Lima : OK

1K 398 214
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi, semua murid begitu cepat meninggalkan kelasnya masing-masing. Ada yang berlari menuju halte takut kehabisan angkot, ada yang berdiri di gerbang sekolah menunggu jemputan, dan ada yang menuju parkiran sekolah mengambil kendaraannya atau bahkan mencari tebengan, seperti halnya yang dilakukan Icha sekarang numpang tebengan di mobil Adit. Ralat, sebenarnya Icha bisa saja pulang sendiri akan tetapi Adit memaksanya untuk pulang bareng.

"Mau ke mana dulu nih kita?" tanya Adit.

"Ya pulang lah Dit," jawab Icha.

"Nggak mau ke mana dulu gitu?"

Icha mengurut-ngurut pundaknya sendiri, "Males ah, gue mau tidur capek tadi habis olahraga."

"Dasar lemah," ejek Adit.

"Bodo ah."

"Dit, ekskul basket lagi buka penerimaan anggota baru nggak ya?"

"Mana gue tau, gue kan udah jarang ikut latihan."

Adit memang terdaftar sebagai anggota ekskul basket, tapi semenjak dia punya hobi baru, yaitu dunia fotograpi jadi dia sudah sangat jarang ikut latihan basket. Beruntung dia pandai dalam bermain basket dan juga pelatihnya begitu akrab dengan dia. Ditambah lagi ketua ekskul basket itu sendiri tak lain dan tak bukan sahabatnya sendiri yaitu Gevan, sehingga dia tidak mungkin dikeluarkan dari basket.

"Tanyain dong sama Gevan, Dit."

"Emang kenapa? Lo mau gabung gitu?"

"Iya gue mau gabung Dit."

Mendengar hal itu Adit sontak tertawa terbahak-bahak, "Icha Icha, lo aja tadi ngeluh capek gara-gara pelajaran olahraga, ini mau sok-sokkan ikut ekskul basket. Hahahaha," ejek Adit puas.

"Ketawa aja terus Dit sampe mulut lo robek," balas Icha kesal.

"Mulut apa paku tuh, tajem bener," sindir Adit.

"Lagian lo juga, gue serius nih Dit. Gue kan mau juga keles bisa olahraga."

"Ala Cha, palingan lo itu cuma modus doang. Lo mau masuk ekskul basket gara-gara ada Gevan kan?"

Icha memberikan cengiran kuda, "Hehehehe kok lo tau banget sih, Dit."

"Menurut gue, lo itu tolol Cha. Lo segitunya mau melakukan hal yang jelas-jelas lo nggak sukai cuma demi cinta sendiri lo itu," ucap Adit mencoba menyadarkan Icha.

"Itu lah namanya cinta Dit, rela melakukan segala hal demi orang yang dia sayang," Balas Icha.

"Tapi nggak gitu juga kali Cha," sahut Adit.

"Gini nih, susah ngomong sama jones. Dijelasin panjang lebar juga nggak bakalan ngerti," ejek Icha.

"Mulut lo kayaknya perlu dicelaniin deh Cha," ucap Adit dengan tatapan tajam.

"Hahahahaha. Santai blo bercanda doang gue mah."

"Kayak lo nggak zomblo aja Cha."

"Setidaknya gue pernah pacaran Dit. Lah lo? Dari orok sampe sekarang belum juga taken hahahaha."

"Iya lo memang pernah pacaran Cha, tapi ujung-ujungnya apa? Lo terluka, gara-gara pacar lo itu ketahuan selingkuh hahahaha," balas Adit.

"Mulut lo kayaknya perlu diselotip deh, Dit."

Mereka pun saling memberikan tatapan tajam. Namun, tiga detik kemudian mereka tertawa lepas.

Tak terasa mobil yang dikendari oleh Adit sudah berada tepat di depan rumah Icha. Mereka berdua pun turun masih dengan canda tawa.

"Lho? Mang Demin udah pulang?" tanya Icha heran melihat supir pribadinya itu sudah ada di garasi mobil dan sedang asyik mengelap-lap kaca mobil Icha.

Love Unilaterally [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang