1 - Pertemuan Pertama

104 3 1
                                    

"Mau apa kamu datang kesini?!" Bukannya bertanya gadis kecil itu lebih tepatnya mengusir anak laki-laki yang berkunjung ke rumahnya. Anak laki-laki itu hanya meresponnya dengan datar.

"Ini, aku hanya ingin mengganti es krimmu yang tidak sengaja aku jatuhkan kemarin." Ia menyodorkan satu es krim vanilla pada gadis kecil itu. Gadis itu hanya menatapnya dan berdiam diri di ambang pintu rumahnya.

Gadis kecil itu menimbang-nimbang apa yang akan dia lakukan, dia sudah sangat kecewa pada anak laki-laki di depannya. Dia belum bisa melupakan, kemarin dia baru saja membeli es krim di toko es krim terkenal dekat kota. Dengan susah payah dia menyisihkan uang jajannya selama seminggu untuk bisa membelinya anak yang baik memang, selain itu dia juga mandiri dan tidak manja_kadang-kadang.

Dengan tersenyum akhirnya dia memegang satu es krim vanilla di tangannya, dia akan berjalan pulang dengan gembira karena setelah ini dia akan memakan es krim lezatnya itu, gadis itu tersenyum.

Di perjalanan, dia melewati segerombolan anak laki-laki yang sedang bermain bola di lapangan. Tiba-tiba saja...

"Buuukkk!!"

Gadis kecil itu tercengang mendapati bahu nya yang sakit karena terkena bola. Bukan hanya itu, tapi karena salah satu dari gerombolan anak laki-laki itu yang sudah menendang bola dan mengenainya.

"Aduh!" Gadis kecil itu terjatuh dan mendapati es krim vanilla nya sudah berantakan di tanah.

"Oh.. tidak es krimku.." Batinnya dalam hati. Dia melupakan rasa sakit dibahunya ketika melihat es krimnya terjatuh. Sesaat, dia ingin mendengar kata maaf bagi siapa saja yang telah melakukannya. Tapi saat ini apa yang dia dengar membuatnya menjadi marah.

"Haha hahaa hahaa... rasakan itu pasti enak es krim dicampur tanah"
Terdengar perkataan diantara gelak tawa para anak sialan itu.

Gadis berwajah manis itu bangkit dan memberanikan diri mendekati mereka. Dengan nafas yang memburu dia mendengar sayup-sayup, "Mau apa dia." Tentu saja dia tidak akan takut menghadapi mereka.

"SIAPA YANG MENENDANG BOLA ITU??!!" Mereka hanya tertawa melecehkan.
"Dia!" salah satu dari mereka menunjuk temannya tapi temannya tidak mengaku dan menuduh temannya yang lain dan malah terjadi saling tunjuk diantara mereka sehingga tidak ada yang mengaku.
Gadis kecil itu tambah kesal, dia tahu pasti mereka hanya mempermainkannya saja. Lalu gadis kecil itu tidak bisa menahan tangisnya karena sampai detik ini tidak ada yang mau mengakui kesalahannya.

"Hey kamu, pulang saja sana! Mengadu pada ibumu." Salah satu dari mereka berkata lagi dan dibalas oleh gelak tawa temannya yang lain.

"Awas saja kalian!!!" Gadis itu mengancam dan tanpa melihat respon mereka yang melecahkan, gadis kecil itu berlari ke arah bola sepak yang berada di pinggir jalan tempat es krimnya tadi terjatuh dan kemudian mengambil bola itu lalu membawanya pergi.

" Hey.. kejar dia!!!" Dia sudah bisa menebak mereka pasti akan mengejarnya. Apa yang dia lakukan saat ini? Dia harus berlari secepat mungkin walau jantungnya berdebar tak karuan karena takut.

"Papa... mama... tolong aku"
Gumamnya dalam hati.
Tapi dia harus membalas kelakuan mereka yang kurang ajar itu. Dia harus bisa menjauhkan bola ini dari mereka, inilah balasannya yang sudah berbuat macam-macam dengannya. Mereka pikir, dia anak perempuan yang lemah? Itu salah mereka salah menduga kalau dia anak yang kuat, pikirnya. Tapi tetap saja hati kecilnya merasa ketakutan dikejar gerombolan anak laki-laki yang lebih kuat darinya sementara dia hanyalah anak perempuan yang usianya di bawah mereka.

Dia berlari ke arah rumah besar yang tak berpenghuni dengan pagar yang menjulang tinggi. Dengan gerakan yang bergetar dia behenti berlari dan melempar bola itu ke atas gerbang rumah kosong. Dia melihat mereka, gerombolan anak laki-laki itu mulai mendekat ke arahnya. Bagus siapa yang akan berani mengambil bola itu.
Kemudian dia berlari lagi untuk menghindari mereka. Tapi sialnya dia tersandung dan terjatuh membuatnya tertangkap oleh mereka.

Sabil atau AzkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang