1. Taman dan Kupu-kupu

43 4 5
                                    

Di siang hari yang terik ini, saya berbaring di taman. Sebuah taman yang berada tepat di samping gerbang masuk universitas. Meski jaraknya cukup jauh dari fakultas saya berkuliah, saya suka, karena di sini saya bisa sendiri.

Mesk taman ini tidak memiliki banyak bunga, tapi cukuplah untuk sekedar berteduh dari panasnya siang. Yang menjadi daya tarik dari taman ini adalah sepinya pengunjung. Sedikit sekali mahasiswa yang mau meluangkan waktunya ke sini. Entah kesalahan rektor yang menempatkan taman ini di samping gerbang masuk, ataukah salah dari taman itu sendiri yang tak secantik taman-taman yang lain.

Seperti biasa, di sini, saya menyendiri. Menikmati udara sepoi-sepoi di tengah panasnya kota Bandung. Ibaratnya seperti oasis yang berada di tengah hamparan padang pasir. Sepertinya sebuah ketenangan yang berada di tengah kegaduhan.

Saya pejamkan mata. Membayangkan aktivitas orang  di luar sana. Terdengar suara lalu-lalang menyamarkan indahnya suara dedaunan yang bergoyang ditiup angin.

Saya mencoba tidur, masa.bodoh dengan aktivitas orang di luar sana. Tak lupa saya memasang alarm. karena kalau tidak, saya bisa terlambat masuk mata kuliah selanjutnya.

Terbesit di pikiran beberapa khayalan. Meskipun saya sudah terhitung cukup besar di usia saya yang saat ini menginjak 18 tahun, tapi kebiasaan kecil saya yaitu menghayal masih tidak dapat dihilangkan.

Rasanya lebih indah hidup di dunia khayalan daripada di dunia nyata yang penuh kebohongan ini.

Kring... kring... kring...

suara alarm berbunyi.

Lantas, saya langsung mematikan alarm tersebut. Saya mencoba membuka mata saya, tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Mata saya terbuka, meskipun badan saya masih berbaring di rerumputan. Malas rasanya bangun dari tidur ini. Ingin rasanya saya hidup di dunia mimpi dengan segala khayalan saya.

Ingin rasanya saya tidak bangun dari mimpi ini, akan tetapi semua itu tidak akan pernah terjadi, karena kalau saya tidak bagun-bangun dari tidur ini, mungkin saya sudah berada di alam kubur di hadapan malaikat yang akan menanyai saya tentang 3 hal, 'siapa Rabbmu? Apa agamamu? Dan siapa Nabimu?'.

Karena bukan hal yang mustahil, seseorang mati di dalam tidurnya.

Saya membuka mata saya kembali. Terlihat kupu-kupu yang terbang dengan indahnya melintas di depan wajah saya.

Saya pun terbangun, duduk memperhatikan kupu-kupu tersebut yang terbang menjauh. Saya berkata, "Betapa indahnya kupu-kupu itu! Andai saja tidak ada istilah kupu-kupu malam, mungkin ia akan lebih indah."

Saya bangun dari posisi duduk. Berdiri dengan malasnya sambil membersihkan debu yang ada di belakang baju dan celana saya. Saya berjalan keluar dari taman, terasa panas matahari yang sangat menyengat. Membakar kulit, membuatnys berwarna coklat kemerahan.

Saya berjalan menyusuri jalan yang ramai dilalui orang. Saya melihat setiap orang berjalan dengan temannya masing-masing, berjalan sambil tertawa dan berbicara mengenai hal yang saya tak tahu tentang apa.

Ada juga yang berjalan dengan pacarnya, bergandengan tangan, memamerkan kemesrahan di keramaian. "Tak tahu malu sekali mereka," gumamku dalam hati.

Di jalan ini, hanya saya yang berjalan sendirian --tanpa teman, tanpa pasangan-- hanya ditemani pelukan ransel yang mendekap di punggung.

Saya berjalan menuju kelas tempat di mana berkuliah. Saya berkuliah di Fakultas Ilmu Pendidikan, cukup jauh memang menuju kesana. Tapi untuk ukuran jalan saya yang terbilang cepat, maka hanya dibutuhkan waktu sepuluh menit untuk tiba di sana.

Di tengah-tengah perjalanan, kenyamanan yang tadi saya rasakan mulai berkurang. Ketenangan yang tadi saya rasakan berubah menjadi kegaduhan. Saya tidak suka dengan keramaian ini. Kalau saya boleh memilih, saya ingin dilahirkan menjadi kupu-kupu. Terbang bebas, di taman yang penuh dengan ketenangan.

Kupu-Kupu & Kunang-KunangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang