KECUT

40 11 0
                                    

(8)

Kecut!
Aku benci itu.
Dia lebih menyakitkan dari rasa pahit.
Dia lebih menyeramkan dari rasa asin.
Dia lebih berbahaya dari rasa pedas.
Tapi dia lebih unggul dari rasa manis.

Kecut!
Itulah yang aku rasa.
Melihatmu berjalan beriringan dengannya
Melihatmu menggenggam tangannya

Tidak!

Aku bukan membenci dia,
Aku juga bukan membencimu.
Tapi aku benci rasa ini.
Kenapa rasa ini harus datang?
Kenapa rasa ini harus bertahan?
Kenapa rasa ini tak pergi saja?
Padahal sudah tau ini menyakitkan. Sudah tau ini kecut. Sudah tau ini perih.

Percuma memangis, toh kamu tak akan lihat. Percuma menangis, toh kamu tak akan menghapusnya. Percuma menangis, hanya membuat aku terlihat lemah.

Tapi,
Cukup kamu tau,
Rasa kecut itu sudah menjalar di tubuhku.
Rasa kecut itu sudah menyatu dengan darahku.
Dia takkan bisa dikeluarkan lagi.
Tak akan pernah bisa.
Biarlah, aku menikmati rasa kecut ini.
Toh ini bagian dari hidup.
Biarlah, rasa kecut itu berjalan sendiri; yang mungkin saja nanti akan menghilang merubah diri menjadi rasa manis.
Biarlah. Biarlah. Dan biarlah.
Karna kamu sendiri takkan peduli, iya 'kan(?!)

-For ; ++ & --

KILAS BALIKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang