Twelve

5.6K 517 40
                                    


DuaBelas

"Tak kusangka di sini ada satu orang lagi." Gaara berguman lirih. "Tak pernah ku pikir kamu satu-satunya orang yang bisa aku ajak bicara masalah ini."

Sasuke cuma diam, setelah beberapa wakru dia meraih jaketnya dan dengan cepat berdiri. "Sabaku san itu sudah sangat terlambat. Aku harus pergi."

"Kenapa kau buru-buru?"

"Naruto mabuk, aku agak khawatir meninggalkannya sendirian."

Tanpa menunggu jawaban Sasuke berbalik dan berjalan keluar cafe, begitu ia di luar, angin dingin langsung menerpa wajahnya. Sasuke cuma berdiri di depan pintu cukup lama, mencoba menjernihkan pikirannya sampai akhirnya ia membuka tangannya yang tanpa sadar terkepal erat.

Waktu sudah menunjuk pukul dua pagi ketika Sasuke sampai di rumah. Naruto tertidur begitu nyenyak kali ini melihat selimutnya tetap membungkus erat tubuhnya seperti ketika Sasuke meninggalkannya tadi. Dengan cepat Sasuke ikut bergelung di balik selimut, menarik pelan Naruto ke dalam pelukannya.

Sambil menghirup wangi jeruk dari rambut Naruto, Sasuke berbisik. "Aku tak akan mengijinkanmu minum di masa depan."

Sasuke tak bisa tidur sepanjang malam sampai akhirnya ketika pukul lima pagi ia teringat ia harus menyiapkan berkas kasus untuk persidangan pagi nanti. Sangat jarang bagi Sasuke untuk melupakan hal sepenting itu.

Ketika ia telah selesai menata berkasnya, langit telah terang benderang. Tepat ketika ia mengangkat kepalanya, ia melihat Naruto tengah berdiri di ambang pintu.

"Sasuke, semalam kau tidak tidur?" tanya Naruto.

"Kemarilah." panggil Sasuke, begitu Naruto sudah mendekat Sasuke langsung menariknya ke pangkuan.

"Semalam aku bertemu dengan Gaara."

Tubuh Naruto langsung membatu, kaku.

"Dia memberitahuku seseorang mencari namaku di SOSO. Aku ingin bertanya apa yang ditemukannya?" melihat Naruto tak bereaksi Sasuke melanjutkan. "Aku baru memasukan namamu dan melihat kau baru mendapat penghargaan untuk fotomu tapi kau tak pernah memberitahuku."

"Hanya pwnghargaan kecil dan kau tak pernah bertanya." ucap Naruto pelan.

Sasuke menghembuskan nafas dan memeluk Naruto makin erat. "Maafkan aku, semua salahku. Naruto ceritakan padaku hidupmu."

"Di U.S?"

"Ya."

Naruto terdiam lama, tak yakin harus berkata apa. Tapi begitu menatap wajah Sasuke, Naruto dengan mudah menceritakan hidupnya di Amerika. Ketika dia baru menginjakkan kaki di sana dan tak bisa berbahasa Inggris dengan baik dan sering tersesat karena tak bisa membaca tanda jalan. Naruto bercerita bagaimana bencinya dia belajar bahasa Inggris, kebiasaan yang jauh berbeda juga makanan-makanan yang begitu mengerikan bagi lidahnya.

"Kenapa kau tak makan makanan yang lain?"

"Karena mahal, saat itu aku sangat miskin."

"Ayahmu tidak memberimu uang?" tanya Sasuke mengerilutkan keningnya.

Naruto terdiam beberapa saat sebelum menjawab. "Ya ayah mengirim uang dengan nominal yang tak sedikit. Tapi kemudian aku membaca berita di koran, dan kemudian aku memutuskan mengirimkan uang itu ke kedutaan."

"Mereka tak mengajukan pertanyaan?"

"Aku tak memasukkan namaku, aku mengirimkannya ketika ada penggalangan dana untuk warga Konoha suatu hari. Sejujurnya tak ada yang bisa di banggakan dari hal itu... Aku tak bisa menggunakan uang yang di dapatkan sebagai ganti nyawa ayahku."

Oh, Baby! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang