─────
Kata orang, jatuh hati itu menyenangkan.
Jatuh hati itu, menantang.
Membuat siapapun yang merasakannya,
bergelut dalam emosi hati.
Namun, mengapa aku merasa ...
jatuh hati itu rumit sekali?
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Pagi hari diawal bulan Oktober, cuacanya cukup dingin hingga membuat gadis yang tengah terbaring di kasur itu enggan untuk turun. Sudah tiga puluh menit dia diam tak melakukan apapun, dia sedang memikirkan suatu hal. Sesuatu yang akhir-akhir ini membuat dirinya sendiri bingung.Setelah ia bertanya dengan dirinya sendiri, akhirnya ia mendapat jawabannya. Gadis itu beranjak dari kasurnya dan bergegas mandi, karena ia akan pergi ke kampusnya.
Sesampainya di kampus, ia begitu gugup. Rasanya lemas dan dia ingin sekali kembali ke rumah, tapi ia harus mengakhiri beban yang ada di hatinya. Tak lama ia melihat pria dengan tubuh yang besar dan senyuman manis yang menenangkan.
"Kak Nathan, uhm ... apa ada waktu sebentar?"
"Tentu saja Ja, kita sambil duduk di sana saja yuk"
Nathan, pria yang membuat Sanja bingung dan gugup itu, kini tengah membawa Sanja ke bangku dekat taman. Gugup dan lemas, itu yang Sanja rasakan. Hati dan pikirannya bertolak belakang, seperti melawan arus.
"Ok, jadi ada apa kamu ingin bertemu saya, Ja?
Sanja menunduk dan terdiam agak lama, dia takut. Ya, dia takut untuk mengakui hatinya. Namun ia bertekad untuk mengakhiri bebannya itu, jadi ia harus bisa mengungkapkannya selagi sang pujaan ada di hadapannya.
"Kak, sebelumnya aku minta maaf ... a-aku yang mengirimi Kakak pesan rahasia minggu lalu."
"Ya, saya tahu itu kamu. Feeling saya tak berubah untuk bilang itu kamu yang kirim."
Sanja tertegun, lalu ia menghela napas dalam-dalam dan kembali bicara.
"Baik, jika Kakak sudah tahu. Maaf Kak, aku lancang jatuh hati dengan Kakak. Entahlah setiap bersama Kakak, aku merasa bahagia dan kejadian masa lalu yang kejam itu perlahan hilang."
Suasana menjadi hening, hanya ada deru napas dan ketukan sepatu yang dibuat oleh Sanja karena gugup. Rasanya waktu seakan berhenti, panas dan gugup semakin menjadi karena tak ada jawaban dari Nathan.
"Ah, kalau gitu aku mau ke perpustakaan dulu deh Kak. Maaf mengganggu waktu Kakak untuk hal yang tak penting ini hahaha."
Sanja pun beranjak dari duduknya, namun tangannya tercekal dan ia pun menoleh ke samping. Ya, Nathan menahannya. Pikiran dan hati Sanja semakin campur aduk. Rasanya ia ingin lenyap, tak tahan dengan suasana seperti ini.
"Mau kemana? Jangan pergi. Perasaan kamu tidak salah Ja dan saya tak menyalahkan perasaanmu. Mari duduk kembali, Ja."
Sanja duduk kembali dan ia menunduk memegang bajunya. Tatapan Nathan tetap terpaku pada gadis yang kini di hadapannya, senyum manis itu kembali. Sanja tak mampu menatapnya, begitu mudahnya ia luluh karena senyuman pria ini.
"Kamu sudah jujur atas perasaanmu kan? Sekarang kita jalani saja dan lihat kedepannya akan bagaimana."
Nathan menggenggam tangan Sanja dan menatapnya lebih dalam. Sanja tetap bungkam, ia benar-benar gugup hingga tak berani menatap pria yang menggenggam tangannya itu.
"Sanja ... kata orang, nyaman itu ada karena terbiasa kan? Jadi, kita jalani saja dan kamu tak perlu menghindari saya."
Sanja menghela napas dengan berat dan memberanikan diri untuk menatap Nathan. Sungguh, senyuman dari wajah pria ini membuat Sanja luluh.
"Baiklah Kak, kita jalani saja."
─────
Fyi.
Nathan ini memang selalu memanggil Sanja, walau ia tahu namanya Sanjani.Nathan, potrayed by Wonho monsta X
*! Cerita ini ada diversi LINE
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanjani
RandomOneshoot story, and random story. Sebuah kisah harian dari seorang gadis, yang parasnya bak musim semi. Panggil saja namanya, Sanjani. ©Coconutgurl, 2019 211019