Siang ini aku ditugaskan untuk menemui narasumber di salah satu restoran didaerah Jakarta Pusat. Kata rekanku dia orang sibuk dan tidak suka dengan kata terlambat. Narasumber ini akan menjelaskan tentang kiat-kiatnya selama ini sehingga dia bisa menjadi model terkenal seperti sekarang ini. Benar, saat ini aku bekerja di salah satu perusahaan swasta dibidang percetakan.
Cintya POV
"Huh menyebalkan sekali, seharusnya ini kan bukan tanggung jawabku kenapa aku yang harus repot" gerutuku sambil menghentak-hentakkan kemudi mobilku "benar-benar si fafa sialan, kalau bukan karena dulu dia pernah membantuku aku tak akan mau keluar dan akhirnya ikut masuk dilubang kemacetan ini".
Flashback
"Ayolah cin bantu aku, tugasku belum selesai dan si nenek lampir itu mengharuskanku menyerahkan artikel ini setelah makan siang ini" rengek fafa.
"Males ah fa, ini adalah waktu makan siang yaitu waktu dimana lautan manusia keluar dari sarang mereka masing-masing (sarang=kantor)" balasku.
"Kamu lupa dulu aku pernah membantumu menyelesaikan salah satu editing artikelmu, dan kamu bilang aku boleh meminta apapun untuk balasannya" celetuk fafa " ayolah cin sekali ini aja, penting banget nih narasumber bisa mati digantung ntar aku kalau nggak ngedapetin nih berita" bujuk fafa dengan gaya cute nya yang menurutku itu sangat menjijikkan.Dan oleh karena itulah sekarang aku berada disini, di salah satu daerah termacet se jakarta pusat.
Setelah 30 menit bergelut dengan kemacetan akhirnya aku tiba di restoran tempat fafa dan narasumber -yang aku tahu bernama peter smith itu- membuat janji. Ini masih jam 11.30 jadi aku masih memiliki waktu 30 menit untuk bersantai dan sekedar memesan makanan untuk makan siangku, sebelum narasumber itu datang pastinya.
Untuk membuang waktu 30 menit tersebut aku memutuskan untuk memesan waffle dan melanjutkan editing artikel yang harus aku serahkan besok. Tanpa terasa waktu 30 menit itupun berlalu dan tiba-tiba ada yang mengintrupsiku dari samping
"Permisi apakah benar anda dari pihak fantasi?" Tanya seorang laki-laki yang berumur sekitar pertengahan 30 an.
"Iya betul" hanya itulah kata yang dapat keluar dari bibirku. Pria itu benar-benar mempesona dan menawan. "Apakah orang ini yang bernama peter smith, ommoooo" batinku.
"Oh perkenalkan nama saya Peter Smith, anda bisa memanggil saya Peter" sambungnya sambil tersenyum dan mengulurkan tangan.
"Omonaa, benarkah dia manusia" batinku.
"Ehem permisi" panggilnya sambil menatap heran padaku.
"Oh i..ya.. perkenalkan saya Cintya dari majalah fantasi" jawabku sambil menerima jabatan tangannya "maafkan saya, silahkan duduk" sambungku.
Aku sangat malu sekali apalagi kepergok memandang kagum dirinya.
"Ah iya tidak apa-apa, saya seharusnya yang meminta maaf karena telah membuat anda menunggu" timpalnya "apakah anda sudah lama menunggu?" Tanyanya lagi.
"Tidak apa-apa kebetulan saya juga baru sampai disini" bohongku.
"Oh begitu rupanya" katanya sambil menunjukkan senyum angelnya.
"Baiklah apakah interview ini bisa segera saya mulai?" tanyaku dengan sopan.
"Oh tentu saja, saya juga tidak memiliki waktu banyak" jawabnya.Setelah memesan minuman untuk tuan Peter akhirnya kami segera memulai sesi interview itu. Sebenarnya tidak terlalu lama hanya sekitar 45 menit aku melakukan sesi interview tersebut. Setelah itu tuan Peter pamit undur diri dan akupun kembali ke kantor untuk menyerahkan hasilnya kepada si biang kerok fafa atmadja itu.
Tak terasa ternyata waktu telah menunjukkan pukul 17.00 dan itu berarti waktu ku untuk pulang dan segera menonton oppa oppa ku tersayang -INFINITE-. Iya betul aku adalah seorang INSPIRIT sejak tahun 2014. Memang sih aku nggak ngefans mereka dari awal, tp setelah tahu grup uri oppa itu hingga saat ini aku sangat suka pada mereka.
Sebenarnya hari ini sampai 2 hari kedepan mereka sedang ada konser di jakarta. Pengen banget lihat mereka tapi sedihnya adalah aku telah kehabisan tiket emas itu gara-gara si nenek sihir yang waktu itu menyuruhku untuk mengedit berpuluh-puluh artikel. Padahal yang diterbitkan hanya 2 artikel, alasanya adalah untuk bahan referensiku itu sangat menyebalkan. Tapu sudahlah nasi telah menjadi bubur, mungkin aku hanya bisa mengais-ngais video mereka lewat internet nanti.
Cintya POV
"Ishh menyebalkan banget sih tadi siang kena macet, sekarang macet lagi. Ya Tuhan salah apakah hambamu hari ini" keluhku sambil membuang nafas berat.
"Apaan sih tuh orang-orang pada lari-lari dan teriak-teriak di trotoar, gak tahu bahaya apa" gerutuku "nambah kemacetan aja".Ditengah-tengah omelanku itu tiba-tiba ada yang mengetuk pintu tengah mobilku.
"Ya ampun apa itu" kagetku.
"Duwajuseyo jebal" kata orang itu.
"Apaan sih orang itu" dumelku.
Orang itu terus menerus mengetok mobilku sambil ngomong nggak jelas. Sebenarnya aku takut banget apalagi dia pakek jaket plus masker dan memakai hoodie nya. Belum lagi kumpulan masa yang kayaknya berlarian menuju mobil ku. Pikiran-pikiran negatif dan positif terus berkeliaran diotakku "apakah dia orang jahat atau orang baik?" "Tapi kalau baik kenapa dia dikerjar-kejar masa?"
Akhirnya dengan sedikit keberanianku aku membuka kunci mobilku karena instingku berkata bahwa itu orang baik, yah walaupun kadang instingku salah tp entah kenapa saat ini hatiku ikut andil dalam pemikiran ini. Setelah aku membuka kunci mobil orang itu segera masuk dan mengunci pintunya. Samar-samar aku mendengar dia berbicara, karena dia panik aku jadi ikutan panik dan entah anugrah dari mana tiba-tiba mobil didepan bergerak maju sehingga aku ikutan menjalankan mobilku meninggalkan kerumunan orang yang berteriak tak jelas."Emmm permisi, bapaknya siapa ya?" Tanyaku hati-hati.
"Ne?" Jawabnya.
"Hah?" Aku ikutan bertanya. Aku nggak salah dengerkan dia tadi bilang "Ne?".
"Hmmm begini pak, bapak siapa ya dan kenapa bapak tadi dikejar banyak orang?" Tanyaku lagi.
"Nan mollasoyo, nega Nam Woohyun imnida jusungeyo" jawabnya.
"Apa?" Teriakku kaget sambil ngerem mendadak, untuk gak ada mobil dibelakang.TBC....
maaf kalau banyak typo :)
tinggalkan jejak ya guysss ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
이게 뭐야?(apa ini?)
FanfictionAku tidak pernah menyangka semua akan terjadi kepadaku, semua ini diluar nalarku tapi memang ini adalah sebuah kenyataan yang tak pernah ku bayangkan