The Feel

697 62 6
                                    

Jiyong pov
Sudah beberapa hari ini aku tidak melihat Dara semenjak kejadian di bar. Tck, setiap malam aku selalu tak bisa tidur. Jimin bahkan selalu merengek memintaku mengantarnya menemui Dara tapi eemmm aku tidak bisa. Dia kan sedang marah padaku apalagi dia mengatakan dia benci padaku dan itu yang terngiang di kepalaku. Aaaaaaakh molla.
“Jucci, Chim lapal apa cidak ada yang bica di makan. kalau Chim mati kelapalan bagaimana? nanti jucci dipenjala kalena cama caja jucci membunuh Chim yang imut ini” ucap bocah polos tapi menyebalkan di hadapanku. (kecil2 udh sok mentang2 imut wkwkwk unyel2 niy jehehe).
“Pesan makanan saja ya. Jussi sedang malas bergerak” jawabku lalu memesan makanan melalui telfon genggamku. Setelah menunggu setengah jam makananpun sampai dan kami segera melahapnya dengan rakus. eeeii aku pun lapar apalagi beberapa hari tak bisa tidur.
“Juccciiiiiii… kata Min caem (saem: guru) Chim dan ceman yang lain akan mengadakan pentac ceni (pentas seni). Chim jadi cayuran cawi (sayuran sawi) dan puppy (anak anjing) Min caem juga kacih Chim costumnya” ucap Jimin dengan aksen cadel yang membuat author kewalahan wkwkwkw. (mo ilangin cadel chim tpi tar aneh wkwkw).
“Benarkah? coba kau tunjukan padaku” ucapku menanggapi. Jimin pun segera masuk ke kamar dan saat keluar dia menggunakan costum yang tadi di sebutkan. pertama dia memakai costum sayuran sawi dan setelah itu dia memakai costum anak anjing.

(anak siapa sih karungin boleh ga? ya lord ucul bet author gemes wkwkw pict ini dari fansart nya jimin ya maaf ga tau y bikinnya siapa hehehe)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(anak siapa sih karungin boleh ga? ya lord ucul bet author gemes wkwkw pict ini dari fansart nya jimin ya maaf ga tau y bikinnya siapa hehehe).
“Bagaimana jucci?” tanyanya.
“Emmm not bad”
“altinya nok bec (not bad) apa jucci?”
“TIDAK BURUUUUUK. kau ini cerewet sekali huh?!”
“Huuuuaaaaaaaaaaaaa… jucci malahin Chim. Dala nunaaaaaaaa tolong Chim dali kekejaman monstel hijauuuu bau”
“Yak!!! siapa yang bau?”
“Jucciii, kan jucci belum mandi sehabis menjemput Chim.”
“Aiiishh aku tidak bau dan jangan sebut2 nuna siapa itu aku malas menyebut namanya cih”
“Jucci cama Dala nuna kenapa? cedang beltengkal ya? Chim kan cuka cama Dala nuna. Jucci hijau jangan jahat dengan Dala nuna kalna Chim akan melindungi Dala nuna”
“Hei cara bicara mu saja masih tidak benar. sok mau melindungi orang dewasa, babbo”
“Nanti kan Chim akan tumbuh becal dan tinggi Chim akan melebihi jucci jadi bica melindungi dala nuna” (aelah Jimin bts ama Gd tuh 11/12 tingginya wkwkwk).
“Terserah kau saja bocah” ucap ku malas, dia pun mempoutkan bibir nya lucu tanpa sadar akupun tersenyum melihatnya. Dan ku rasa aku mulai menyukai bocah cerewet ini. Dasar gumpalan kue beras. Aaaah sepertinya aku punya ide untuk bisa melihat Dara.
“Chim, kau mau melihat Dara nuna?” tanyaku antusias.
“Mauuuuuuuu” jawabnya semangat dan pekikannya sangat memekakan telinga.
“Tapi janji sesuatu pada jussi bahwa nanti saat bertemu Dara nuna Chim harus bilang Dara nuna harus melihat Chim pentas besok. bagaimana?” jelasku menatap gumpalan bulat kue beras hidup yang tampaknya sedang berfikir.
“Ne!!! Chim akan bilang pada Dala nuna. ayoooo kita belangkat ke Dala nuna” responnya cepat.
“Jussi mandi dulu Chim. Baterai mu tidak habis habis ya selalu bersemangat” ucapku yang direspon senyum bulan sabit bocah itu. tulus itu yang ku dapatkan dari senyumnya (Ji tu si jimin bukan boneka2an y pke batre et dah).
~Rumah Sakit~
“Dalaaaaa nunaaaaaaaa” teriak Jimin saat melihat Dara yang kebetulan berada di lobby rumah sakit.
“Jiminieeee” ucap Dara sama senangnya. Ia memeluk tubuh bocah bulat itu dengan erat. Emm aku pun sepertinya ingin dipeluk. (sini ama Hoon bang Ji wkwkwk).
“Sedang apa Jiminie di sini hemm? kau baik-baik saja kan?” tanya Dara sambil memperhatikan keseluruhan tubuh Jimin. heol dia tidak apa-apa De ini aku yang di sini yang tidak sedang baik-baik saja.
“Chim baik-baik caja nuna. Chim belcama jucci hijau. Itu dia di cana katanya cidak mau beltemu Dala nuna kalena malu dan takut dengan nuna” ucap Jimin kelewat polos. heol dia membantuku atau menjatuhkanku sih? dasar gumpalan mochi.
“Syukurlah jika kau baik-baik saja. nuna rindu pada Jiminie, oia bagaimana dengan sekolahmu? menyenangkan?”
“Emm menyenangkan nuna. Dan Chim ke cini ingin nuna janji becok nuna datang dipentac ceni Chim di cekolah. ya ya ya??? mau ya nuna???”
“Ahahaha baiklah. Akan nuna sempatkan menonton pentas senimu. Tampilkan yang terbaik oke” ucap Dara menyemangati.
“Ne!!!” jawab Jimin dengan semangatnya yang tak pernah habis. Dan oke aku berhasil.
Author pov
“Silahkan para orang tua murid menempati kursi penonton yang sudah disediakan” ucap mc mengatur para orang tua murid yang berdatangan tak terkecuali Jiyong, Dara dan Chanyeol.
“Mengapa kau mengajaknya, huh?” tanya Jiyong sedikit berbisik pada Dara yang sedang menikmati penampilan pembukaan dari anak anak.
“Kau bicara padaku? maaf aku tidak mengenal anda” jawab Dara dengan nada dingin sedingin musim salju. (sakit tapi tidak berdarah ya Ji wkwkwk).
“Tck, kau masih marah padaku De? ayolah jangan seperti anak kecil” ucap Jiyong masih berbisik.
“Yeol-aah kita pindah duduk saja. Aku tidak nyaman di sini banyak yang mengganggu” ucap Dara sarkastik. Dan Dara Chanyeol pun pindah tempat duduk agak lebih belakang dari tempat duduk Jiyong. Jiyong yang di tinggal sendiripun hanya memajukan bibirnya. (kesendirian itu neraka dunia ya Ji hahaha).
“Mari kita sambut penampilan teater pentas seni dari kelas bunga sakura” ucap Mc kemudian muncul bocah bocah menggunakan berbagai kostum. Dan di sana yang memakai kostum sayuran hijau tampak meneliti tiap jajaran bangku penonton dan saat ia melihat sosok yang di kenalnya ia pun tersenyum lucu menampakkan eyesmile yang tulus dan lembut di waktu yang bersamaan. keluguaan yang terpancar dari wajahnya yang senang dan semakin bersemangat memerankan sayur yang sedang di ladang menemani pemeran petani kebun. Dan saat latar menjadi sebuah rumah sederhana ia berganti kostum dengan kostum puppy yang lucu dan menggemaskan. pentas seni pun berjalan dengan lancar hingga tirai merah menyudahi penampilan mereka. sorak dan tepuk tangan bergemuruh masing masing orang tua menyebutkan nama anaknya yang tampil dengan membanggakan. Bahkan mereka saling berebut menuju belakang panggung agar cepat cepat memeluk anak-anak mereka. Tapi pemandangan itu menohok hati malaikat kecil yang masih menggunakan kostum puppy nya. Air matanya menggenang ia mulai terisak melihat teman-temannya dipeluk dan di kecup sayang oleh orang tua mereka tidak seperti dia yang hanya bisa melihat dan berandai-andai jika saja orang tuanya belum meninggal pastinya dia juga akan merasakan pelukan hangat dan kecupan bangga dari orang tuanya. Bocah itu semakin terisak kerinduan akan appa dan eomma nya menggunung tak berujung, bahkan berdoa dalam hati agar dia diajak ketempat orang tuanya kini. Sampai sebuah pelukan hangat ia rasakan membuatnya membelalakan mata kecilnya karena tidak menyangka bahwa ia akan mendapatkan pelukan hangat pula.
“Jussi disini. Uljima~ kau sangat membanggakan di panggung tadi. Appa dan eomma mu pasti juga bangga di surga sana. Jangan menangis lagi anggap jussi pengganti mereka”ucap Jiyong yang masih memeluk makhluk kecil berbalut kostum puppy.
“Kamcahamida jucci. Chim-chim cayang jussi. cungguh!!” ucap Jimin yang semakin terisak di pelukan Jiyong. Mereka dalam posisi itu cukup lama tanpa sadar membuat sesorang yang tak sengaja melihat adegan itu ikut terharu.
“Kau berubah lebih dewasa Ji. Terimakasih Jiminie”ucap Dara dari kejauhan. Lalu berbalik dan melangkah pergi kembali menuju seseorang yang menunggunya.
***
Keesokan harinya Jimin sudah menggoyang-goyangkan tubuh Jiyong yang masih tertidur. mungkin karena ia sudah melihat Dara kemarin ia bisa tidur sekarang namun rupanya makhluk bulat menggemaskan itu tak bisa membiarkan Jiyong menikmati tidurnya.
“Jucciiii ironaaa~~~~~ayo katanya mau pelgi ke taman belmain. Chim kan libuuuuul. ayooo jucciiii palliiiiii ironaaaa” rengek Jimin yang masih menggoyang-goyangkan tubuh Jiyong.
“eung. bisakah kau jangan berisik. arraseo arraseo aku mandi kau bisa nonton tv dulu okey” ucap Jiyong yang masih memejamkan matanya namun beranjak menuju kamar mandi.
“Jucciiiiiii” teriak Jimin. Jiyong pun menghentikan langkahnya.
“Apa lagi??” ucap Jiyong masih terkantuk kantuk.
“Jongkok” ucap Jimin, jiyong pun yang masih dalam keadaan mengantuk hanya bisa mengikuti apa yang di katakan bocah kecil itu. ia berjongkok lalu Jimin beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju tempat Jiyong.
Chup
“Telimakacih jucci. Chim cayang jucci” ucap Jimin dengan tersipu. Ia hanya bocah polos dan lugu tidak tau apa yang ia lakukan membuat namja dewasa yang didepannya membelalakan mata sambil memegang pipi nya yang di kecup Jimin.
“Huaaaaah, ku rasa aku mulai menyukaimu bocah manggaetok. Gumawo Chim. aku merasa di sayangi hehehe. Cha, jucci mandi dulu ne Chim tunggu jussi di ruang tv. oke” ucap Jiyong sambil mengusak surai hitam Jimin. Jiminpun menggangguk patuh dan berlari keluar kamar.
“Ku harap kau tak pernah di temukan oleh keluargamu Chim” lirih Jiyong. (ada yang mulai suka ma bocah niy wkwkwkw).
#Taman Bermain
“Juciiii kita main ituuuuuu” teriak Jimin bersemangat saat memasuki taman bermain.
“Itu terlalu menyeramkan untukmu” ucap Jiyong.
“bilang caja jucci takut iya kan?” kini bocah itu kembali menjadi setan kecil yang sedang memojokkan namja dewasa. (cetan kecil mood on hoho).
“Itu terlalu tinggi bahkan kau masih di bawah umur untuk menaiki itu. arra!” ucap Jiyong. dan Jimin mempoutkan bibirnya.
“Huh tidak seru” sesal Jimin.
“Bagaimana kalau naik kuda-kudaan saja” Jiyong berpendapat namun di respon putaran 360 derajat mata bocah cilik di hadapannya
“Itu wahana untuk anak kecil jucci” ucap Jimin. (kaga nyadar diri si enchim).
“Heol kau kira kau bukan anak kecil huh? sudahlah kajja” ucap Jiyong dan saat menaiki wahana Jimin berteriak dan tertawa. Ia merasa amat senang karena bisa bermain seperti ini.
“Kau senang?” tanya Jiyong.
“Emm!!!” angguk Jimin dengan semangat. Lalu Jimin melihat seseorang yang di kenalnya.
“Dala nunaaaaaa di ciniiiii” teriak Jimin saat ia dan Jiyong sudah turun dari wahana. Jiyong sempat terkejut akan kehadiran Dara namun Jiyong berusaha menyembunyikan keterkejutannya dengan wajah flat nan cool ala G dragon nya.
“Akhilnya nuna datang. Chim cudah menunggu nuna” ucap Jimin yang kini meminta digendong Dara. (modus njir si enchim).
“Kau yang mengajaknya?” tanya Jiyong pada Jimin yang sedang asik mengendus-endus wangi Dara.
“Ne, kalna chim tau pasti akan cangat bocan jika hanya kita beldua caja jucci Jadi caat jucci cedang mandi Chim ke lumah Dala nuna” jelas Jimin.
“Maaf jika kehadiranku tidak membuatmu nyaman tapi aku tidak bisa menolak permintaan Jimin jadi aku ke sini” ucap Dara.
“Emm tidak apa. Chim ayo sini nanti Dara nuna lelah jika terus menggendongmu. bukankah hanya anak kecil yang minta di gendong?” ucap Jiyong pada Jimin. Jimin menggembungkan pipinya yang chubby. ia terlihat kesal.
“Chim bukan anak kecil juccci!!! Dala nuna tulunkan Chim, Chim bica jalan cendili” ucap Jimin dan Darapun menurunkan tubuh makhluk mochi itu.
“Kajja kita naik apa lagi sekarang?” tanya Jiyong.
“Jucci Chim lapal. makan dulu caja ne? ottee??”
“Baiklah” ucap Jiyong dan merekapun akhirnya menuju cafe yang berada di taman bermain. oh bukankah mereka seperti sebuah keluarga kecil yang sedang liburan??? kekeke.
setelah mereka sudah mengisi perut mereka. Jimin meminta menaiki wahana gondola. mereka masuk ke salah satu cab gondola. Jiyong dan Dara duduk berseberangan dan Jimin berada dipangkuan Dara. Gondolapun mebawa mereka perlahan semakin meninggi hingga pemandangan Seoul terlihat dari atas sana.
“Jimin tertidur? Tck bocah itu kekenyangan lalu tertidur bagaimana tidak semakin bulat? dasar kue beras” ucap Jiyong yang melihat bulatan yang bernafas teratur dan memejamkan matanya dengan damai dipangkuan Dara.
“Biarkan saja kau jangan berisik. Mungkin dia juga lelah” ucap Dara yang menepis tangan Jiyong yang mencubit gemas pipi makhluk bulat yang sedang tidur itu.
setelah itu keheningan menerpa mereka. ketahuilah semenjak tadi penengah kecanggungan mereka adalah Jimin lalu saat ini bulatan yang bernama Jimin itu sedang tertidur pulas melupakan dua makhluk yang sebelumnya sedang dalam masa “perkelahian” tak kasat mata.
“Emm pemandangan Seoul dari atas sini sangat indah ya De~” ucap Jiyong memecah keheningan.
“Ne, sangat cantik” ucap Dara merespon sambil menatap kearah hamparan kota Seoul.
“Kau juga” timpal Jiyong membuat Dara menatapnya terkejut.
“Jangan membual. merusak suasana saja” ucap Dara lalu mengalihkan pamdangannya menunduk mengusap rambut Jimin dengan lembut.
“Emm Dara-aah mianhae untuk yang semalam. emm… aku.. emm itu.. apa ya” ucap Jiyong tak jelas. (Klo lagi gini pen jedotin Jiyong wkwkwk).
“Bicara yang jelas tuan” ucap Dara sarkastik.
“Emm itu.. oia boleh aku bertanya? (Dara mengangguk). Sejak kapan kau menyukaiku?” tanya Jiyong dengan ragu menatap Dara yang masih betah menunduk sambil mengusap rambut Jimin.
“Ahh itu. Aku menyukaimu saat kau memamerkan cengiran bodohmu pertama kau pindah menjadi tetanggaku. memang itu saat kita kecil tapi di saat itu aku jadi selalu bergantung padamu, kemanapun bersamamu hingga saat itu tiba dimana kau mulai sibuk dengan dunia modeling saat kita SMA dan itu awal kita mulai tak bersama sesering sebelumnya. Lalu saat kuliah kau semakin sibuk dengan dunia idolmu kau sudah menjadi penyanyi terkenal dan akupun sibuk dengan kuliah kedokteranku namun masih memikirkan apakah kau makan dengan baik, apakah kau tidur dengan benar saat itu aku masih menyukaimu bahkan semakin hari semakin tak tau arah” jeda Dara, ia menghela nafasnya lalu mengangkat wajahnya dan menatap Jiyong dengan yang sulit di artikan oleh Jiyong.
“Lalu saat itu saat orang tuaku meninggalkanku di saat yang bersamaan kau pun telah pergi dengan nyata. Sahabatku sekaligus orang yang aku sukai tidak ada saat aku membutuhkan bahu dan pelukannya. Dan saat bertemu pun kau berantakan dan berbau alkohol dari saat itu aku bertekad untuk melupakan rasa itu. yah~walau itu sulit karena rasa itu sudah terlalu lama aku pendam tapi aku tak ingin seperti itu terus. Dan semalam itu membuatku semakin yakin untuk menghilangkan rasa yang seharusnya dari dahulu aku membuangnya. benar begitu kan Jiyong-aah?” ucap Dara dengan senyum terlukannya. membuat yang ditatap merasakan ngilu di hatinya.
Hening.
Mereka berada dalam pemikiran masing-masing. Wahana ini seakan lama sekali berputar membuat mereka menaiki ini setahun lamanya.
Jiyong menatap Dara yang kini kembali mengusap lembut rambut Jimin. Jiyong pun mencondonhkan tubuhnya hingga wajahnya tepat di depan wajah Dara. nafas mereka saling bersentuhan dengan kulit wajah. membuat Dara spontan menatap obsidian berwarna coklat berkilau didepannya.
“Jeongmal mianhae Dara-aaah, geunyang…” ucapan Jiyong memecah keheningan sekaligus memecah gemuruh yang ada di hati mereka masing-masing.
~Chu~
Bibir mereka saling bersentuhan. Entah mengapa namun tubuh mereka bergetar, jantung keduanya seakan ingin melompat dari raga mereka, deru nafas mereka kian memendek setelah Jiyong mulai memangut bibir Dara dengan lembut (Woi AC siapa y matiin Hoon kepanasan ngetik ini, wkwkwk). Mereka saling menumpahkan semua rasa, asa, dan harapan mereka saat ini seakan tak ada hari esok. Jiyong bahkan sudah merapatkan dirinya dengan Dara yang terduduk. sampai…
Bugh
Tenang readers ini bukan cab yang jatuh dari gondola tapi itu adalah suara tendangan yang sang tersangkanya adalah makhluk bulat yang tak sadar alias sedang tidur dan sang korban yaitu Jiyong yang kini sedang merintih terduduk karena oh astaga Jiyong junior ternyata korban sesungguhnya.
“Aaarrrggghhh sakit sekali” rintih Jiyong. kejadian ini membuat cab sedkit goyah.
“Chim yang tendang bolanya.. goooool lala yeye lalala (#eh??)” seru riang makhluk bulat yang masih tertidur. ternyata dia mengigau sedang bermain bola dan nyatanya memang ia menendang “bola” bahkan itu dua “bola” (njir hoon udh yadong wkwkw).
“silahkan perhatikan langkah saat keluar. oh tuan kau tidak apa-apa?” tanya penjaga wahana yang terkejut karena Jiyong yang duduk bersimpuh masih menahan sakit di area vitalnya.
“Tidak apa-apa. kami akan segera keluar. ayo Ji.. mfffttt” jawab Dara yang sedari tadi menahan tawanya.
#Rumah Jiyong
“Sini biar aku yang membawa Jimin ke kamarnya kau pasti lelah De menggendongnya selama dia tidur” ucap Jiyong saat turun dari mobil.
“Aniya. Biar aku yang membawanya ke kamar. Boleh?” tanya Dara.
“Tentu saja” jawab Jiyong lalu merekapun masuk.
Dara meletakkan dengan hati-hati bocah yang sudah terlelap itu dan menutup pintu lalu menuju Jiyong.
“Baiklah aku pulang dulu. Jika ada masalah dengan Jimin kau bisa menghubungiku” ucap Dara pada Jiyong lau hendak melangkah namun sebuah pelukan dari belakang tubuhnya menghentikan langkahnya.
“Bisa kau menginap malam ini? Aku sangat merindukanmu De~” ucap Jiyong dengan nafas yang berhembus di tengkuk leher Dara membuat sang yeoja meremang hebat.
“A-aku sepertinya harus pulang Ji” ucap Dara dengan tergagap dan berusaha melepaskan rengkuhan tangan Jiyong yang merantai dirinya.
“Kau tak ingin mendengar apa yang kurasakan selama ini. Giliranku untuk mengatakan hal ini juga. boleh?” tanya Jiyong sambil mengecup bahu Dara dengan sensual.
“Em baiklah tapi tidak dengan seperti ini. Bisa kita duduk saja?” ucap Dara. Jiyong pun mengangguk namun sebelum Dara mendudukkan diri di sofa ia sudah di tarik Jiyong yang kini Dara sedang duduk dipangkuan Jiyong. (Jiyong-aaah kendalikan hormonmu nak wkwkw).
“Kumohon biarkan seperti ini, emm?” ucap Jiyong dengan wajah memohonnya. Dan Dara terpaksa membiarkannya.
“Baiklah, sekarang ceritakan tentang yang kau rasakan” ucap Dara.
“Sebenarnya akupun tak jauh berbeda denganmu, kita terlalu sering bersama bahkan seperti ada yang hilang saat kau tidak bersamaku. namun karena ambisi ku ingin menjadi penyanyi terkenal aku berusaha mungkin mewujudkannya hingga dari tawaran modeling yang kuterima lalu lambat laun aku bernyanyi dan aku di akui. Tapi aku semakin kehilanganmu waktuku sepenuhnya pada karirku dan kaupun sibuk dengan kedokteran yang kau ambil hingga namja yang bernama Chanyeol itu teman kuliahmu yang sering berkunjung kerumahmu dan aku tak sengaja melihatnya membuat atensiku kembali padamu namun aku tak bisa berbuat banyak jadwalku padat hingga saat… kau kehilangan kedua orang tua mu aku berada disebuah pesta senior satu agensiku. Dan saat aku sadar dari mabuk saat itu aku berfikir aku sudah benar-benar kehilanganmu, aku tak bisa melihatmu karena wajahmu menyimpan kekecewaan padaku pada namja brengsek yang tak ada saat orang yang di cintainya membutuhkannya. Aku kehilangan arah aku semakin menggila bermain dengan jalang-jalang namun kau tau aku selalu melakukannya saat mabuk dan itu kerena aku ingin membayangkan kau yang aku sentuh bukan yang lain namun saat aku tersadar wanita lainlah yang berada di ranjang bersamaku. Rasa bersalah ini tak bisa hilang dan semakin besar saat aku melihatmu. lalu kau berkata kau menyukaiku itu seperti hadiah yang tak layak ku dapatkan. aku Kwon Jiyong si brengsek ini tak layak untuk kau sukai. itu terlalu berlebihan, i-itu..” ucapan Jiyong terhenti ia berusaha menenangkan dirinya agar tidak menangis di depan wanita yang di sukainya. ia memeluk erat tubuh yang dipangkuannya seakan takut sosok itu menghilang darinya. (kok hoon sedih hueee).
Dara melepaskan eratan tangan Jiyong di atas perutnya. lalu berbalik menghadap Jiyong. Ditangkupnya wajah namja yang kini dibasahi air mata penyesalannya.
~Chup~
Dara mengecup dahi Jiyong “Geumanhae, aku mengerti. Kau memang brengsek tapi aku mencintaimu”
Mendengar itu Jiyong pun menarik Dara kedalam pelukannya.
“Mianhe, mianhe, jeongmal mianhae. Saranghae” lirih Jiyong semakin mempererat pelukannya.
“Nado saranghae” jawab Dara. Jiyong pun melepaskan pelukkannya dan menatap wajah Dara dengan penuh pesona. Ia kecupi wajah Dara dengan tidak melewatkan seincipun.
“Bolehkah?” tanya Jiyong.
“Ne, I’m yours” jawab Dara sambil menahan rona diwajahnya. Dan saat itu juga Jiyong membopong tubuh Dara ala bridal style menuju kamar lain yang tidak berisi makhluk bulat yang sedang tidur. (silahkan berimaginasi sendiri aktivitas Jiyong dan Dara wkwkwk Hoon mah polos wkwkw).
~Pagi Hari~
Dara sudah sibuk di dapur Jiyong dia memang sedang libur dari rumah sakit. Jiyong dan si gembul oh maksudnya Jimin masih di alam mimpi.
“Nuna??? kok dicini? nuna menginap cemalam?” oh ternyata si embul Jimin sudah bangun. walaupun ia masih mengucek ucek matanya lucu seperti masih mengantuk.
“Ah Jimin-aah kau sudah bangun. ne nuna menginap semalam. Bagaimana tidurmu nyenyak?” tanya Dara.
“Emm tidul Chim nyenyak namun Chim cepelti mendengal belicik di kamal cebelah? apa nuna beltengkal lagi dengan jucci hijau dikamal cebelah?” tanya Jimin polos (ia berantem nikmat Jim kau masih bocah jan pen tau dah wkwkwk).
“Hehehe tidak. emm ayo kau mandi dan bangunkan jussi hijaumu itu. Nuna belum selesai dengan ini” ucap Dara mengalihkan pembicaraan sang bocahpun mengangguk patuh dan melangkah menuju kamar mandi.
Setelah selesai mandi dan berpakaian Jiminpun membangunkan Jiyong yang masih tenggelam dalam selimutnya.
“Jucciiii hijau banguuuuun palli antal Chim cekolah, ayo calapan dulu Dala nuna cudah menunggu di dapul” teriak Jimin dengan High pitch nya (Jimin bts tu terkenal suara melengkingnya 8 oktav).
“Ah ne ne neeeeeee. Jucci mandi dulu ya” ucap Jiyong lalu menepis selimutnya. matanya masih saja tertutup namun melangkah menuju kamar mandi namun pekikan kencang membuatnya berhenti.
“Huuuuah Jucci telanjaaaaaaang. cacing alaska jucci cemakin becaaaaaal. huakh daebak” teriak Jimin terkagum-kagum. Dan yang dipuji bukan malu karena ketahuan bertelanjang ia malah menyombongkan “cacing alaska” nya seakan akan berbicara “Keren kan?” dengan gaya ala atlit fitness. (Jiyong sadar diri napa et dah).
Pluuuuung. Pletak.
itu adalah sebuah sound efek dari sendal rumah yang melayang lalu menghantam kepala orang yang sedang pamer “cacing”.
“BODOH, CEPAT MASUK KAMAR MANDIIIIIII!!!!!!!” Teriak Dara yang berada di ambang pintu kamar. Dan dengan begitu Jiyong pun berlari menuju kamar mandi dengan diiringi tawa sang bocah kecil yang menonton perkelahian bodoh di pagi hari.
~TK~
“Hei Chiiim!!! kau di antar appa dan eomma mu sekarang?” tanya teman Jimin yang berpapasan di gerbang sekolah. Jiyong dan Dara saling berpandangan bingung untuk bereaksi.
“Ah bukan ini…”
“Ne, kami appa dan eomma Jimin. Cha kajja kalian masuk. Chim jangan berkelahi jangan nakal ne” ucap Jiyong memotong ucapan Jimin lalu mengecup pipi gemuk bocah itu.
“Belajar yang benar ya sayang, kami akan menjagamu” kini Dara ikut mengecup pipi Jimin. Jiminpun terharu dengan kasih sayang yang ia terima.
“Ne! Chim akan belajal dengan benal. telimakacih” ucap Jimin memeluk kedua orang dewasa di depannya. lalu ia pun melangkah menuju kelasnya
“Saat ini aku seperti punya keluarga kecil yang bahagia kekeke” ucap Jiyong pada Dara.
“Berkhayal” respon Dara dan merekapun tertawa. hingga bunyi ponsel Jiyong berdering pertanda pesan masuk. Jiyong pun membuka pesan tersebut. Darapun ikut membaca pesan itu.
“Selamat pagi, kami dari kepolisian mengabarkan bahwa Imo (bibi) dari anak yang bernama Park Jimin ingin menjemput nya di alamat anda yang sudah anda tinggalkan saat pelaporan pemuan Jimin. terimakasih”

Little Chim Chim (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang