4 - Kenapa Aku Merasakanya?

56 2 1
                                    


"HAHAHAHAHAHA!!!!"

Ruly memerah dan segera menutup mulut Sabil dengan tangannya.

"Ssstt diam jangan berisik!! Kau ini." Ruly mendelik sebal.

"Aku tidak akan pernah lupa kejadian itu,,hehehe."

"Ya ampun Sabil.. itu sudah lama sekali, sejak kita masih SD, kau masih saja mengingatnya."

"Mana mungkin aku melupakannya Ruly. Itu peristiwa sejarah." Sabil masih cekikikan.

"Kau ini!!." Ruly memukul lengan Sabil.

"AWww..., Sakit tahu!!." Sabil mengelus lengan kirinya.

Sabil dan Ruly membuat kegaduhan, sehingga siswa-siswa lain yang sedang di perpustakaan itu melihat ke arah mereka.

"KALIAN BERDUA!! KELUAR DARI SINI!!!"

Sontak Ruly dan Sabil melihat ke arah guru perpustakaan yang berada di ujung lorong. Mereka berdua melihat guru galak itu sedang melotot ke arah mereka.

"Gawat, sudah kubilang kau jangan berisik tadi." Ruly masih sempat berbisik pada Sabil.

"Hey.., kau yang memukulku tadi." Sabil tak mau kalah.

"Cepat, Kalian berdua keluar jika masih saja membuat keributan!!!" Guru itu tampaknya semakin kesal.

Ruly segera menghampiri guru galak yang bernama Sera itu dan mengulurkan tangannya hendak mencium tangan bu Sera.

"Maafkan kami bu, kami tak akan mengulanginya lagi."

Untunglah bu Sera masih berbaik hati dengan membalas uluran tangan Ruly.

"Iya..., lain kali kamu jangan seperti ini lagi. Ibu tahu, pasti karena anak lelaki itu." Bu Sera melotot ke arah Sabil yang masih berdiam diri di tempatnya.

Merasa diperhatikan, Sabil menelan ludah dan segera menghampiri Ruly dan bu Sera lalu mengikuti apa yang Ruly lakukan.
Bu Sera mengangguk dan memaafkan mereka berdua.

***

"Untung saja bu Sera baik orangnya, karena dia sudah kenal padaku." Ruly menjulurkan lidahnya pada Sabil.

Sabil dan Ruly mulai berjalan ke kelasnya masing-masing. Tak terasa waktu berjalan cepat. Mereka sudah menghabiskan waktu bersama sekitar 8 tahun. Kini mereka sudah menginjak SMA. Ruly kelas 12 Ipa 5 dan Sabil kelas 11 Ipa 2.

"Sombong sekali, itu tidak seberapa, semua guru yang mengajarku, mereka kenal padaku."

"Iya terserah." Ruly mengalihkan pandangan pada siswa yang sedang bermain basket. Ruly selalu saja kalah jika sedang berdebat dengan Sabil.

Sabil tersenyum, dia melihat dirinya jauh lebih tinggi dari Ruly berbeda ketika mereka masih kecil.

"Apa hari ini kamu ada urusan, Sabil?"

"Ada, hari ini ada rapat OSIS. Memangnya kenapa?"

Ruly dan Sabil berhenti di tempat duduk depan kelas Ruly. Lalu mereka berdua duduk di situ.

"Oh... tidak apa-apa, aku hanya bertanya." Jawab Ruly datar.

"Hari ini aku sibuk sekali..."

"Sibuk apa? Kau malah berada di sini denganku."

"Terutama di organisasi, banyak hal yang harus ke kerjakan, terlebih lagi setelah pulang dari organisasia, aku akan pergi les matematika bersama Yudi."

"Jadi, kamu akan pulang sore?"
Ruly melirik teman sekelasnya yang sedang berbisik-bisik dengan teman-temannya.

"Iya.. begitulah...." Sabil menghela napas.

Sabil atau AzkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang