Tiga : Kejujuran Icha

1.2K 487 366
                                    

"Lama ya," sindir Adit ketika Icha dan Bima sampai.

Icha hanya tersenyum sementara Bima nyengir kuda tanpa dosa.

"Maafin adek gue ya Cha," sahut Gevan menampilkan wajah bersalah.

Icha tersenyum dan menggaruk lehernya yang tidak gatal, "Gakpapa kok kak."

"Udah dong adegan minta maafnya, dedek laper nih," sambar Bima sambil memegangi perutnya.

Gevan menjewer telinga adik kesayangannya itu. Bima meringgis kesakitan dan memohon ampun atas dosanya yang kurang rasa sopan itu. Adit selaku yang menteraktir mengajak mereka untuk masuk.

Suasana terasa berbeda saat mereka melangkahkan kaki memasuki restoran tersebut, seperti berada di sebuah hutan yang dipenuhi dengan pohon-pohon, tapi semua pohon di situ hanyalah palsu. Seperti namanya GREENHOUSE, semua yang ada di restoran tersebut didominasi dengan warna hijau mulai dari meja, kursi, pohon-pohon, sampai seragam pegawai yang bekerja di sana pun menggunakan costume berwarna hijau. Tak heran banyak pengunjung yang mengabadikan moment tersebut.

Icha dan lainnya menyapu semua penjuru tempat tersebut mencari tempat kosong yang bisa mereka tempatin. Mereka yang tampak kebingungan akhirnya didatangi oleh pelayan resto tersebut dan dia menunjukkan tempat yang kosong. Tempat tersebut berada di pojok dekat pintu dapur resto tersebut. Sehubung mereka memang sudah lapar dan ingin mencoba tempat yang baru tiga hari dibuka itu akhirnya mereka mengiyakan kepada pelayan tersebut.

"Aku maunya duduk sama Kak Icha. Kalo nggak, aku nggak mau makan!"

"Yaudah sini Bim sama Kakak," ajak Icha menyuruh Bima duduk di sebelahnya.

"Adik lo nyebelin Van," bisik Adit.

Gevan hanya terkekeh mendengarnya, "Sorry ya bro."

"Van, gue aja yang duduk sana," ucap Adit yang menghentikan langkah Gevan yang ingin duduk. Adit memang kalau makan harus bersandar itu sebabnya dia suka duduk dekat dinding.

"Dasar cowok rematik lo," ledek Gevan.

Mereka pun duduk di tempatnya masing-masing. Bima duduk berhadapan dengan Adit dan Icha duduk berhadapan dengan Gevan. Kemudian pelayan datang membagikan daftar menu makanan. Hanya Icha yang tak terlalu fokus membaca daftar menu tersebut karena dia lebih sering memandang orang yang duduk tepat di depannya. Lantas terpintas dipikirannya untuk mengabadikan keadaan langkah seperti ini. Diambilnya ponsel yang ada di dalam tas lalu dibukanya aplikasi kamera. Icha berpura memainkan ponselnya kemudian bersiap memoto cowok yang dia kagumi selama ini.

Ckrekkk

Icha terdiam. Anjir kenapa bunyi sih. Batinnya.

Gevan, Adit, dan Bima langsung menoleh dan Icha hanya memamerkan gigi depannya yang putih dengan pipi yang merona malu.

"Lo ngapain Cha?" tanya Adit.

"Itu anu... aa," jawab Icha gugup.

"Ya elah Bang kayak nggak tau aja. Pasti Kak Icha lagi selfie kan?" tuduh Bima.

Icha menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Hehehehe."

"Santai aja kali Cha, nggak usah malu kalo mau foto," ucap Gevan santai.

Thanks god. Ada untungnya juga nih bocah. Gumam Icha dalam hati.

"Kita pesen makanan dulu, baru kita foto. Gimana?" saran Adit.

Semua mengangguk setuju.

"Mbak!" panggil Adit kepada pelayan.

Mbak tersebut menoleh dan berjalan ke meja mereka, "Jadi mau pesan apa?" tanya mbak tersebut sopan.

Love Unilaterally [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang