Dua : Calon Adik Ipar

1.5K 560 388
                                    


"Icha!" panggil seseorang yang berjalan di belakang Icha.

Icha yang merasa namanya dipanggil pun menoleh ke sumber suara.

"Ele lo Dit. Gue kira siapa," jawab Icha malas. Dia adalah Adit, kakak tingkatnya kelas XI sekaligus temannya dari kecil di komplek rumah.

"Lo ini panggil gue Kak Adit. Gue ini senior lo yang paling kece," ucap Adit sambil mengunci leher icha pelan.

"Lo itu cocoknya dipanggil Mang Adit bukan Kak Adit," cibir Icha.

"Mulut lo kayaknya perlu dipakein celana deh Cha biar nggak bisa gerak apalagi dipakeinnya pake celana legging tambah mantap tuh," ucap Adit gemas.

Icha mendengus kesal lalu berjalan cepat meninggalkan Adit.

"Cha, lo mau ke mana? Tungguin Mas mu ini," kata Adit seraya mensejajarkan langkahnya dengan Icha.

"Kantin," jawab Icha jutek.

"Kalau gitu gue anterin."

"Terserah lo aja."

Mereka pun berjalan sebelahan dengan gerak langkah yang sama.

"Cha, foto yang gue ceritain kemarin menang loh," pamer Adit.

"Serius, Dit?" tanya icha penasaran.

Adit tersenyum dan mengangguk pelan "iya."

"Dan karena lo udah sering nemenin gue hunting foto, gue bakal teraktir lo."

"Ini kan gue mau ke kantin, yaudah sekarang aja teraktirnya," ajak Icha.

"Enak aja. Gue maunya nanti malam," ucap Adit dengan penekanan.

"B aja lah. Mumpung diteraktir juga," balas Icha pasrah.

"Oke kalo gitu gue ke kelas dulu. Jangan lupa entar malam jam 7 gue jemput," ucap Adit. Lalu dia pergi.

Icha kini sudah berada di depan kantin. Dia mencari keberadaan kedua sahabatnya. Berhubung kantin sudah tampak sepi karena jam istirahat hampir mau habis membuat Icha tak butuh lama untuk menemukan Sandra dan Lena.

"Gimana tadi di ruang OSIS? Puas mandangi masa depan lo?" sindir Lena. Icha duduk berhadapan dengan Sandra dan Lena.

"Puas dong, ya walaupun sedikit nyesek sih," jawab Icha sembari membuka botol air mineral.

"Ya iya lah nyesek kan di sana juga ada Kak Bella hahahaha," sambar Sandra.

"Lagian lo juga sih kenapa harus suka sama orang yang jelas-jelas udah punya pacar," balas Lena.

"Namanya juga cinta nggak pandang siapa dan kapan dia akan hadir," jelas Icha.

"Susah memang ngomong sama orang yang cinta buta," sindir Lena.

"Sudah. Kita doain aja semoga teman kita ini nggak jadi gila karena cinta, Len," ucap Sandra sembari menepuk pelan pundak Lena.

Icha tak menghiraukan kedua sahabatnya itu yang sibuk menyeramahinya, hanya sesekali saja dia mengangguk. Dia pura-pura tidak mendengar dan asyik mengunyah roti sambil bermain ponsel.

"Kelas yok," ajak Sandra.

"Udah ceramahnya?" sindir Icha.

Dua jitakan mendarat mulus di kepala Icha dari Sandra dan Lena.

"Sakit Anjir," ucap Icha seraya mengelus kepalanya yang sakit.

***

Suasana malam tampak sunyi dan tenang. Icha kini berada di kamarnya di lantai dua yang penuh dengan nuansa biru. Dia sudah begitu rapi, dengan bawahan jeans dan atasan baju kemeja garis-garis. Tak lupa dia selalu mengepang asal-asalan rambutnya menjadi satu.

Love Unilaterally [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang