum canggung sambil mendekap Nahyun lebih erat lagi ke dadanya.
"Kau sungguh anak muda yang baik, rela menjaga keponakanmu yang tengah tertidur," ucap ahjumma itu sambil mengelus lengan atas Baekhyun. "Jika saja aku masih memiliki anak gadis seusiamu, mungkin aku akan menjodohkannya denganmu," tambahnya sebelum pergi meninggalkan Baekhyun yang bergeming di tempatnya tanpa bisa berkata apa-apa untuk menjawab perkataan ahjumma tadi.
Keponakan? Aku ini ayahnya, bukan pamannya! Tidakkah ahjumma itu melihat betapa miripnya aku dengan Nahyun? Demi Tuhan, Nahyun ini adalah putriku, bukan keponakanku.
Gerutu Baekhyun dalam hati sambil memperhatikan wajah Nahyun. Bibir Baekhyun mengerucut kesal karena ia tidak bisa mengatakan pada orang-orang kalau bayi yang ada di gendongannya ini adalah putrinya. Tapi semua rasa kesalnya sirna kala melihat kekehan Nahyun dalam tidurnya. Tanpa sadar Baekhyun pun ikut terkekeh ke arah Nahyun. Mendekatkan wajahnya dan mencium pipi lembut putrinya yang agak tembem.
Sebuah tepukan di pundaknya membuat Baekhyun menjauhkan wajahnya dari wajah Nahyun guna melihat siapa yang telah menepuknya. Baekhyun mengerutkan keningnya bingung melihat senyuman lebar yang ditunjukkan Seolhyun padanya. Ia memperhatikan Seolhyun dari atas sampai bawah dan tidak menemukan sesuatu yang aneh.
Seketika tatapan Baekhyun pun berubah menjadi kesal kembali. Ia menatap kesal bukan main ke arah Seolhyun yang masih dengan santainya tersenyum lebar ke arahnya. Seakan mengerti apa yang tengah dirasakan oleh Baekhyun, Seolhyun pun memberanikan diri untuk mengecup bibir Baekhyun singkat sebelum setengah menyeretnya untuk beranjak dari sana. Sungguh ia malu karena perbuatan nekadnya tadi telah menjadi bahan tontonan bagi siapa saja yang ada di sana. Masih dengan setengah kesal, Baekhyun pun tetap mengikuti langkah kaki Seolhyun.
"Kau tidak membeli apapun?" tanya Baekhyun pada istrinya itu karena kembali dengan tangan kosong. Seolhyun menggelengkan kepalanya tanpa mau menatap Baekhyun. "Lalu apa yang kau lakukan di toko pakaian anak itu selama satu jam ini?"
"Aku hanya melihat-lihat saja. Tadinya aku mau membelikan baju baru buat Nahyun, tapi mengingat minggu kemarin aku baru beli baju untuknya, jadi aku tidak membelinya. Lagi pula Nahyun masih bayi, dan baju-baju yang dijual di sana tidak ada yang ukurannya untuk Nahyun. Aku harus menunggu dua atau tiga bulan lagi baru bisa membelikan baju-baju yang ada di sana," jelas Seolhyun membuat Baekhyun hanya bisa menghela napas kesal.
Selama satu jam terakhir ini, dengan teganya Seolhyun menyuruh Baekhyun menunggunya karena ia ingin membeli baju buat Nahyun. Tadinya Baekhyun ingin mencegahnya, tapi Baekhyun tidak kuasa saat melihat wajah antusias Seolhyun begitu ia melihat toko yang menjual pakaian khusus buat anak-anak itu. Pada akhirnya Baekhyun pun membiarkannya saja. Tapi apa yang ia dapat saat ini? Tidak ada.
Jika saja Baekhyun memiliki tanduk, mungkin ia sekarang ini sudah berubah menjadi sangat mengerikan. Otot punggung dan lengannya sangat pegal karena Baekhyun harus rela menggendong berat lima kilogram dan ditambah satu tas berisi perlengkapan bayi Nahyun yang mungkin beratnya tiga kilogram selama satu jam penuh tanpa melepaskannya. Ini semua juga karena kebodohannya sendiri karena lupa membawa kereta dorong Nahyun sehingga sekarang ia harus menggendong Nahyun kemanapun ia melangkah.
Mereka pun sampai di lantai yang menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari. Mulai dari makanan, sampai perlengkapan memasak pun dijual di lantai ini. Seolhyun melepaskan genggaman tangannya pada tangan Baekhyun dan beralih untuk mendorong troli belanja. Baekhyun mengikuti setiap langkah Seolhyun dari belakang dengan perasaan masih setengah kesalnya. Tapi lagi-lagi perasaan kesalnya hilang entah kemana ketika ia melihat wajah antusias Seolhyun yang sedang memilah-milih sayuran.
Baekhyun mengerang dalam hati karena bisa-bisanya ia cepat luluh hanya melihat wajah bahagia dari Seolhyun dan Nahyun. Tapi bukankah memang seharusnya begitu? Lebih cepat memaafkan pasangan kita, akan lebih membawa ketenangan tersendiri pada diri kita dari pada kita menyimpannya terus menerus, ketenangan yang kita inginkan tidak akan pernah tercapai sampai kapan pun.
Dua jam berlalu dengan sangat cepatnya. Troli berlanjaan Seolhyun dan Baekhyun sudah penuh dengan segala macam kebutuhan mereka selama sebulan ini. Tapi untuk sayuran dan daging hanya akan bertahan selama tiga hari, karena Seolhyun membelinya setiap dua kali seminggu.
Nahyun pun telah terbangun sejak satu jam yang lalu, tapi ia masih berada di gendongan Baekhyun karena Seolhyun masih sibuk dengan daftar belanjaannya. Saat sedang melakukan pembayaran, Seolhyun mengambil alih Nahyun dari tangan Baekhyun. Baekhyun pun tersenyum lebar karena ia merasa beban beratnya sudah terangkat. Tapi sepertinya hari ini bukanlah hari keberuntungan Baekhyun. Seolhyun membawa Nahyun begitu saja, meninggalkan Baekhyun dengan setumpuk belanjaan yang harus dibawanya.
Argh, jika saja aku tidak mencintainya, sudah kutinggalkan dia dari tadi. Rutuk Baekhyun dalam hati sambil membawa keresek belanjaannya yang tidak sedikit. Baekhyun mempercepat langkah kakinya guna mengejar Seolhyun. Begitu ia berjalan di samping Seolhyun, Baekhyun pun mendekatkan wajahnya ke telinga Seolhyun.
"Aku sungguh sangat mencintaimu, istriku." Bisik Baekhyun dengan adanya penekanan diakhir perkataannya. Setelah mengatakan hal itu, Baekhyun semakin mempercepat langkahnya meninggalkan Seolhyun yang tengah tersenyum lebar ke arahnya. Bukannya buta, Seolhyun mengerti betul apa yang tengah dirasakan Baekhyun saat ini. Ia melakukan semua itu dengan sengaja sebagai hukuman untuk Baekhyun karena hampir seminggu ini Baekhyun disibukkan dengan kegiatan sekolahnya hingga lupa jika di rumah ia sudah tunggu oleh istri dan anaknya.
Aku juga sangat mencintaimu, suamiku.
Notes : Semoga kalian suka. Anggap saja sebagai hiburan dariku karena aku belum nulis My Lady, soalnya aku belum dapat ide.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret #1 My Marriage
FanfictionByun Baekhyun adalah seorang siswa teladan yang banyak digandrungi oleh banyak orang. Semua orang menyukainya, tidak ada yang tidak menyukai perangainya. Berasal dari keluarga kaya, tampan, pintar, ketua osis, semuanya terasa sempurna. Namun sayang...