Gugur Sebelum Mekar

68 2 6
                                    

    Satu setengah warsa telah berlalu, puan berparas bak musim salju yang terkenal mati rasa itu tengah termenung. Pasalnya ada yang mengguncangkan rasanya akhir-akhir ini, tetapi na'as, rasanya salah.

    Baru-baru ini ada seorang pria yang membuat ia jatuh hati, setelah kejadian setahun lebih yang menyakitkan itu. Akhirnya ia merasakan yang namanya jatuh hati lagi, tetapi kisahnya tak semulus itu. bahkan rasanya saja tak terbalas semudah itu, sungguh ironis.

    Tiap malam, gadis itu termenung menatap layar ponselnya. Melihat profil LINE sang tuan, berharap ada balasan yang diharapkan. Apa ini? Menyedihkan. Bukannya sebuah balasan pesan, melainkan tamparan kenyataan jika pesan statusnya telah terisi oleh asma seorang wanita.

   "Siapa gadis itu? Gadis mana yang beruntung bisa memikat priaku? Mengapa harus disaat aku mulai pulih dan kembali jatuh hati? Apa ini karmaku? tetapi kesalahan apa yang aku perbuat?"

    Bertubi-tubi pertanyaan ia lontarkan pada dirinya sendiri, tetapi hasilnya nihil. Ia hanya bisa melempar ponselnya dan menangis dalam diam, merasakan sesak yang begitu amat pada dadanya.

    Setelah cukup lama larut dalam patah hati, sang gadis memilih pergi. Ya, gadis itu melarikan diri dari keadaan dan rasanya. Gadis itu yakin, jika prianya takkan mencarinya pula.

     Namun, entah bagaimana bisa pria itu mengetahui akan rasanya. Pria itu menemui sang puan, rautnya menunjukkan kebingungan dan banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan.

    "Kenapa kamu pergi?"

    "Karena ingin dan aku tak ingin menjadi penghalang antara kau dengan wanita itu."

     "Dengar! aku tidak masalah kamu mau punya perasaan denganku ataupun tidak. Aku tidak masalah jika kamu nyaman denganku. Tapi, aku hanya ingin kamu tidak pergi tiba-tiba begitu saja. Walaupun kamu ingin mati rasa, silahkan. Tapi jangan terlalu lama menutup hati dan pergi. Mungkin iya, aku memang masih belum percaya dengan semua ini. Terserah kamu ingin berkata aku sudah memiliki kekasih atau tengah mengejar seseorang. Tapi asal kamu tahu, aku sendiri saja bingung."

     Gadis itu hanya diam mematung, atmosfer yang ada mendadak dingin dan tegang. Waktu seakan berhenti, bahkan bumi seakan tak berputar. Dadanya mulai sesak, rasanya sakit. Sakit sekali, seperti tertusuk besi panas yang mengarah pada ulu hatinya.

     Netra yang hampa itu perlahan menjatuhkan linang bening yang menandakan kebingungan, kesedihan dan sesaknya yang ia rasakan secara bersamaan.

    "Lalu aku harus apa?"

    "Jangan pergi!"

    Permintaan macam apa itu? Apa ia tak tahu rasanya bagai tersengat guntur di tengah laut di saat ombak pasang dan badai menerjang? Rasanya runtuh dan hanya ada satu keinginan, yaitu pergi dan lenyap saja.

    "Maaf aku egois." Lirih sang tuan.

" Lirih sang tuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SanjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang