"Ruly kamu mau kemana?"
Keesokan paginya. Di hari minggu yang cerah Ruly mengayuh sepedanya. Di perjalanan dia bertemu Sabil yang juga sedang mengayuh sepeda. Dengan senyum manisnya dia menyapa Sabil.
"Hai Sabil, ini pagi yang cerah ya."
"Benar, biasanya akhir-akhir ini selalu mendung." Sabil mengangkat sebelah bibirnya, menyindir Ruly yang biasanya berwajah masam.
"Apa kamu sedang menyindirku secara tidak langsung?"
"Tentu." Jawab Sabil dengan menahan tawa.
"Kau ini!" Ruly memukul pelan tangan Sabil tapi Sabil segera mengelak.
"Iya-iya.." Seru Sabil di tengah tawanya. "Kamu mau kemana? Pagi-pagi sekali sudah rapi."
"Aku mau ke toko es krim, sudah dua minggu aku tidak kesana."
"Oh.." seru Sabil singkat.
"Kamu sendiri mau kemana?" Tanya Ruly.
"Aku hanya sedang jalan-jalan biasa."
"Oh.. mau ikut ke toko es krim denganku?"
"Boleh"
Ruly dan Sabil mengayuh sepeda masing-masing dengan berdampingan.
"Bagaimana ya kabar bibi Elena? Dua minggu yang lalu neneknya meninggal."
"Aku juga tidak tahu. Mungkin sekarang dia sudah tidak merasa sedih lagi. Lagipula sekarang bibi Elena akan tenang karena tidak akan dimarah-marahi tidak jelas oleh neneknya yang cerewet itu."
"Sabil, kamu jangan berbicara seperti itu."
"Aku hanya berkata yang sebenarnya."
Ruly menggeleng-gelengkan kepalanya. "Benar juga sih" ujar Ruly.
***
Mereka berdua tiba di toko es krim.
Mereka segera masuk ke dalam toko. Suara lonceng berbunyi saat Ruly membuka pintu toko itu.Suara bibi Elena yang ceria menyapa Ruly.
"Hai Ruly, bagaimana kabarmu."
Bibi Elena segera beranjak dari tempat kasir lalu memeluk Ruly."Aku baik, dan bagaimana keadaan bibi?"
"Aku juga baik. Ayo duduklah!"
Bibi Elena menarik tangan Ruly dan mengajaknya duduk di bangku di pinggir tempat kasir dan Sabil hanya mengekor di belakang."Aku turut berduka atas kepergian nenek Anda." Ungkap Ruly dengan wajah prihatinnya.
"Terima kasih, Ru. Kau baik sekali."
Ruly hanya membalasnya dengan senyuman.
"Aku juga turut berduka atas kepergian nenek Anda." Ungkap Sabil.
"Terima kasih Sabil. Oh, kenapa aku baru menyadari kehadirannmu."
"Seperti biasa aku selalu saja tidak diperhatikan."
Bibi Elena hanya membalasnya dengan tawa.
"Aku ingin memilih es krim." Sambung Ruly membuka percakapan.
"Oh, boleh sekali seperti biasa kau bisa memilihnya sendiri."
"Baiklah aku akan memilih es krim yang di sana, mungkin aku akan melihat-lihat dulu."
"Baiklah, pilihlah sesuka hatimu"
Ruly berjalan meninggalkan Sabil yang masih duduk di samping bibi Elena. Bibi Elena mendekatkan diri untuk mempersempit jarak antara dirinya dengan Sabil dan Sabil berusaha menjauhkan posisinya agar tidak terlalu dekat dengan bibi Elena. Agar tidak terlalu canggung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sabil atau Azka
RomanceRuly Ethelinda, seorang gadis periang berubah menjadi pemurung setelah ditinggalkan kedua orang tuanya yang penuh dengan tanda tanya. Tapi Sabil Amadeo, lelaki humoris yang selalu ada untuk Ruly menjadi satu-satunya sahabat terbaik yang pernah Ruly...