Chapter 3: Tempat ini Bernama Bumi

80 3 0
                                    

" Halo semuaa, maafkan atas keterlambatan saya yang teramat sangat ini. Gila, buka-buka akun udah setahunan ini cerita enggak dilanjut. Well, kalian berhak buat kecewa sama saya huhu. Maafkan ke moodyan hamba untuk menulis dan melanjutkan. Eniwei, selamat membaca. "

Laboratorium Rahasia, Bawah Tanah Inner Temple, London, 10 am

Tepat setelah kejadian pada malam itu, kondisi laboratorium ini kini sudah tak berbentuk lagi. Sebuah ledakan yang terjadi cukup membuat beton-beton penyangga gereja itu runtuh dan membuat sebagian gereja tua Inner Temple London runtuh dan tak berbentuk.

Percikan-percikan api karena dampak arus pendek listrik yang terputus pun terlihat menghiasi seluruh laboratorium. Reruntuhan beton dimana-mana dan sebuah mesin yang berbentuk seperti sebuah gerbang celurit besar itu kini sudah tak berbentuk.

Diantara puing-puing bangunan yang sudah tak berbentuk itu tergeletak tubuh seorang manusia tak berdaya. Warna merah darah dan rona tanah kecoklatan itu turut menghiasi jas lab putihnya. Samar-samar lelaki bertubuh gempal dan berkumis tebal itu melihat keadaan sekeliling, matanya terasa perih dan seluruh tubuhnya seolah tidak bisa digerakkan. Hingga kemudian ia merasakan seseorang berusaha untuk membantunya berdiri.

"Otto, kau tidak apa-apa?" tanya sosok itu. Dia adalah Floyd, ilmuwan paling muda yang tergabung dalam proyek ilegal ini.

"Duh... duh... pelan-pelan, tubuhku rasanya sakit semua," sahut Otto sembari berusaha mendudukkan dirinya. Berkat bantuan Floyd, pria gemuk yang berumur sekitar 40 tahunan itu berhasil duduk disamping Floyd.

"Ah... tempat ini sudah seperti tempat yang terkena bom," kata Otto berkomentar. "Hei, kulihat lukamu tidak separah diriku hm Floyd?"

Pemuda yang baru memasuki usia 20 tahun itu hanya tersenyum menanggapi komentar Otto. Memang benar, jika dilihat Floyd tidak terluka terlalu parah, hanya beberapa goresan-goresan kecil yang terlihat menghiasi wajah tampannya. "Tapi, aku belum melihat Anthony dan Posco."

Mendengar hal itu, Otto nampak berpikir keras, kedua alisnya bertaut dan dahinya mengerut. "Hm... apakah mungkin sesuatu terjadi pada mereka?"

Mendengar hal itu Floyd hanya terdiam. Menurutnya, masih sangat prematur untuk menyimpulkan jika kejadian ledakan semalam dan gerbang yang mereka buat telah menyedot Anthony dan Posco ke dunia lain. Karena, bisa saja tubuh keduanya tertimbun puing-puing reruntuhan. Mungkin, saat ini hal yang paling tepat untuk Otto dan Floyd lakukan adalah berdiam diri dan menunggu kabar.

"Ah kita harus segera pergi dari sini, kepolisian setempat pasti akan kemari untuk menyelidiki ledakan semalam," kata Floyd menyarankan.

"Kau benar, sekarang kau bantu aku berdiri dan bawa semua hal-hal penting dari sini."

Apartemen Lucia, Covent Garden, London, 13.00 pm

'Tepat pukul 7.30 kemarin malam, London dihantam badai besar secara tiba-tiba, tidak hanya itu sebuah ledakan hebat juga terjadi di daerah Inner Temple, London, Inggris. Diduga penyebab ledakan itu adalah akibat tersambarnya 4 gardu listrik dekat Inner Temple oleh listrik. Hal itu pula yang menyebabkan listrik ¼ bagian kota London mati total. Badai yang terjadi semalam, kemungkinan terjadi akibat adanya pusat tekanan rendah yang muncul tiba-tiba di Samudra Atlantik bagian Utara. Pusat tekanan rendah yang muncul di daerah ini memicu terbentuknya badai yang hampir menyelimuti seluruh dataran Eropa.'

"Hei Luce, kenapa wanita itu bisa masuk ke dalam kotak ini dan dia tidak mati?" tanya Cain polos.

"Ah, kau pasti baru melihatnya, benda yang ada di depanmu itu bernama televisi. Sebuah alat elektronik yang dapat menyiarkan gambar bergerak beserta suara," jawab Lucia yang masih sibuk dengan mempersiapkan potongan-potongan buahnya.

The Devil King is HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang