24' In a dream (5)

9 1 0
                                    

Aku sangat takjub. Bagaimana bisa? Aku terus mengulang kata-kata dalam diam. Sedangkan pria itu berdiri jauh didepanku dan hanya mengerutkan alisnya bingung.

"Ada apa?" tanyanya dengan ekspresi masih sama.

"Bagaimana bi–"

"Sudah kubilang semuanya bisa disini" ia memotong dan akhirnya melanjutkan, "aku dan kamu menjadi korban, tapi aku sudah berpengalaman disini. Dan aku sudah pernah main disini selama sebulan. Dan kau, satu hari pun tidak" ucapnya lalu menjauh dengan berjalan.

"Ayo, jangan memperlambat waktu" aku segera berlari mensejajarkan tubuhku dengan tubuhnya. Berupaya agar kami dekat, aku berusaha mencari basa-basi.

"Bolehkah kau ceritakan apa yang terjadi? Sebelum itu, siapa namamu?" kata-kata tentang ceritakan apa yang terjadi itu sungguh diluar rencana. Aku hanya mengepalkan tangan dan berjalan lambat karena malu. Alhasil, aku berada dalam cm dibelakangnya.

"Tentu tidak, aku tidak bia menceritakannya. Dan namaku.. Leon"

Deg!

Bagaimana bisa lagi? Atau dia Leon yang aku kenal? Atau Leon yang tidak aku kenal. Tidak. Dia Leon yang tidak aku kenal. Bahkan wajahnya pun seratus persen tidak mirip. Hanya satu faktor yang aku tahu. Karena tidak hanya satu manusia pribumi itu, tapi berjuta jumlahnya. Bahkan bermilyar jiwa (?).

Kami berjalan tanpa sepatah kata. Ketika Leon itu sedang sibuk memotong rumput yang tinggi menghalangi jalan kami, ia terhenti. Membuatku yang berjalan menunduk dibelakangnya menabrak punggung besarnya.

"Aaww" aku meringis walau hanya pelan. Dan sepertinya terdengar olehnya, karena ia menggenggam tanganku.

Ia mematung, sama sepertiku. Saat ini, didepan kami terdapat sebuh rumah dengan semak-semak belukar yang membabi buta dijalan. Tapi, semak belukar itu tak menjadi halangan untuk kami berjalan maju mendekati objek didepan mata.

Sebuah rumah lumayan besar dan menjulang tinggi itu tepatnya arsitektur rumah kayu. Namun, warna cat yang mewarnainya berwarna emas. Bahkan semuanya emas. Dari jendela, pintu, jalan disekitarnya dan mungkin, barang yang ada didalam rumahnya pun emas.

Kami masih diam takjub. Tanpa berkata-kata. Mata kami hanya meniliti rumah itu secara seksama. Begitupun aku yang sangat serius sampai tidak sadar bahwa Leon sudah berjalan duluan didepanku untuk masuk kedalam objek itu karena hari sudah mulai gelap.

"Ayo masuk, gak ada pilihan lain ya" ucapnya berjalan mendahuluiku secara mengendap-endap dan menodongkan sebuah pedang yang sebenarnya aku tak lihat sebelumnya.

"Kamu gak tau ada rumah ini sebelumnya?" aku bertanya karena memang aku belum pernah berkunjung kedunia ini di alam bawah sadarku.

Ia hanya menggelengkan kepalanya. Juga matanya yang masih tertuju terkagum-kagum pada objek didepan mata. "Biasanya sih, kalo aku lewat jalan setapak ini hampir setiap hari rumputnya panjang, padahal setiap jalan kesini, aku selalu memotongnya. Itu sudah tidak asing lagi. Tapi, yang kutemukan biasanya adalah objeka pepohonan yang menjulang tinggi dan beberapa akar liar diatas tanah. Tapi kini.." ia memberikan jeda ucapannya, "ada sebuah objek yang menggiurkan mata"

"Terlalu berlebihan" ucapku ketus. Itu dibuat seketus mungkin. Karena ini pembalasan dia yang telah memperlakukanku dengan dingin tadi. Ah sudahlah..

Tapi, objek didepan mataku ini memang menggiurkan mata. Malahan, kalau kalian berniat menjualnya, kalian akan didatangi berjuta-juta orang kaya bahkan bangsawan yang akan membeli rumah itu. Kalian sangat beruntung. Jika kalian ingin membelinya, percayalah.. Siapkan beberapa koper berisi berjuta bahkan bermilyar uang asli.

Ini hanya rumah, yang dilapisi oleh cat emas yang amat mengkilap, terlihat seperti emas asli. Juga pintunya yang terbuat dari emas. Jendela emas, teras rumah tersebut pun emas. Mungkin itu memang emas sungguhan. Tapi, Leon disebelahku ini setengah terperengah setengah tidak percaya.

Tanpa ragu, ia melangkahkan kakinya untuk mendekati rumah itu. Rumah dominan emas itu dengan pagar emas segera ia buka. Namun, langkah gagah dan percaya dirinya pun lenyap seketika. Raut wajahnya pun yang awalnya berbinar kini hanya mengerutkan dalam alisnya. Tangannya bergetar hebat. Ia tertegun didepan pagar emas ini. Aku disini speechless* (?) tidak bisa berkata-kata. Semuanya dilapisi oleh emas. Semuanya. Dan ia yang mematung membuatku bingung.

Satu detik..

Dua detik..

Tiga..

Empat detik..

Lima detik!

"Kenapa sih?" aku bertanya dengan nada amarah yang cukup meluap. Meskipun ini terkesan lebay, tapi melihat aku mendeskripsikan ekpresi dan gerak-geriknya tadi itu dibilang sangat dramatis. Aku kesal dibuatnya menunggu meskipun dalam jangka lima detik itu. Kenapa aku marah? Aku juga tidak tahu alasannya.

"Aku.. Aku.." ia bergetar hebat sedangkan tangannya masih menggenggam erat sebagian pagar. Dengan wajah lumayan pucat itupun menambah rasa kebingungan serta khawatir sedikit muncul pada diriku. Bingung karena kenapa dia seperti itu. Khawatir karena dia berwajah pucat.

Seketika, ia berbicara dengan berteriak, "AKU TIDAK BISA MEMBUKANYA. KAN AKU KUAT!!"

Ternyata ia mematung karena tak bisa membuka pagar emas itu. Aku berjalan mendekatinya untuk membukakan pintu pagar yang ada disebelahnya.

Dengan sekuat tenaga aku mendorong pintu itu kedalam. Dengan keringat pula mengucur di dahiku. Aku terus mendorongnya dengan sekuat tenaga sampai titik darah penghabisan. Ini alay.

Aku menyerah. Nafasku tidak teratur seperti sehabis dikejar binatang buas dan melarikan diri. Ia hanya menatapku dengan menahan tawa dan disusul rasa iba saat aku menatapnya tajam.

"Aku pun tak bisa, bagaimana aku?" ia meledekku karena aku lemah. Tentu saja dia sama.

"Lo juga sama kali"

"Yaudah dorong bareng aja. Gak ada cara lain" ia mulai bersiap dengan mengatur nafas serta dadanya yang naik-turun. Lalu ia mencengkeram erat-erat salah satu bagian pintu pagar itu. Dan melirikku sekilas menandakan aku juga harus membantu.

Ketika kami siap mendorong, dengan sekuat tenaga, dua orang ini sesekali mengumpulkan banyak tenaga dan melanjutkan untuk mendorongnya.

Dan tiba-tiba..

Brak!

★☆★

Ini menjadi sejarah buatku karena berhasil menulis dalam 800-an words. Mugkin biasanya cuma sampe 40-50-an, kalo skarang memecahkan rekor sampe 800-an.

Yah.. Modalnya harus siap cape aja. Part yg kali ini aku buat ada 882 words. Ahh.. Menurutku pemecah rekor karn emg jarang bgt aku mau nulis panjang. Kekekekeke:v

Gak ada lagi yang mau dibahas karena semua yang mau dibahas sudah basi. Sebasi-basinya om telolet om. :v

Bye.

L (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang