Part 4

1.4K 193 21
                                    

"Para penghuni panti tidak mau menyentuh makanannya." Jeongyeon memijat keningnya pelan, persoalan tentang para penghuni panti yang mogok makan membuatnya pusing. "Kenapa?" Tzuyu bertanya dengan nada yang salah, bagi orang yang mendengarnya pasti akan langsung berfikir kalau gadis ini tidak perduli.

"Mereka bilang kalau makanan yang disajikan itu tidak layak untuk di konsumsi." Jeongyeon meneguk segelas air putih sampai tak tersisa, "Tidak layak? Tak mungkin, dana yang diberikan untuk konsumsi selama sebulan penuh lebih dari cukup untuk memberikan mereka makanan yang layak." Tzuyu menggeleng tak percaya sambil membaca beberapa berkas yang menumpuk di mejanya.

"Tunggu dulu, sejak kapan kita mengganti koki?" Tzuyu mengernyitkan keningnya bingung, karena seingatnya tidak ada pemberitahuan mengenai pergantian juru masak di panti ini. "Seminggu yang lalu, apa kau tidak tahu? Atau Nyonya Jang tidak memberitahumu?" 

"Benarkah?" Pernyataan Jeongyeon membuatnya semakin bingung, Tzuyu tak ingat apakah sudah diberitahu atau tidak. "Lalu bagaimana kita mengatasi masalah ini? Jika pihak pemerintah atau publik mengetahui hal ini, besar kemungkinan panti kita akan mendapatkan masalah." Gadis berambut pendek itu mengetuk-ngetuk meja dengan menggunakan bulpennya.

Tzuyu diam sambil memandang kearah luar jendelanya, "Sial, pria itu lagi." Gumaman kecilnya masih bisa ditangkap oleh telinga Jeongyeon,dia mengikuti arah pandangan Tzuyu. Di luar terlihat sosok pria bertubuh cukup tinggi dengan kemeja dan celana katun hitamnya. "Dia bukankah cucu Nyonya Kim?" Tanya Jeongyeon namun hanya dihadiahi tatapan malas dari Tzuyu.

"Aku ingin dia diusir dari sini." Tzuyu kembali melihat kearah luar jendela dengan kesal, "Kenapa? Apa dia membuat masalah?" Gadis berlesung pipi itu mengangguk, "Iya, dia membuat masalah.... Dia terus menggangguku bahkan mengikutiku kemanapun aku pergi."

Jeongyeon terkekeh pelan, "Kalau begitu kita tidak bisa mengusir atau melarangnya kesini.... yang pertama dia adalah cucu dari penghuni panti disini. Yang kedua dia tidak melakukan tindakan melawan hukum disini."

"Tapi dia menguntitku dan mengganggu privasiku." Rengek Tzuyu, jika sudah seperti ini hilanglah citranya yang terkenal kaku, keras kepala dan kejam. Tetapi dia tak perduli dengan hal itu, jika sudah bersama Jeongyeon. Sahabatnya yang sudah diangganya sebagai kakaknya sendiri. "Mungkin dia menyukaimu... Dan menyukai seseorang tidak melanggar hukum apapun." 

"Ah sudahlah lebih baik kita memikirkan bagaimana memgatasi masalah panti, dari pada memikirkan pria itu. Yang ada hanya akan membuatmu menyukainya." Lanjut Jeongyeon. "Tidak mungkin dan tidak akan pernah terjadi."

.......

"Gelang ini?" Tzuyu mengambil gelang yang ada dihadapannya, gelang yang sama dengan gelang pemberian mendiang ibunya dulu. "Itu gelangmu bukan?" Taehyung tiba-tiba muncul dari balik dinding. 

"Darimana kau dapatkan gelang ini?"

Taehyung tersenyum senang lalu memeluk Tzuyu tanpa izin terlebih dahulu, "Sudah kuduga, kau memang jodohku." 

"Jodoh? In Your Dream!" Gadis itu menginjak kaki kiri Taehyung sampai membuatnya meringis kesakitan, "Aw sakit.... Lihatlah kakiku sakit sekali. Ah, bagaimana ini? Sepertinya aku tidak bisa berjalan." Rengek Taehyung manja.

"Oh kakimu sakit? Tidak bisa berjalan? Benarkah?" Tzuyu menatap Taehyung dengan cemas, lalu mengelus pipi pria itu dengan lembut. Namun tak lama, ekspresi wajahnya berubah menjadi sinis dan dia langsung menginjak kaki Taehyung lagi. Kali ini yang kaki sebelah kanannya. "Aw.."

"Nah kali ini adil! Yang sakit bukan cuma sebelah kiri tetapi kanan juga." Tzuyu tersenyum puas, tiba-tiba Taehyung memegang tangannya kemudian mengambil gelang yang sedang digenggam Tzuyu. "Gelangku!" Teriak Tzuyu sambil mencoba meraih gelangnya yang telah dipegang oleh Taehyung.

"Maaf nona, tapi gelang ini telah menjadi milikku sejak belasan tahun yang lalu." Taehyung memasukkan gelangi tu ke saku celananya, "Dan juga pemilik gelang ini akan menjadi milikku." Dia berbisik menggoda lalu berjalan pergi meninggalkan Tzuyu.

"Yak! Kim Taehyung kembalikan gelangku!" Teriak Tzuyu dengan kesal membuat Taehyung tersenyum lalu berbalik menghadapnya, "Sebuah awal yang bagus, kau mengingat namaku dengan lengkap. Ini akan sangat baik untuk hubungan kita."

"Panggil aku OPPA! Aku lebih tua empat tahun darimu." Lanjut Taehyung sambil mengedipkan sebelah matanya lalu kembali berjalan pergi. 

"Hubungan? Oppa? Yang benar saja!" Gumam Tzuyu.

......

Flashback.

"Apakah olahraga itu menyenangkan?" Tzuyu memberikan handuk kecil kepada Chanyeol, "Tidak,  ini sangat melelahkan." Bohong, Chanyeol sangat menyukai olahraga. Namun demi Tzuyu, dia rela berpura-pura tidak menyukai hobinya itu.

"Pembohong! Aku tau kau sangat menyukai olahraga." Cibir Tzuyu, "Aiss kau ini, tidak bisakah kali ini kau mengalah dan berpura-pura percaya dengan kebohonganku?" Tanya Chanyeol pura-pura kesal.

"Kau tau kan aku tidak bisa berbohong." Tzuyu memasang wajah polosnya, "Lihat.. Apa itu tadi?" Chanyeol menghela nafasnya pelan lalu mencubit kedua pipi Tzuyu dengan gemas. "Jangan lihatkan ekspresi seperti itu kepada pria manapun!"

"Kenapa?" Tanya Tzuyu sambil menautkan kedua alisnya bingung, "Karena itu akan membuat mereka jatuh cinta kepadamu."

"Benarkah? Apakah itu berlaku dengan pria-pria tampan seperti Ji Chang Wook?" Tanya Tzuyu berniat menggoda Chanyeol untuk membuatnya cemburu, "Tenang saja, walaupun mereka setampan Ji Chang Wook atau siapapun itu. Aku yakin kau akan tetap memilihku." Ucap Chanyeol dengan percaya diri.

"Kau terlalu percaya diri oppa! Hahaha." Ejek Tzuyu sambil tertawa, namun ekspresi wajahnya berubah sendu ketika melihat teman-teman sebayanya yang sedang berlari-lari mengelilingi lapangan. "Tzu..."

"Aku ingin seperti mereka, aku ingin berlari sekencang mungkin. Bermain basket bersama teman-teman, menari sebebas mungkin tanpa beban. Seandainya jantungku tak selemah ini, aku pasti bisa menikmati semuanya." Tzuyu menghapus air matanya, "Tanpa harus memikirkan apakah besok jantungku tetap berdetak atau tidak." Lanjutnya.

Chanyeol menarik Tzuyu kedalam pelukannya, seandainya jika bisa bertukar posisi. Inginnya dia saja yang mengalami penderitaan yang Tzuyu alami. 

........

"Jika sesuai jadwal, maka obatnya telah habis dari satu minggu yang lalu." Dokter Park memijat pelipisnya, ah lebih baik dia menghadapi seribu pasien yang menuruti perkataanya. Dibanding menghadapi satu pasien yang kepalanya lebih keras dari batu. "Jika seperti ini terus, aku mengkhawatirkan kondisinya dok." Suster berkacamata yang usianya sedikit lebih muda dari dokter Park.

Mata dokter Park tertuju pada bingkai foto yang berisi foto keluarganya diatas meja, disana ada gambar dirinya bersama istri juga Chanyeol putra tunggalnya. "Dia hanya mau mendengarkannya."

Suster Lee yang sedari tadi memperhatikan dokter Park mengangguk setuju, dia sudah bekerja di rumah sakit ini selama belasan tahun. Tzuyu dan Chanyeol bukan orang asing baginya, dia sangat mengenal kedua anak muda itu. Bahkan dia telah menganggap keduanya seperti anaknya sendiri, Tzuyu telah menjadi pasien rumah sakit ini setelah bertahun-tahun yang lalu. Jangan tanya bagaimana sifatnya, sebenarnya dia adalah anak yang baik tetapi sangat keras kepala. Dibandingkan ayahnya sendiri ataupun dokter pribadinya, Tzuyu lebih memilih mendengarkan perkataan Chanyeol. Seolah anak dari dokter Park itu adalah satu-satunya orang yang dia percaya.

"Seandainya dia..." Dokter Park memotong ucapan Suster Lee, dengan wajah sedih dia menggelengkan kepalanya seakan tidak mengizinkannya untuk melanjutkan ucapannya.

....

Don't Leave Me Alone [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang