Chapter 5: Possession

78 10 0
                                    


Ivy Market Grill, Covent Garden, London, 4 p.m.

Lucia POV

Ugh... entah bagaimana ceritanya kami bisa berakhir di tempat ini. Tapi jika dipikir-pikir rasanya sayang jika kesempatan seperti makan gratis ini dibuang begitu saja. Tapi sungguh, aku rasanya tidak betah dengan suasana seperti sekarang ini. Bagaimana tidak, aku seorang gadis berumur 24 tahun yang kini berada satu meja dengan 2 orang pria tampan. Ugh... rasanya aku ingin melarikan diri dari pandangan-pandangan iri para wanita yang ada di restoran ini. Benar-benar tidak nyaman.

Terlebih lagi, aura yang tidak mengenakkan seperti tidak mau pergi dari meja makan ini. Membuat Sirloin Steak yang kumakan terasa hambar di lidah.

"Luce... coba makan ini, ini salah satu makanan andalan restoran ini lho," kata Caius sembari menyuapkan potongan roast salmon fillet ke arahku. Namun, pria disebelahku seolah memberikan pandangan tak suka dan langsung menyambar garpu dari tangan Caius lalu memakan potongan makanan itu dengan penuh kemenangan.

Hei... apa-apaan dengan dia?! Ugh... sepertinya mempertemukan Cain dan Caius adalah suatu kegiatan yang harus benar-benar dihindari.

Melihat hal itu, Caius lantas tersenyum kecut. "Sepertinya sepupumu ini hobi makan ya?"

Aku pun lantas tertawa kikuk menanggapi komentar Caius dan menatap tajam Cain. Tapi sepertinya, dia tidak menggubrisku sama sekali.

"Ah makan bareng seperti ini rasanya sudah lama ya," kata Caius berusaha untuk membuka topik pembicaraan baru.

"Duh, kamu ini bisa saja, orang baru beberapa hari yang lalu kita makan malam bareng," balasku sehabis menelan makananku.

"Hm... benarkah? Apa mungkin aku sudah mulai merindukanmu?" Goda Caius. Kini sebelah tangannya ia letakkan ke atas meja dan ia topangkan dagunya sembari menatapku lekat. Kedua mata kami lantas bertemu pandang. Oh betapa indahnya kedua mata biru lautnya.

"Ehem... jangan gombal kamu," kataku sambil memain-mainkan garpu.

"Lho itu benar, sehari saja tidak melihatmu di kantor rasanya seperti bertahun-tahun tidak melihatmu."

Mendengarnya mengucapkan gombalan lagi, membuat aktivitas makanku terhenti sejenak. Membuat daging yang harusnya masuk ke dalam mulutku itu berhenti di tengah jalan. Oh lagi-lagi aku kembali melihat senyuman yang kelewat menggoda iman itu dari wajah Caius.

"Kau tidak akan memakannya? Oh dengan senang hati aku akan menerimanya," kata Caius yang tanpa permisi langsung mengulurkan tangannya meraih tanganku yang lain guna memasukkan sesuap daging itu kemulutnya.

Tiba-tiba suasanya mendadak dingin dan berat. Lalu kutolehkan kepalaku ke arah pemuda disamping. Oh, wajah Cain sudah benar-benar berubah menyeramkan sekarang. Kedua matanya yang tajam kini semakin tajam setajam mata pedang. Melihat hal yang dilakukan Caius padaku seolah membuat gigi-giginya bergemeretak.

"Sialan!" umpatnya.

"Huh, kenapa dengan sepupumu?" tanya Caius dengan nada dan tatapan menggoda.

"Dia terlihat seperti orang yang cemburu, eh?" katanya lagi.

Hei... hei... ini bukan saat yang tepat Caius. Aku tahu betul jika sudah sifat asli dari sahabatku itu yang gemar menggoda orang lain. Tapi, saat ini sungguh bukan saat yang tepat.

"Cemburu pantatmu! Kau tahu wanita yang barusan kau goda ini, Dia adalah milikku. Jika kau berani macam-macam aku akan membuatmu seperti bubur!"

Oh tidak! Aku tidak salah dengar bukan? Apa-apaan itu maksudnya jika aku adalah miliknya? Oh Tuhan! Aku benar-benar malu sekarang. Saat ini kami benar-benar seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar karena orang ketiga. Atau lebih buruh lagi, bagi para wanita yang haus akan ketampanan keduanya aku mungkin lebih cocok terlihat seperti seorang wanita jalang yang tengah mengadu domba dua orang pria tampan.

The Devil King is HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang