[8] Our First Dinner

40 1 1
                                    

Matahari menyelinap disetiap sela jendela kamar Vasa, dan sukses membuatnya terbangun kecil.
Vasa bergumam malas diatas ranjang kesayangannya, dan belum juga sadar dengan waktu. Masih terlelap dengan dunianya, tak peduli pukul berapa sekarang jarum jam tertuju.

Vasa tersentak kaget ketika tubuhnya terjatuh ke lantai, ia meringis kesakitan, kini punggungnya seperti remuk karena terbentur lumayan keras. Ia terkejut ketika akhirnya menyadari, matahari sudah terbit dan waktu menunjukkan pukul 7:30 pagi.

Vasa segera berlari menarik handuk menuju kamar mandi, sekedar membasahi wajah dan sikat gigi. Tak butuh waktu lama bagi Vasa, jika waktu sudah mendesaknya begini. Hanya 5 menit semua selesai. Vasa menggedor pintu kamar kakak nya yang mengharuskan bang Dhany membuka pintu dengan wajah yang masih sembab.

"Apaan sih Sa, ganggu gue aja lagi nyenyak"

"Bang! Etdah buset, gue telat buruan. Liat nih udah jam 7:40" gaswat Vasa sembari menunjukkan waktu yang terletak di jam tangannya.

Kakaknya hanya terkekeh melihat adiknya sudah panik berlebihan.

"Gila lo ya? Malah ketawa, udah buruan ayok"

"Vasa sayangggg, lo itu rajinnya kelewatan yah. Heran deh gue, lo tau ini hari apa?" sentak bang Dhany mencubit pipi Vasa gemas.

"Ihhh..Sakit tau, Senin lha, gitu aja gak tau" ucap Vasa memutar bola matanya malas.

"MINGGU bego!" Bentak bang Dhany sembari membanting pintu kamarnya.

Vasa hanya bisa memejamkan mata, dan berdiri sambil berfikir. Betapa bodohnya dia tidak tau hari, juga berbicara aneh didepan abangnya. Vasa kembali ke kamarnya dan menepuk kepalanya terus menerus.

"Duh bego banget sih, malu banget lagi" gumam Vasa pelan.

⏳⌛

Vasa merebahkan tubuhnya dengan malas diatas ranjang, melanjutkan kembali kegiatannya tadi. Yaps! Ngebo alias tidur lagi.

Tapii...

Gagal...

"Duh, merem dong mata masih ngantuk nih" Vasa bergumal.

Tipe gadis yang kalau udah bangun gak bisa tidur lagi, apalagi udah cuci muka, yaitu Vasa.

Ponsel Vasa bergetar di saku roknya menandakan panggilan masuk, menyetelkan nada dering

Say you won't let go - james arthur

"Halo?"

"Aku tunggu di restaurant nanti malam jam tujuh. Driver aku yang akan jemput kamu"

Panggilan terputus

"Hah? Sarap nih orang yak? Telepon gak jelas" Vasa melepaskan ponsel dari genggamannya.

⌛⏳

Bunyi klakson mobil meriuhkan seisi rumah Vasa, ia melihat dari jendela kamar.

"Seriusan nih? Gue kira tuh orang becanda" cibir Vasa mulai panik.

Gadis ini mulai bingung, apa yang harus ia lakukan. Sedangkan waktu terus berjalan, juga supir yang sudah menunggu sejak tadi.

"Vasa, itu ada tamu nyariin kamu"

"Oh, iya ma. Bentar lagi Vasa keluar"

"Nih yakin gue pergi, orang gak dikenal lagi. Tapi, supirnya udah dateng. Yaudah deh kasian juga kalo gak jadi" ujar Vasa walau masih setengah yakin.

Vasa meraih tas kecil dan pergi menuju ruang tamu.

"Ma, Vasa pergi dulu ya" pamit Vasa selagi mencium punggung tangan ibunya

"Iya, hati-hati. Pulangnya jangan malam-malam"

"Iya, tenang aja"

"Permisi bu, saya pamit dulu"

"Oh iya pak, hati-hati"

⌛⏳

"Neng, udah nyampe"

"Hah? Oh, iya. Rumah makannya dimana ya?"

"Di sampingnya, neng"

"Mana pak? Gak ada tuh?"

"Itu neng, PENYETAN LESEHAN MANTEB BIN AJEB"

"Yakin pak, katanya res-taurant"

"Maaf neng saya hanya di tugaskan untuk mengantar. Dari tadi udah di tunggu tuh neng"

"Yaudah deh. Makasih yah pak"

"Iya neng, sama-sama"

⏳⌛

Pesan masuk

From : +6281782335xxxxx

Gue ada di samping lo, cari aja yang paling ganteng

Vasa masih celingak-celinguk mencari pengirim pesan misterius itu.

"Roy, Ngapain disini? Ini restaurant?" Tanya Vasa yang masih bingung terheran-heran.

"Gue orang yang disamping lo, dan yang paling ganteng. Ini sebagai pembayaran janji lo di gue. Lagian ini juga restaurant kok, restaurant pinggir jalan" cibir Roy tersenyum gentir

"Jadi lo?... , gue balik dulu"

"Eh sini, duduk dulu. Inget ya, gak ada penolakan"

Vasa kembali diam, tubuh nya terkunci kaku.

"Santai aja kalik, gue bakalan balikin lo ke rumah kok. Grogi amat liat cogan"

Mereka melanjutkan Dinner pertama di sebuah rumah makan lesehan pinggir jalan. Eh, Dinnernya spesial banget ya.

"Btw, ini kok dari tadi gak ada pembeli. Perasaan kita aja yang dari tadi disini?"

"Udah gue booking semua" lanjut Roy dengan santai sembari menyantap penyetan-nya.

Satu kalimat Roy berhasil membuat Vasa tersedak pada suapan terakhirnya. Roy segera memberikan segelas air yang tepat berada didepannya kepada Vasa.

"Tajir lo kelewatan" cibir Vasa sedikit terbatuk.

***

Hai, hai...

Chapter ini sengaja di buat pendek, hehehe..

Ide menjauh dari pemikiran, entahlah jadi nge stuck di part sebelumnya 😂

Jangan lupa vote, comment, juga saran, kritik, pendapat, tanggapan, apa aja deh biar ada masukan, hihi..

Cerita bakal di revisi, suatu waktu entah kapan, tapi pasti akan di revisi.

Segitu aja. Sekian, terimakasih 😂

- Shenyj

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang