23' In a dream (4)

7 1 0
                                    

Semuanya hitam pekat. Tidak ada cahaya dan tanda-tanda kehidupan. Aku menggerakkan tangan, kaki dan badanku yang untungnya masih keadaan normal. Meraba-raba sekeliling dan tak menemukan benda yang dapat diraba.

Aku berjalan tanpa arah, selalu lurus. Kurasakan alas yang kupijak seperti lantai ini pun licin. Aku mneyeimbangkan tubuhku agar tak tergelincir dan bila aku terjatuh, aku akan kehilangan arah. Aku tersandung sesuatu yang kenyal dan berlendir itu. Aku tak bisa menggerakkan tubuhku secara normal lagi. Aku menggeliat. Tapi tetap percuma.

Tiba-tiba dari atas terbukalah lubang yang cukup besar. Kulihat seorang pria akan jatuh ditempat sama sepertiku ini. Aku mencoba menghindar tetapi tak bisa karena aku telah terperangkap dalam benda kenyal ini. "Aaaaaaaa" teriakan lelaki itu menggelegar dari atas sebelum akhirnya terjatuh.

Ketika pria itu jatuh dengan kencangnya, aku malah terbang tinggi dan perutku menggelitik. Pria itu sama, namun hanya terpental pelan. Ya, maksudku terpental. Dan akhirnya aku dapat menyesuaikan diri dan berhasil lolos dari benda kenyal itu.

"Tolong buka jaketku dan carilah senter" perintahnya setengah berteriak.

"Untuk apa?" aku bingung karena sebetulnya aku tak berani melakukan apa yang diperintahkan pria itu.

"Tak banyak waktu, aku ingin segera bebas dari bantalan jelly lendir ini. Tolong bekerja samalah denganku, karena kamulah salah satunya korban kali ini" aku makin bingung saja setelah pria ini memberikan kode tak jelas itu padaku. Sungguh aku sangat tak mengerti.

Tanpa perintahnya lagi, aku mengobrak-abrik isi jaketnya dari saku kiri. Aku hanya mendapatkan smartphone dan dompet yang sepertinya memang miliknya. Dan disebelah kanannya aku menemukan senter yang cukup pas untuk digenggam.

"Tunggu apa lagi?" cahaya yang awalnya cukup terang sekarang semakin redup. Kini, aku menyalakan senternya dengan meraba-raba. Ketika sepertinya ini tombol menyalakannya, aku langsung menariknya keatas karena biasanya tombol senter seperti itu kan?

Akhirnya lampu senter pun menyala dikegelapan. Aku segera mengarahkan cahaya kearah pria tersebut. Pria itu terbaring sama sepertiku sebelumnya, aku dapat melihat dengan jelas bahwa pria itu terbaring di sebuah tempat berbentuk kotak besar berwarna hijau kenyal.

Tampaknya lelaki itu menyerigai dalam gelap, aku hanya terdiam bingung. Lelaki iti menggerakkan sepatunya keatas dan keluarlah pisau lipat. "Gunakan pisau itu dan selamatkan aku. Aku akan menjelaskan semuanya, asal kau membantuku"

"Kita bekerjasama?"

"Sepertinya begitu"

Aku memutari bantalan hijau itu dan dengan sehati-hatinya aku mengambil pisau lipat tanpa terkena bantalan hijau itu. Setelah mendapatkannya, aku segera membelah antara pria dan bantalan itu sampai ia terlepas dari jelly itu. Lelaki itu segera bangun dan membersihkan sisa-sisa jelly disekitar tubuhnya.

Setelah itu, aku melihat lagi kearah bantalan itu dan terlihat tidak ada jejak bantalan yang aku belah itu. Sepertinya jelly itu mampu menutup bagian hilang menjadi sempurna. Kau mengerti maksudku? Aku pun tak mengerti.

"Bagaimana bisa?" aku bertanya padanya saat ia sudah siap berjalan, namun tak ada jalan lagi, seperti kita terjebak diruangan hitam yang kecil dan terdapat bantalan diujung ruangannya.

"Semuanya bisa disini" ucapnya lalu menyentuh yang sepertinya dinding hitam itu. Lalu, cahaya masuk dengan bebasnya, sampai aku menutup mataku. Lelaki itu tampak sudah terbiasa dengan cahaya itu dan melangkah masuk, tak lama aku mendengar teriakannya, "cepat atau kau akan terjebak Lian"

Aku kaget. Bagaimana dia bisa mengetahui namaku? Aku hanya mengikutinya keluar melalui pintu itu. Lalu, kulihat tangga yang sangat panjang. Aku berada diketinggian. Aku ingin berbalik keruangan hitam itu, namun dibelakangku hanya ada rimbunan pepohonan yang menjulang tinggi.

"Apakah ada jalan lain selain melewati tangga ini? Sungguh aku takut" aku memohon kepadanya.

"Ya, kau bisa melewati pohon dibelakangmu itu. Tapi jika kau terjatuh, tutup saja matamu dan bayangkan kamu sudah berada didaratan" ucapnya panjang lebar dan seketika itu ia mendekati pohon tinggi dan beristirahat dibawahnya.

Tak ada cara lain untuk mengurangi rasa takutku, aku segera memegang Batang pohon dan kakiku menginjak Batang pohon lainnya. Seterusnya seperti itu sampai akhirnya aku menginjak daun yang basah dan terjatuh.

"Tapi jika kau terjatuh, tutup saja matamu dan bayangkan kau sudah berada didaratan"

Aku menutup mataku dan membayangkan aku sudah menginjak tanah mulus ini.

L (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang