Sang Penghibur

96 6 1
                                    

❁ཻུ۪۪⸙͎.
                                                               ───────

         Sebuah kafe sederhana yang berada di hiruk pikuknya kota Firenze, hari ini kafe itu tidak ramai pengunjung. Hanya ada beberapa yang mampir untuk menikmati waktu senggangnya, sebelum akhirnya mereka menjalani aktifitasnya kembali.

         "Ini pesanannya."

         Gadis bersurai panjang itu dengan anggun menaruh pesanannya di meja sang pelanggan, setelah selesai tak lupa ia membungkukkan badannya dan mengulas senyum yang amat menenangkan.

       "Kak Sanjani!"

       "Iya?"

       "Terima kasih banyak, karena sudah mau mendukungku dan meyakinkanku kemarin. Sekarang aku dan gadis yang kuceritakan, telah menjadi sepasang kekasih."

        Arka, pria yang dikagumi dan diidamkan para wanita itu sempat frustasi karena beberapa wanita yang terobsesi karenanya. Hingga akhirnya ia bercerita tentang sosok wanita yang ingin ia jadikan tempat pulang dan usahanya pun kini berhasil.

        Sanjani, gadis yang wajahnya kini bagaikan musim semi. Hangat dan damai, binar matanya yang teduh membuat ketertarikan setiap insan yang melihatnya.

       Senyumnya yang terulas begitu menghangatkan hati semua orang, bahkan membuat siapapun tak bisa memalingkan netranya untuk berhenti menatap senyuman gadis itu.

        Kini Sanjani kembali ke tempatnya, belakang meja kasir. Menatap para insan yang berbincang ria di mejanya, ada pula yang berkutik dengan laptopnya. Aktifitas mereka sudah menjadi hal lumrah bagi Sanjani.

*****

       "Aku ingin dua caramel machiato ukuran medium, Kak."

      Mendengar pelanggan itu memesan, jari-jari Sanjani tergerakan untuk mendata pesanannya. Pelanggan itu memberikan uang dan setelah itu Sanjani memberikan bukti pembayaran dan kembaliannya.

      "Kak Sanjani."

       Mendengar namanya dipanggil Sanjani pun menatap pelanggan itu, tak lupa dengan senyumannya yang selalu terulas di parasnya yang damai itu.

      "Terima kasih, karena telah merangkulku disaat aku terpuruk kemarin. Aku sudah kembali dengan diriku yang seperti biasanya berkatmu, kau pun harus bahagia ya, Kak Sanjani."

     "Tentu saja, jika kau bahagia aku pun turut bahagia."

     Sanjani mengusap pucuk kepalanya. Iya, pelanggan tadi adalah seorang anak SMA yang tempo hari depresi karena tertekan dengan keadaan dan lingkungannya. Gadis yang menangis hebat saat di pelukkan Sanjani dan ialah orang yang sempat akan mendahului takdirnya.

      Di tengah waktu senggang Sanjani, ia mencoba membersihkan meja yang baru saja ditinggalkan pelanggan. Tak lama lonceng pintu berbunyi menandakan ada yang akan mampir ke kafenya, Sanjani menyapanya dengan ramah.

      "Njaaaaaaaaa!"

      "Hey, dilarang berteriak atau akan aku keluarkan kau."

      "Aih, galak sekali Sanjani ini."

    Sanjani hanya terkekeh melihat tingkah sahabatnya itu, ia selalu saja ramai dan antusias jika bertemu Sanjani. Namun, sahabatnya inilah yang menjadi tempat keluh kesah Sanjani.

     Anika, sahabatnya itu memeluknya dengan erat. Seperti ada perasaan yang tak bisa tersampaikan, tapi Sanjani mengerti perasaan itu.

     "Njaa, aku tidak tahu harus bagaimana untuk membalas semua pengorbananmu. Kamu selalu menyempatkan waktu dan menyemangatiku disaat aku hilang arah karena ditinggalkan oleh kekasihku kemarin."

SanjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang