Chapter 29-Kedekatan

579 37 0
                                    

"Permisi, Bu." Ucap Dean sopan saat ia dan Arisa sudah sampai di depan kelas 11 Ipa 3. Semua orang memandang mereka dengan tatapan yang seperti tidak menyenangkan bagi Arisa. Oh iya, Arisa harus ingat bahwa Dean adalah orang yang populer dan ia juga ketua Osis, apalagi tim nya sering memenangkan pertandingan basket, beda dengan Arisa yang hanya ketua PMR biasa.

"Oh, nak Dean, ada apa?" Bu Siana mengalihkan pandangan nya pada Dean. Benar kata Dean, di atas meja ada setumpuk buku paket Kimia.

"Saya dan Arisa mau mengambil buku paket Kimia Bu Retha yang tertinggal, Bu."

Bu Siana mengangguk, "Iya, pelan-pelan ya kalian berdua bawa nya. Kamu juga Dean, bawa nya lebih banyak dari cewek kamu." Duh, Bu Siana sangat perhatian. Sampai-sampai pipi Arisa dan Dean memerah karena perkataannya.

"Bu, bukan cewek saya, Bu." Ucap Dean terbata.

"Sa, saya gak ada hubungan apa-apa Bu sama dia." Arisa juga.

"Cieeee...." Seluruh siswa di kelas itu mencie-ciekan keduanya penuh semangat. Arisa menggigit bibir, menahan keseimbangan atas lututnya yang gemetar memandang Dean di samping, kini betisnya nyaris menjadi lemah seperti Jelly.

"Y, ya, ya udah Bu, kami segera mengambil buku paket nya," Dean dan Arisa segera mengambil buku paket itu dan lantas bergegas pergi sebelum semuanya menjadi lebih kacau, "Makasih, Bu."

Bu Siana tersenyum dan mengangguk. Ia lalu melanjutkan pelajaran.

...


Sepanjang jalan menuju kelas, agaknya Arisa dan Dean saling diam dan hanya melemparkan tatapan ambigu masing-masing. Bukan apa, tetapi mereka merasa hal ini menjadi hal baru di dalam hubungan mereka yang aneh selama ini. Kali ini Dean membantu Arisa tanpa terduga. Arisa jadi tau bahwa Dean tidak semenyebalkan yang ia kira sebelumnya. Apalagi ditambah insiden kemarin, Dean sendiri menjadi berubah cara pandang nya ke Arisa.

Keringat Arisa dari tadi sudah bercucuran, sekarang mereka berdua akan menaiki tangga.

"Capek, ya?" Dean berkata begitu sambil memasang wajah kasian.

"Ya." Jawab Arisa setengah hati, malas berbicara karena sudah ngos-ngosan.

Dean mengerti, "Duduk dulu, yuk,"

"Disini?" Arisa menunjuk anak tangga ke tiga. Dean hanya mengangguk, "Daripada ntar lo kecapean, gue enggak mau dapat masalah hanya karena lo jatuh guling-guling dari tangga terus pingsan." jelas nya.

Arisa meringis, membenarkan perkataan Dean. Mereka pun lalu duduk sebentar di tangga itu. Karena guru sedang sibuk mengajar, mereka berdua sama sekali tidak terlihat oleh guru. Apalagi koridor itu jauh dari kantor.

"De, makasih ya, lo udah bantuin gue hari ini," Ucap Arisa, akhirnya setelah agak lama mereka berdiam diri.

Dean tau hal itu hanya sepele, cuma sekedar ucapan terimakasih yang bisa semua orang ucapkan dengan mudah. Tapi entah kenapa membuat level bahagia nya meningkat beberapa derajat.

Dengan orang yang kau suka, hal sekecil apapun bisa berarti bagimu tanpa kau sadari. Asik.

"Sama-sama, Sa, gue juga berterima kasih sama lo buat penyelamatan lo kemarin, gue hanya balas budi dengan cara ini," Dean menatap lekat-lekat wajah Arisa.

Arisa menunduk, pipinya merona tak karuan. Dean tersenyum penuh makna dan tanpa sadar dia mengangkat wajah Arisa dengan telunjuk yang ia letakkan di bawah dagu cewek itu.

"Pretty..." Ucapnya. Singkat, jelas, padat, dan tiba-tiba.

Arisa memfokuskan pendengaran nya, "Apa?"

"M, maksud gue 'pret', kita bisa ketinggalan pelajaran kalo gini mulu!" Dean tergagap dan segera bangun dari duduknya di ikuti Arisa yang memasang wajah bingung.

Dean tidak menghiraukan tatapan Arisa dan bergegas naik. Di belakang nya, Arisa menjadi senyum-senyum sendiri tidak karuan. Dia tau Dean mengatakan pretty tadi. Jadi, Dean yang sebenarnya mengelak itu ketahuan oleh Arisa.

Setelah semua nya beres dan buku paket sudah di tangan Bu Retha, Dean bergegas hendak kembali ke kelasnya.
"De, wait!" Arisa menghentikan langkah Dean, "Thanks lagi," ujarnya sembari tersenyum untuk kesekian kalinya.

Dean mengangguk, "Sama-sama, cantik..."

Arisa menggelengkan kepala nya sembari cemberut setengah tersenyum, "Apa, sih." dia segera berlalu masuk ke kelas.

Dean tertawa kecil dengan tingkah Arisa, "Lucu." ujarnya singkat sembari melangkahkan kaki, menjauh dari kelas Arisa.

Dean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang