Bab 1

11 1 0
                                    

Masa lalu itu bertengger di punggung kita. Yang tak harus dilihat, namun selalu bisa dirasakan.
---------------------------------------------------------

Sudah empat puluh dua jam aku berdiam diri di kamar, semenjak hari pemakaman Jeff. Ditemani oleh satu pintu, dua jendela, satu ranjang, satu meja, dan sepasang kursi.

Sekarang aku bahkan telah hafal, ada berapa retakan yang ada di dinding kamarku, juga berapa noda di gorden jendela sebelah kanan.

Hidupku rasanya sudah tak berbentuk lagi. Aku sudah seperti orang gila yang hanya diam berkubang di kamarnya sendiri.

Kemarin, tepat dua puluh jam yang lalu, aku berumur tujuh belas. Semuanya tidak seperti yang kubayangkan, selain datangnya Liz dan Aaron sambil membawakan kue ulang tahun. Kuenya terlihat manis, dan kini kue itu seakan memandangiku dari suatu meja kecil di sudut ruangan.
Dan satu lagi. Kotak berpita emas di hadapan ku.
Yang ini dari Jeff.

Kemarin Aaron memberikan kotak ini padaku. Dia bilang, sepertinya Jeff tahu bahwa dia tidak akan bisa memberi kotak ini tepat di hari ulang tahunku. Jadi ia menitipkanya pada Aaron, sahabat sekaligus sepupunya.

Aaron memberikanya sambil menangis, dan hal itu membuatku bekerja keras agar tidak ikut menangis.

Kini, aku akan membuka kotak ini. Bagiku, membuka kotak ini sama dengan membuka lagi kenangan – kenangan masa laluku bersama Jeff, yang dengan susah payah telah aku kubur semenjak dua hari yang lalu.

Aku mulai membukanya dengan hati – hati. Aku tak ingin merusaknya, walau hanya sedikit sobekan saja. Dengan perlahan, aku membuka tutup kotak, dan melihat sebuah boneka kucing yang sedang memeluk sebuah jam. Semua bagian boneka itu terbuat dari kain dan benang – benang lembut.

Begitu pula dengan jam yang di peluk oleh si kucing. Di bagian samping jam itu, ada beberapa aksara terbordir bertuliskan ‘PUSH ME’. Aku menurut pada tulisan itu lalu menekan jam itu, dan sesuatu terjadi.

“Ekhem, Hai Rys.”
Jantungku serasa berhenti berdetak.

“Maksudku, Hai, Caryssa. Ehm…”
Ada jeda sesaat sebelum akhirnya suara itu berlanjut.

“Aku hanya ingin mengatakan.. Happy birthday..”
Dan tanganku gemetar saat mengenali suara siapa tadi.

“Ini aku, Jeff..”
Benar! Itu Jeff! Apa yang kau lakukan…

“Aku minta maaf aku tak bisa mengucapkanya langsung… Aku menemukan boneka ini di Mall, lalu entah mengapa aku teringat pada mu. Si penjual bilang, boneka ini dilengkapi oleh perekam suara, jadi aku langsung saja membeli boneka ini dan merekam suaraku.”
Jeff… ini hanya.. rekaman?

“Ya.. ini rekaman suaraku. Konyol ya? Padahal besok lusa aku bisa mendatangimu dan mengucapkan Happy birthday secara langsung. Tapi,”
Ya, ini konyol.. tapi juga, manis..

“Hm, yasudahlah. Satu lagi..”  Suaranya terdengar makin serius, dan terasa lebih dekat.

“Aku menyayangimu!”
Lalu suara nya menghilang diakhiri oleh tawa khasnya.

Jeff.. kukira kau lupa, kukira kau terlalu sibuk dengan kematian sehingga lupa dengan ulang tahunku. Tapi bahkan kau bisa memberikan hadiah terindah di saat kau sendiri sudah tiada?

Lagi! Aku ingin mendengar suaramu lagi, lagi, lagi. Aku terus menekan jam itu walau dapat ku rasakan air mata yang menggenang di mataku. Dan kalimat – kalimat indah itupun terus berulang menggema di kamarku.

Semuanya di mulai ketika Jeff dan Aaron menjadi murid pindahan di sekolah ku. Jeff yang konyol memperkenalkan diri di depan kelas dan duduk di belakangku. Lalu dia mengajaku berkenalan, dan memperkenalkanku pada Aaron. Aku pun memperkenalkan mereka berdua pada Liz, dan mulai hari itu kami berempat menjadi dekat, dan
mungkin menjadi sahabat.

Caryssa The Series 1: Let Me Home (Bahasa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang