Bab 2

4 1 0
                                    


Aku tak tahu sudah berapa lama seluruh anggota tubuhku terasa sulit untuk di gerakan. Yang pasti, cukup lama karena saat ini aku sudah merasakan sekujur tanganku  kebas dan dingin.

Aku bisa mendengar, saat tawa seorang wanita menggelegar di dalam mobil. Mungkin itu adalah halusinasiku  saja, karena yang ku ingat, hanya ada aku dan Bastian di mobil ini. Tapi, semakin lama tawa itu semakin terdengar jelas.

Tenagaku telah habis kugunakan untuk membuka mata. Dan kini kurasakan tubuhku semakin lemas. Untuk bernafas saja rasanya seperti telah berlari jauh. Kenapa aku seperti ini? Rasanya sulit untuk menghela nafas.

Sedetik kemudian, aku menyadari bahwa ada sepasang tangan ramping yang tengah mencengkram kuat leher ku. Entah mengapa tiba – tiba kesadaran ku kembali, dengan seketika, aku dapat menggerakan kembali tubuh ku, walau dengan rasa sakit yang luar biasa.

Saat kubuka mata, kumelihat seorang wanita berambut hitam mengembang tengah menatapku dengan kejam. Matanya terlihat sangat penuh penderitaan, seakan ia membalaskan dendam atas deritanya pada cengkramanya di leherku.

Aku memberontak sekuat tenaga, dan mencoba untuk menghempaskan tangan yang mencengkram di leherku, namun tanganya seakan terbuat dari baja. Ia sama sekali tak terpengaruh oleh semua tenaga yang telah aku keluarkan.

“Apa kau merasakanya? Rasa sakit? Tidak berdaya?”

Kurasakan mataku menjadi basah. Aku menangis, dan berteriak sekuat tenaga. Namun yang ku dengar hanya sebuah hembusan udara yang keluar dari mulutku. Hingga tiba saat nya pandangan ku kembali menjadi kabur. Semua nya berputar – putar di kepala ku.

Aku hanya tak mengerti, kenapa wanita ini tiba – tiba ada di depanku dan mencekikku seakan aku telah menyakitinya. Kurasakan paru – paru ku menciut, dan segalanya mulai menjadi redup.

Namun tiba – tiba, cengkraman wanita itu terlepas seketika. Dan dengan waktu seperkian detik, kurasakan tubuhku menghantam sesuatu. Jika harus di jelaskan, rasa sakit yang saat ini aku rasakan tidak akan bisa aku jelaskan. Semuanya terjadi begitu cepat dan bertubi – tubi.

Sesaat kepalaku berada di bawah dan sesaat lagi kepalaku berada di atas. Tapi ini peluangku untuk menghirup nafas sebanyak – banyak nya. Peluangku untuk mengembalikan kehidupan pada paru – paru ku.

Meski beberapa kali terbatuk, akhir nya aku dapat kembali  mengatur nafasku, dan lambat laun pandangan ku mulai kembali jelas.

Kutemukan tubuh wanita tadi tergeletak di luar mobil saat mobil yang kutumpangi ini berhenti berguling.

Tepat di atas aspal yang terbasahi oleh air hujan. Kaca bagian depan mobil Bastian pun kini hanya berupa bingkai dengan beberapa bagian tajam di sisi tertentu. Saat kulihat, Bastian telah menghilang dari tempatnya.

Dan aku bisa mendengar beberapa erangan serta suara benda tumpul yang saling berhantaman. Semua suara itu berasal dari belakangku.

Aku berbalik.

Ada dua orang lelaki besar sedang saling menghantam satu sama lain. Salah satu dari mereka adalah Bastian, dan aku tidak mengenali lawanya. Saat aku melihat ke sekitar, baru kusadari bahwa mobil yang saat ini aku naiki telah mengalami tubrukan. Aku tak tahu dengan benda apa mobil ini bertubruk. Yang pasti bagian depan mobil ini penyok dengan sejadinya.

Aku berhasil tersungkur keluar dari mobil, dengan noda darah yang menghiasi wajah kanan ku.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Caryssa The Series 1: Let Me Home (Bahasa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang