Empat : Salting

1.1K 430 204
                                    

"Icha berangkat ya Ma, Pa," ucap Icha, lalu dia menghampiri mama dan papanya memberikan kecupan manis di pipi.

Icha lalu ke luar rumah, tapi dia begitu terkejut karena mendapati ada sebuah mobil yang tidak asing terparkir di depan rumahnya.

Pemilik mobil tersebut, "taksinya Dek?" sapa laki-laki itu dengan tangan dilipat di dada.

"Dit, lo tumben amat jemput gue?" sindir Icha, karena Adit belakangan ini memang jarang sekali mengajaknya berangkat bareng pergi ke sekolah.

"Yang mau jemput lo siapa? Gue tadi kan bilang taksinya Dek?" ucap Adit.

"Maaf Bang, gue pecinta angkot karena lebih MURAH," ucap Icha tepat di telinga Adit, lalu dia dengan santainya berjalan masuk ke mobil Adit.

Adit tersenyum dan mengacak rambutnya gemas karena melihat tingkahnya Icha. Lalu Adit pun masuk juga ke dalam mobil.

"Lo tau dari mana kalo gue nggak dianter sama Mang Demin?" tanya Icha.

"Kemarin nyokap lo yang bilang. Terus ngasih kode gitu biar gue jemput lo," jelas Adit yang tetap fokus mengendari mobil kesayangannya itu.

Mulut Icha hanya membentuk huruf "O."

Dasar si mama malu-maluin banget. Kesalnya dalam hati.

"Dit, bagi kontaknya Gevan dong," pinta Icha.

Adit menoleh seketika. "Enggak," jawabnya judes.

Icha melipat kedua tangannya di dada, "Ya elah pelit amat lo."

"Lo kan tau Cha kalo Gevan itu udah ada Bella," ucap Adit yang kembali menatap ke depan.

"Iya gue tau Dit. Gue memang suka Gevan tapi nggak mungkin lah gue sampe ngerusak hubungannya dengan Bella," jelas Icha sendu.

"Sayangnya gue nggak percaya Cha."

Jari tangan kanan Icha membentuk huruf V, "Gue janji, sumpah deh."

"Jadi please ya ya. Adit kan ganteng, baik hati, suka menolong," bujuk Icha dengan puppy eyes-nya.

Adit yang tidak tahan melihat mata Icha segera memberikan ponselnya.

"Tapi awas kalo lo buat masalah, gue nggak bakalan bantuin lo," ancam Adit.

"Siap iya," ucap Icha dengan tahan membentuk hormat. Lalu dia menerima benda pipih tersebut dan dengan lancar dia menyalin semua kontak Gevan.

"Thanks ya Dit."

"Hm."

Sebenarnya hati Adit tidak rela memberikan kontak Gevan karena itu bisa lebih menjauhkan hubungannya dengan Icha. Namun demi perempuan yang cintai, dia rela mengorbankan perasaannya. Terkadang memang cinta suka begitu, disaat kita benar-benar sayang disaat itu juga kita harus merelakannya pergi.

"Entar pulangnya biar gue anter lagi. Ngerti?" ucap Adit setelah dia selesaikan memarkirkan mobilnya dengan mulus di halaman parkir sekolah.

"Iya bawel."

"Ongkosnya mana?" kata Adit cepat saat melihat Icha yang akan membuka pintu mobil.

"Di sini bayarnya," Adit yang menunjuk-nunjuk pipinya sendiri seakan meminta cium.

"Najis lo," jawab Icha cepat, lalu dia keluar dari mobil dan pergi seenaknya meninggalkan Adit begitu saja.

***

Suasana kantin tidak terlalu ramai di hari ini, mungkin banyak yang membawa bekal atau mungkin mereka sedang melakukan diet, tapi tidak dengan tiga sekawan ini. Icha, Sandra, Lena adalah pelanggan setia di kantin SMA Tunas Bangsa. Hidup mereka seperti ada yang kurang kalau sekolah tanpa menginjakkan kaki di kantin dengan 7 kios ini, bahkan mereka mempunyai tempat favorit yaitu di pojok di depan kios Pakde Ali penjual siomay.

Love Unilaterally [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang