Lelaki yang tidak mencintai istrinya. Punya anak sudah sekelas lima sekolah dasar ia. Entah apa alasan sang lelaki. Apa memang begitu lelaki? Sekali pakai kemudian dibuang? Macam apa saja. Apa hanya mindset? Namun, bagaimana jika yang begitu itu hadir dalam diorama kehidupanmu, apa kau tak bergidik iba melihat si istri berkelu kesah, pun meregang nyawa melahirkan si anak? Aku cukup tahu.
Sebagai penulis yang terdikotomi sebagai lelaki juga, apakah aku juga begitu?
Setidaknya aku belum menikah dan belum berniat membelinya. Menikah itu tinggi esensinya, bukan kawin semata. Tapi aku pernah berpacaran. Aku pernah mencintai.Kembali ke kasus lelaki itu. Mengapa ia tak lagi mencintai istrinya? Apa ia bosan? Apa ia mencium veromon lain? Atau apa ia berniat membagi nafkah dengan entitas lain?
Di sisi lain, di belahan dunia lain, ada juga perempuan yang tidak mencintai seutuhnya. Cinta jarak jauh memang penuh pencitraan. Penuh kebohongan. Bagaimana si perempuan bisa mencintai seutuhnya bila tak ada proyeksi di dimensi yang sama yang touchable en puncable? Jarak jauh artinya ringkih.
Nah, bagaimana jika keduanya, sang lekaki dan perempuan tersebut berjumpa di sebuah padang hijau bernama kesempatan. Dan menyadari bahwa padang hijau yang mereka injak kini berasa lebih nikmat daripada kisah terdahulu mereka.
Cosmic coincidence or karmic-related-coincidence?
Mereka membuat dimensi bahagia versi mereka sendiri sebagai sandi yang harus disembunyikan. Mereka bermain kotak Pandora dan merakit bom waktu mereka sendiri.
Pertanyaannya, apakah sekarang mereka sudah berubah menjadi lelaki yang mencintai pasangan barunya dan perempuan yang mencintai pasangan barunya dengan utuh?
Bagaimana jika mereka tidak akan pernah puas?
Begitulah semesta bekerja.
Faz,
Ditulis di saat hati patah berkeping-keping, di antara rinai hujan
25 Agustus 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaimana Sejatinya Merayakan Kehilangan
Short StoryAdalah sebuah kumpulan cerpen sastra