Malam Yang Berbeda

2.6K 56 6
                                    

Pulang larut malam mungkin sekarang sudah menjadi kebiasaanku. Walaupun badan sudah terasa sangat lelah, tapi ini sebuah tanggung jawab.
Meskipun sebenarnya aku takut pulang malam sendirian dengan jarak yang lumayan dan harus melewati beberapa jalan yang kata orang-orang rawan, ya rawan dengan kejahatan. Beberapa kejahatan terceritakan dijalan itu. Aku harus melewati jalan-jalan itu hanya berdua dengan motor kesayanganku.

Tapi malam itu berbeda, aku tak pulang sendirian.
Pak Yadi memang sering beberapa kali supaya Anwar mengantar aku pulang. Begitu pula dengan malam itu.
"Anwar, anter Inesh pulang kasihan udah malem gini khawatir dijalan ada apa-apa, masa Bapak yang harus nganter kan beda arah jauh juga Bapak pulang", ucap Pak Yadi.
Memang di divisi aku kerja laki-lakinya hanya Anwar, Pak Yadi dan Pak Maulana, tapi Pak Maulana sudah berkeluarga jadi tidak mungkin kalau ia yang mengantar.
"Iya Anwar kamu anterin dulu", timpal Sari.
Anwar tak menjawab apapun, hanya tersenyum.

Jam sudah menunjukkan pukul 22.00, kami pun bergegas untuk pulang. Ketika sedang berjalan ke parkiran, tiba-tiba ada pesan bbm masuk.

Anwar
Mau dianterin pulang?

Aku sangat senang ketika membaca pesan itu. Rasa senangnya tak bisa tergambarkan oleh apapun. Oh iya dia jalan kan gak jauh dari aku tapi ko Bbm ya? Tapi sudahlah itu tidak penting. Aku segera membalas pesannya.

Inesh
Gak apa-apa emang? Takutnya merepotkan.

Anwar
Gak apa-apa ko.

Dan akhirnya malam itu aku pulang diantar oleh Anwar, Aku membawa motor sendiri jadi dia mengikutiku dari belakang.
Sesekali dan berkali-kali aku melihatnya dari kaca spion motorku.
Sepanjang perjalanan hatiku tak karuan karena senangnya dan merasa tidak percaya. Dia yang biasanya bersikap dingin sama aku, sangat jarang ngobrol denganku juga, sekarang dia mengantar aku pulang? Merupakan hal yang tak pernah aku duga sebelumnya.
Tibalah di gang rumahku, aku bilang kepadanya mengantarnya cukup sampai disini saja, karena kasihan juga dia pulangnya jadi lebih malam.
"Anwar sampai disini aja, Aku masuk ke gang itu", ucapku sambil menujuk ke arah sebuah gang.
"Ya sudah kalau gitu", jawab Anwar.
"Makasih ya udah nganterin, hati-hati pulangnya", ucapku sambil tersenyum.
"Iya sama-sama, okee", jawab Anwar.
Kemudian Anwar pun berlalu.

Keesokan harinya kami pulang larut malam lagi, tapi tidak semalam kemarin. Hari ini kami pulang pukul 21.00.
Dan tahukah apa yang terjadi?
Anwar nawarin buat nganter pulang lagi, aku sangat senang. Awalnya aku kira cuma sekali itu saja.
"Mau dianterin pulang lagi?", tanya Anwar ketika kami berjalan menuju parkiran.
"Boleh, tapi seriusan gak apa-apa?", jawabku yang sebenarnya merasa tidak enak meskipun sangat senang diantar olehnya.
"Gak apa-apa, kalau misalnya pulang malam terus mau dianterin bilang aja ya sama aku, gak apa-apa ko", ucap Anwar.
"Oh iya, terima kasih ya", jawabku.
"Iya", jawab Anwar sambil tersenyum.

Dan sampai hari-hari berikutnya aku diantar Anwar pulang. Teman-teman yang lain sepertinya tidak ada yang tahu kalau beberapa kali ini aku diantar pulang oleh Anwar. Tapi ketika pulang sekitar pukul 19.30 aku bilang tidak usah diantar gak apa-apa aku masih berani karena belum terlalu malam masih banyak kendaraan yang lewat.
Lampu depan motor Anwar menjadi terbayang-bayang olehku karena terlalu sering melihatnya di spion ketika dia mengikutiku. Disaat aku pulang sendiri pun aku terkadang seperti melihat lampu itu, aku kira itu Anwar, ternyata bukan.
Aarrghh kenapa aku ini menjadi terbayang dia terus.

#an.an

Jodoh Dunia AkhiratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang