four

391 21 0
                                    

Nathan berdiri di hadapan cermin untuk memastikan penampilannya sekali lagi sebelum menjemput Maura, adik kesayangannya yang dimanja habis-habisan olehnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nathan berdiri di hadapan cermin untuk memastikan penampilannya sekali lagi sebelum menjemput Maura, adik kesayangannya yang dimanja habis-habisan olehnya. Setelah menyemprotkan parfum
pada tubuhnya, ia mengambil ponsel dan dompetnya yang tergeletak di atas kasur lalu berjalan turun.

"Bi, saya pergi dulu. Gak usah masak, saya makan diluar," pamit Nathan pada Bi Lastri, asisten rumah tangga yang telah bekerja pada keluarga Nathan sejak Mama Nathan hamil.

Bi Lastri yang sedang membersihkan ruang keluarga kemudian memberhentikan pekerjaannya dan menoleh pada Nathan, "iya, Vano. Hati-hati, jangan kemalaman." ucapnya penuh kasih.

Nathan tersenyum lalu berlalu menuju ke pekarangan rumah tempatnya memarkir mobil.

✨✨✨

Nathan melajukan mobilnya ditemani oleh lantunan lagu dari band kesukaannya, Coldplay. Sambil sesekali menggumamkan lirik lagu yang sedang dinyanyikan oleh Chris Martin, vokalis Coldplay. Nathan melirik ke arah jam tangan hitam yang melingkar di tangan kirinya, sepuluh menit lagi sebelum jam tujuh. Pertama kalinya seorang Nathan tepat waktu, kalau bukan karena Maura yang sedang ngambek, Nathan gak bakalan serajin itu.

✨✨✨

Mobil hitam milik Nathan terparkir dengan rapi di depan rumah megah berwarna putih tulang milik keluarga Maura. Nathan mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan untuk Maura bahwa ia sudah sampai lewat aplikasi chat.

Beberapa saat setelah pesan dari Nathan terkirim, muncul lah Maura dari balik gerbang tinggi berwarna cokelat tua dengan tergesa-gesa. Rambutnya yang tergerai beterbangan ditimpa angin malam yang berhembus pelan, menenangkan.

"Hai!" Sapanya saat memasuki mobil milik Nathan dengan cengiran khasnya membuat Nathan terkekeh geli dan mengacak-acak rambut Maura.

"Gak ngambek lagi?" Tanyanya disertai dengan senyuman geli. Cengiran di wajah Maura seketika hilang berganti dengan wajah datar sehingga mengundang tawa dari Nathan.

Maura mengalihkan pandangannya ke jendela, enggan menatap wajah Nathan yang sedang menjalankan mobil membelah jalanan Jakarta yang lumayan padat malam hari ini.

"Jangan ngambek lagi dong, Ra. Kan udah gue ajak jalan," bujuk Nathan sambil sesekali melirik Maura yang tampil manis malam itu. Dengan sweater putih polos dipasangkan dengan jeans hitam, santai tapi manis. Tipikal Maura.

Maura hanya bergumam sebagai balasannya dan tetap serius dengan ponsel di genggamannya.

"Kalau masih ngambek, gue turunin disini nih," ucap Nathan berniat mengancam Maura. Namun tak disangka jawabannya justru membuat Nathan melongo.

"Ya udah turunin aja. Nanti sisa nyuruh Arkan jemput,"

Nathan mengacak rambutnya yang berantakan menjadi lebih berantakan. Ini semacam senjata makan tuan, kalau sudah berurusan dengan Arkan, kelar hidup Nathan. Bakal diceramahin sama Arkan sampai mampus, belum lagi kalau Arkan ikutan ngediamin Nathan. Kelar, benar-benar kelar.

✨✨✨

Ketenangan hidup Rachel yang sedang berpacaran dengan buku Matematika di hadapannya terpaksa terganggu karena ponselnya yang berbunyi pertanda ada panggilan masuk. Awalnya Rachel berniat untuk mengabaikan panggilan tersebut dan tetap fokus pada soal Matematika yang menjadi prnya untuk besok. Namun, karena panggilan yang tak selesai-selesai, Rachel akhirnya muak. Ia menutup buku prnya dan mengambil ponselnya yang masih berdering menampakkan nama Kenzo di layar.

Rachel menekan tombol hijau pada layar dan menempelkan ponselnya di telinga, "halo?"

"Chel? Gue ganggu ya?" Serang Kenzo tanpa berniat membalas sapaan dari Rachel.

"Lumayan. Kenapa?"

"Proposal ke kepsek bisa lo buatin gak? Soalnya gue harus ngurusin sponsor,"

Rachel tampak berpikir sebentar. Kalau bukan demi beasiswa, Rachel gak bakal masuk organisasi OSIS buat ngebuktiin keaktifannya di sekolah. Sudah cukup tugas-tugas dari guru mata pelajaran yang membebaninya, tugas sebagai wakil ketua OSIS juga ikut membebaninya. "Deadlinenya kapan?"

"Jumat nanti, masih ada tiga hari kok. Bisa ya?" Kenzo terdengar memohon membuat Rachel tak sanggup untuk menolak permintaan dari cowok tersebut.

"Ya udah," Rachel dapat mendengar Kenzo menghela napas lega di seberang sana.

"Makasih, Chel. Kalau udah kelar, setor ke gue aja ya."

"Iya."

"Yaudah, gue tutup dulu, masih ada yang harus gue urus. Bye, Chel."

Rachel memutuskan sambungan telepon tanpa membalas ucapan Kenzo. Ia melempar asal ponselnya yang untungnya mendarat dengan mulus di atas bantalnya kemudian melanjutkan pr Matematiknya yang sisa dua nomor sebelum mengerjakan proposal yang harus dia setor ke Kenzo hari Jumat nanti.

✨✨✨

"Nath, itu bukannya Clarice?" Tanya Maura saat mereka baru saja keluar dari bioskop dan menemukan Clarice beserta dayang-dayangnya sedang berjalan santai sambil bergosip dengan kedua tangan mereka yang membawa banyak kantong belanjaan dari berbagai toko branded.

Nathan menoleh dan pada saat itu pandangan bertubrukan dengan Clarice yang langsung berseru heboh kepada dayang-dayangnya. Lalu dengan langkah centil, ketiganya berjalan menghampiri Nathan dan Maura.

"Hai, Nathan!" Sapa Clarice, menyerahkan semua kantong belanjaannya secara asal kepada kedua dayang-dayangnya kemudian bergelayut manja di lengan Nathan.

Maura yang melihat tingkah Clarice langsung saja berdigik jijik sehingga mendapati tatapan tajam dari Clarice dan tentu saja kedua dayang-dayangnya.

"Ngapain lo masih disini? Sana pergi, Nathan sama gue aja. Ya kan, Nath?" Clarice mengalihkan pandangannya ke Nathan sambil tersenyum sok manis membuat Nathan memutar bola matanya malas.

Nathan melepaskan lengannya dari jeratan Clarice dengan pelan lalu tanpa aba-aba menarik Maura untuk menjauh dari Clarice yang seketika mencak-mencak tidak jelas sampai mengundang perhatian dari orang-orang yang lewat di dekatnya.

"Nathan! Ish! Kok pergi sih?!" Teriaknya yang masih dapat didengar oleh Nathan dan Maura, namun dihiraukan oleh keduanya.

"Cewek lo sinting," komentar Maura setelah berada cukup jauh dari jangkauan Clarice.

Nathan mendengus, "bukan cewek gue."

"Yaudah," Maura mengedikkan bahunya cuek, "mantan kecengan lo."

"Najis!"

"Najis!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SS #1 - EligereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang