Special 4.2 (Satsuki POV)

3.6K 353 30
                                    

Desclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : Sasufemnaru

Warning : Ooc, Gaje, Gender bender, so much typo

Dont like, dont read.


Sebelumnya aku selalu yakin, Sasuke tak benar-benar menyukai Naruto, mereka tak tampak cocok satu sama lain. Dan Sasuke selalu memperlakukan Naruto seperti yang lainnya. Dingin dan penuh perhitungan. Tapi kejadian di taman hari itu menghancurkan kepercayaan diriku.

Tampaknya, di tempat saat aku tak melihat mereka selalu mesra seperti itu.

Kedekatan itu....

Kejadian yang kulihat di taman hari itu selalu muncul di fikiranku. Selama beberapa hari aku selalu merasakan dadaku nyeri tiap kejadian itu muncul di benak.

Sampai satu hari aku bertanya pada teman satu asramaku.

"Bisakah seseorang mencium seorang gadis yang tak disukainya?"

Temanku berfikir sejenak sebelum menjawab. "Sejauh kau tidak mempunyai misophobia aku fikir itu tidak masalah. Hei, Satsuki tiba tiba kau bertanya seperti ini. Apa seseorang baru saja menciummu?"

Satsuki mengabaikan godaan antusias temanya itu dan sibuk menatap langit-langit kamarnya kembali.

Sekalipun tidak cinta kau bisa mencium orang lain.

Bisa jadi Sasuke tak menyukai Naruto sebesar yang di pikirkannya. 

Sejujurnya jika Naruto sedikit lebih baik daripada aku mungkin aku tak begitu sakit hati. Tapi dilihat dari manapun aku jauh lebih baik darinya.

Tapi apa untungnya itu, Sasuke tetap tak kan menganggapku lebih dari adiknya. 

Malam itu aku tidur dengan pikiran yang makin kacau.

Sampai akhirnya aku meminta Naruto untuk bertemu.

Aku duduk menunggunya di KF* dan dengan gugup menyiapkan mentalku. Sepuluh menit kemudian aku melihat Naruto membawa backpack hitamnya berjalan mendekatiku dan melambaikan tangannya tanpa henti.

"Satsu, kau datang sangat awal." Katanya begitu duduk di bangku depanku. "Kau pesan apa, kebetulan aku ounya kupon diskon."

"Terserah kau saja."

"Baiklah. Aku akan memesan set makan siang anak untukmu dan memberikan mainannya untuk Sasuke bermain." Candanya.

Tanpa bisa dicegah aku ikut tertawa membayangkan Sasuke dengan muka datarnya bermain hadiah dari kf*. Dalam hati aku membencinya karena sikap tenangnya.

Melihat gerombolan siswi sekolah yang baru masuk ke resto Naruto langsung melesat ke ujung antrian meninggalkan ku untuk menunggu meja. Begitu mendapatkan nomor pesanan dan berbalik ke arahku Naruto tanpa sengaja menabrak orang di sampingnya dan menumpahkan cola orang tersebut. Sambil melihat kekacauan itu, aku tak bisa berhenti membayangkan apa yang akan dilakukan Sasuke jika ada disini. Dia pasti akan meringis dan langsung berdiri untuk menyelesaikan kekacauan itu.

Bersama Naruto, Sasuke pasti akan kelelahan mengurusi gadis manja itu.

Beberapa saat kemudian Narito kembali dengan pesanan makanan kami. Dengan nada bersalah dia berkata.
"Satsu, kau jangan beritahu Sasuke masalah ini ya.."

Aku hanya menganguk sambil memakan kentang goreng.

"Naruto." Panggilku. Setelah makan beberapa buah kentang goreng di depanku. "Sejujurnya Sasuke dan aku bukan saudara. Sebelumnya orang tua kami sangat dekat, dan kebetulan kami punya nama marga yang sama. Kemudian ketika orangtua Sasuke meninggal, orangtua ku memutuskan mengadopsi Sasuke."

Begitu menyelesaikan penjelasanku aku menatap Naruto yang masih sibuk menyeruput colanya. Matanya masih dengan naif memandangku. "Tidakkah kau mengerti. Kami bukan kakak adik."

"Satsu kau bercanda kan?"

"Sasuke tidak pernah...."

"Ini masalah keluarga kami, jadi kenapa Sasuke harus memberitahumu?"

Melihat wajah Naruto yang berubah pias, aku tahu aku sudah menyinggung titik lemahnya.

"Hari ini aku ingin mengatakan padamu. Aku mencintai Sasuke. Aku tidak mau lagi mencintainya diam diam seperti saat ini. Aku ingin secara terbuka berlomba denganmu." Ujarku. "Naruto, kau fikir kau bisa mengalahkan dan memenangkan hubungan khususku dan Sasuke selama ini?"

Setelah mengatakan semua itu aku berdiri dan pergi.

Nyatanya aku memang pengecut.

Setelah hari itu aku tak berani untuk pergi ke Universitas Konoha. Aku tak berani menghadapi Sasuke secara langsung jadi aku memanfaatkan Naruto untuk memberitahu sasuke perasaanku.

Aku bertanya-tanya akan seperti apa jawaban Sasuke.

Sudah seminggu dan aku tak mendapat kabar apapun dari mereka. Berkali kali aku menimbang-nimbang untuk menghubungi Sasuke atau Naruto tapi aku tak punya keberanian sedikitpun.

Dua hari kemudian aku sudah tak bisa menahan diri lagi dan memutuskan mengunjungi Naruto hanya untuk mendapati bahwa segalanya telah berubah. 

Naruto sudah pergi.

Dan tak ada yang tahu apakah ia akan kembali.

Tbc

Fortune Teller


Naruto kerap menyebut Sasuke adalah seorang fortune teller. Tampaknya suaminya itu selalu bisa menebak sesuatu dengan akurat. Ketika Naruto harus pergi ke luar kota untuk menghadiri pernikahan salah satu temannya. Naruto memutuskan membeli tiket untuk penerbangan pukul tujuh karena harganya yang murah. Sasuke yang sedang menuntaskan kasus di luar kota ketika mendengar keputusannya hanya bisa mengeluh tidak percaya Naruto bisa datang tepat waktu. 

"Penerbangan pukul tujuh pagi berarti kau harus berangkat dari rumah pukul 5.30am apa kau yakin kau bisa bangun pukul empat pagi?"

Dengan yakin Naruto menjawab. "Jangan khawatir, aku pasti bisa."

Pada akhirnya malam sebelum keberangkatan, dia harus lembur untuk pemotretan hingga pukul dua pagi.

Pukul lima, Sasuke menelepon. "Sudah waktunya bangun."

"Ini masih gelap."

"Kau bergadang semalam?"

"Diamlah. Aku harus meneruskan tidur berhargaku, bangunkan aku sepuluh menit lagi."

Ketika Naruto membuka matanya lagi, langit  sudah berubah terang, Naruto menatap jam wekernya putus asa. Dengan cepat diraihnya telepon genggamnya dan menelepon Sasuke.

"Aku kesiangan."

"Aku tahu."

"Bantu aku mencoba menunda penerbang...."

"Aku sudah memesan ulang penerbanganmu. Pesawatmu akan lepas landas pukul 9.45AM. Jika jalan tidak macet kau bisa sampai bandara dalam waktu setengah jam. Jadi karena sekarang kau sudah bangun dan masih pukul 7.30AM kau punya waktu untuk sarapan. Aku sudah menduga ini akan terjadi dari awal."

Oh, Baby! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang