Chapter 4: Dunia Lain

56 4 0
                                    

Haloo, akhirnya gue update lagi. Btw, bisa dibilang update gue buat cerita ini tergolong super duper cepat banget. Eniwei, happy reading dan jangan sungkan untuk meluangkan waktu memberikan pendapat, kritik atau saran kalian terkait cerita ini. Insyaallah bakal gue balesin satu-satu dah.

Well, berhubung sekarang sudah memasukki Bulan Ramadhan, selamat menunaikkan ibadah puasa buat semua teman-teman muslim gue, semoga dapat menjalankan ibadah puasa kalian dengan lancar jaya.

----****----

Suatu tempat di Swedia, 10 a.m.

Alexei dan Winter, 2 sosok makhluk dari dunia lain yang terdampar di suatu tempat bernama Bumi ini tengah berjalan tak tentu arah. Tempat ini terasa asing bagi keduanya, terlabih lagi tempat ini terlihat sepi. Hanya terlihat beberapa orang yang berlalu lalang. Nampaknya tempat ini berada di pinggiran suatu kota. Rumah-rumah juga terlihat jarang dan ladang gandum yang mulai menguning juga nampak luas membentang.

Semilir angin kering dan dingin musim gugur bertiup dengan kencang. Memaksa Alexei untuk terus merekatkan jaket kulit yang dikenakannya. Sedangkan Winter, walaupun pakaiannya tergolong minim namun, untuk ukuran makhluk-makhluk Suku Serigala Bulan, dinginnya suhu disini tidak sebanding dengan dinginnya daerah asalnya. Mengingat habitat asli dari Suku Serigala Bulan adalah sebuah tempat yang selalu dilanda musim dingin bersalju.

"Br... kenapa tempat ini dingin sekali," kata Alexei berkomentar.

"Tidak sedingin tempatku berasal."

"Hei... jangan bandingkan aku denganmu, kau tahukan habitat Bangsa Darco? Kami tinggal di daerah panas dengan gunung-gunung vulkanik yang masih aktif," kata Alexei membalas komentar Winter.

"Lalu kenapa kau tidak menggunakan sihir apimu itu? Lumayan, itu bisa membuatmu lebih hangat," kata Winter menyarankan.

Ah kalau dipikir benar juga. Kenapa Alexei tidak melakukan itu dari awal? Ah tidak-tidak sihirnya sedang tidak stabil. Karena semenjak ia tiba disini, ia merasa gejolak aneh dalam dirinya.

"Sihirku sedang tidak stabil, apa kau juga tidak merasakannya?" mendengar penuturan dari sahabatnya itu Winter lantas mengingat perasaan aneh itu lagi. Perasaan aneh yang ia rasakan semenjak ia tiba di dunia ini. Jika dipikir-pikir benar juga, karena sampai saat ini pun ia merasa jika kekuatan sihirnya seolah naik turun seperti gelombang sinus.

"Arrrggh!!! Sial kenapa tiba-tiba kita bisa nyasar kemari sih?!" katanya sambil mengehentikan kedua kakinya dan menggoyang-goyangkan ekornya dengan kesal.

"Kau tahu Alexei, sebelum aku nyasar di tempat ini Raja Iblis sialan itu tiba-tiba mengeroyok kampungku! Arrrgh... dan saat itu aku tengah bertarung dengan pasukan-pasukannya, lalu tiba-tiba aku mulai merasakan lonjakan aneh dan saat membuka mata aku sudah di tempat aneh ini. Jika saja aku bertemu dengan Raja Iblis itu disni, aku akan membunuhnya!" racau Winter masih dengan perasaan kesal.

"Ah ngomong-ngomong tentang Cain si Raja Iblis, aku juga saat itu tengah berada dalam misi untuk membunuhnya, lalu tiba-tiba saja aku merasakan sesuatu seperti mu, rasa aneh yang muncul tiba-tiba lalu sedetik kemudian aku dilempar kemari," kata Alexei dengan tatapan menerawang, seolah berusaha mengingat suatu kejadian masa lampau.

"Whoah... kau sedang menjalankan misi untuk membunuhnya? Whoah... aku akan dengan senang hati membantu. Kurang ajar sekali dia memang, raja tak tau rasa terimakasih. Kau tahu Serigala Bulan adalah suku yang jaman dahulu kala selalu membantu raja. Tch... sekarang lihat dia bahkan ingin memusnahkan kami, apa-apaan itu!" Wajah Winter yang mulanya putih pucat itu kini perlahan mulai menunjukkan semburat merah. Nampaknya, gadis anima itu kini benar-benar naik darah.

The Devil King is HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang