Tadi sore itu hari yang sangat indah, Ruly memikirkan Azka dan Sabil. Mungkin untuk kedepannya mereka akan menjadi temannya. Sebenarnya teman Ruly itu banyak namun di sini masalahnya tidak ada satu temanpun yang dekat dengan Ruly. Teman yang benar-benar seorang teman yang menemani kita dengan kebaikan hatinya saat Ruly sedang kesulitan. Kebanyakan teman Ruly hanya memanfaatkan kepintaran Ruly saja, jika sudah tidak butuh, mereka mengacuhkan Ruly. Sungguh menyedihkan memang, memiliki teman seperti itu.
Azka, anak kelas 6 SD yang hobi sepak bola. Hampir setiap hari Ruly melihat Azka bermain dengan teman-temannya. Azka memang pintar bermain bola sepak, tapi apa yang bisa disanjung jika sifatnya yang tidak baik. Tapi pikiran Ruly salah, Azka adalah anak yang sangat baik sekali.
Sekarang Ruly begitu senang mendapat teman baru, Azka dan Sabil.
Sabil, adik laki-laki Azka yang menyebalkan. Dia anak kelas 3 SD kelasnyapun bersebelahan dengan Ruly. Sabil tukang bercanda, Ruly menilai dia tidak pernah serius tapi anehnya guru-guru selalu memujinya. Mungkin karena di mata guru, Sabil anak yang baik, sopan dan pintar. Entahlah, tapi yang Ruly tahu Sabil sering mendapat peringkat 6 di kelas. Apanya yang pintar? Ruly pintar tapi dia jarang dipuji guru sebenarnya apa yang salah?Ruly berbaring di kamarnya, jam menunjukkan pukul 8 malam. Baru saja dia menghabiskan makan malam bersama ayah dan ibunya. Ruly masih ingat pembicaraan di meja makan tadi yang membuatnya tersenyum.
"Ru, kamu diantar pulang oleh Azka, kapan kamu kenal dengan anak itu?"
Ruly pun menceritakan semuanya pada mamanya. Untunglah papa Ruly belum ada di meja makan saat itu. Ruly sangat sungkan membicarakan seorang laki-laki di hadapan papanya.
Ruly melihat kesenangan di wajah mama nya kali ini, belakangan ini Ruly memang sering menangkap mama dan papanya melamun, Ruly tidak mengerti dan belum mau mengerti mengapa mereka seperti itu, tidak menunjukkan kecerian yang seperti biasa mereka lakukan setiap harinya.Ruly masih mengingat kesan di bukit bersama Azka dan Sabil, Ruly juga mengingat kembali saat dia meminta maaf pada Azka. Itu sangat gugup sekali. Tapi akhirnya Ruly senang Azka memaafkannya. Eh, tunggu dulu! Azka memanggil Ruly dengan sebutan Ru, itu hanya panggilan keluarga untuk dirinya. Tidak ada yang memanggil kepadanya dengan sebutan Ru, kecuali tetangga terdekat Ruly. Mungkin Azka hanya kebetulan saja memanggilnya seperti itu. Lagi pula kan rumah Azka dan Ruly tidak berdekatan dan tidak pula berjauhan.
Ruly melihat lagi ke arah jam dinding. masih pukul 8 lewat 15 menit. Ruly ingin cepat-cepat pergi sekolah, dia sudah merencanakan akan berangkat sekolah dengan Azka dan Sabil. Besok, Ruly akan ke rumah Azka untuk berangkat bersama Azka dan Sabil. Untunglah sepeda Ruly sudah ditambal oleh papanya tadi sore. Ruly tersenyum, dia senang mendapat teman baru.
Ruly melihat kucingnya yang tertidur pulas di keset empuk di kamarnya. Kucing anggora berwarna kelabu yang sangat menggemaskan. Kucing itu yang selalu menemaninya. Jika Ruly ingin pergi keluar rumah, pasti dia akan membawa kucing kesayangannya. Sudah pasti tempat yang akan dikunjungi Ruly itu di bukit yang terdapat pohon rindang yang tadi sore dia kunjungi bersama Azka dan Sabil
***Burung-burung berkicau ceria menandakan pagi yang memukau, matahari pun tidak malu-malu menampakkan dirinya di balik bukit. Ruly mengayuh sepedanya penuh semangat. Hari ini dia akan pergi ke rumah Azka.
" Ibu, kak Azka dan Sabil ada di rumah?" Tanya Ruly pada Ibu Azka yang sedang menyirami bunga aster kuning dan ungu di halaman rumah. Ruly memang sudah tahu tentang keluarga Azka, itu bukanlah sesuatu yang sulit diketahui. Ya, Ibu Ruly dan Ibu Azka memang berkawan baik, mereka sering membuat kue bersama.
"Oh.. Ruly, tumben sekali kamu datang kesini..."
Ruly tersenyum tanda menghormati.
"Azka ada di rumah, ayo masuk dulu!" Seru Ibu Linda, Ibu Azka dan Sabil.
Bu Linda menghentikan aktivitasnya dan segera memanggil kedua anak lelakinya.Ruly dipersilahkan duduk dan menunggu di ruang tamu dan tak lupa bu Linda mengambilkan kue coklat panggang dan segelas susu putih untuk Ruly.
"Ayo, dimakan dulu ya Ruly kue nya. Azka dan Sabil sedang bersiap-siap di kamar."
Sebenarnya Ruly malu sekali untuk memakan kue nya, dia baru ingat, saking semangatnya dia lupa untuk sarapan. Ruly memandang kue coklat itu dengan ludah yang hampir menetes. Untunglah bu Linda sudah pergi lagi melanjutkan aktivitasnya menyiram bunga. Dengan begitu, Ruly tidak malu untuk memakan kuenya. Di saat yang bersamaan, ketika Ruly akan mengambil kuenya, ludahnya menetes dan Sabil baru saja memasuki ruang tamu.
"HAHAHAHAHAHA.... Ruly.. kamu tidak kuat yaa untuk makan kuenya..." Sabil terpingkal-pingkal sambil memegang perutnya.
"Sabil!" Ruly menutup mulutnya dan memelototi Sabil yang tak henti-hentinya tertawa.
"HAHAHAHAHAHA!!!!"
![](https://img.wattpad.com/cover/110214319-288-k704896.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabil atau Azka
RomantikRuly Ethelinda, seorang gadis periang berubah menjadi pemurung setelah ditinggalkan kedua orang tuanya yang penuh dengan tanda tanya. Tapi Sabil Amadeo, lelaki humoris yang selalu ada untuk Ruly menjadi satu-satunya sahabat terbaik yang pernah Ruly...