Part 24

66.2K 2.1K 199
                                    

Rio pov

"Menikahlah dengan Mbak Anin Mas" ucapan Andira benar-benar membuat ku sangat marah.

Aku tidak berminat untuk menjawab pernyataan yang diberikan oleh Andira. Aku berdiri dari duduk ku dan berjalan kearah kaca apartemen ku yang menampilkan pemandangan gedung dan lampu-lampu yang menyala saat malam hari di kota Jakarta. Beberapa kali aku mencoba untuk menghembuskan nafas agar dapat meredakan emosi ku.

Saat dirasa aku sudah bisa menguasai emosi ku kembali, aku membalikan badan ku menghadap kearah Andira. Aku tepat berada didepan Andira yang sedang duduk sambil menundukan kepalanya. Ntah apa yang sedang ia pikirkan saat ini.

"Mau kamu apa Ra?" Tanya ku pada Andira, Andira hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan yang aku berikan untuknya.

"Dulu kamu dengan tegasnya meminta waktu untuk membuat saya jatuh cinta sama kamu. Dengan percaya dirinya dulu kamu melakukan segala hal agar bisa menarik semua perhatian saya meskipun kamu tahu saya mati-matian menolak segal bentuk perhatian kamu sama saya. Saat saya merasa kamu sudah memasuki hati saya secara perlahan-lahan tiba-tiba kamu menolak perjodohan orang tua kita. Takdir seolah-olah sudah menuntun saya untuk selalu mengarah sama kamu Ra. Lalu saat saya sudah yakin dengan kamu dan mencoba memperbaiki semua keadaan yang sudah membuat hubungan kita menjadi tidak baik, tiba-tiba sekarang kamu meminta saya untuk menikahi perempuan yang saat ini posisinya sudah kamu gantikan dihati saya. Sebenarnya apa mau kamu Andira?" Aku menatap Andira dalam dan tidak berusaha untuk mengalihkan pandangan ku dari Andira.

Andira yang sedari tadi menundukan kepalanya, sekarang ia sedang memandang kearah ku dengan mata yang sudah berkaca-kaca

"Jangan naïf Andira. Saya tahu betul kamu dibesarkan dengan sangat baik oleh kedua orang tua kamu. Tapi bukan seperti ini untuk membantu orang lain Andira! Saya tahu kamu wanita yang sangat baik, tapi apa harus dengan cara seperti ini saat kamu ingin menolong orang lain? Harus dengan cara mengorbankan perasaan kamu sendiri Andira? Harus dengan cara mengorbankan perasaan saya juga?" Nada bicara ku sedikit menaik saat ini.

Andira menangis. Bahunya bergetar dan sesekali keluar isakan dari mulutnya. Ia berjalan kearah ku sambil menangis. Saat ia sudah tepat berada dihadapan ku, Andira memandang ku sambil berusaha untuk meredakan tangisnya dan menghapus air matanya.

"Boleh Dira bertanya Mas?" Aku hanya terdiam tanpa berminat untuk menjawab pertanyaan yang ia ajukan.

"Apa Mas mencintai Dira?" Tanya Dira. Aku menghela nafas panjang. Apa Dira tidak mengerti apa maksud dari ucapan ku tadi?

"Andira, apa kamu bodoh? Atau pura-pura bodoh? Saya kira kamu cukup cerdas untuk mengartikan perkataan ku tadi Andira" Jawab ku dengan nada yang sangat ketus.

"Tapi dari perilaku Mas selama ini Dira dapat menyimpulkan bahwa Mas masih sangat peduli pada Mbak Anin dan Abi. Mas juga tidak pernah secara gamblang mengatakan bagaimana perasaan Mas pada ku. Saat aku menyatakan perasaan ku pada Mas, Mas tidak pernah membalasnya. Apa Dira masih pantas menyimpulkan sendiri bahwa Mas mencintai Dira?" Tanya Andira.

"Andira, dengar baik-baik. I LOVE YOU ANDIRA PUTRI PRATAMA! Saya ga pernah merasa seyakin dan segamblang ini dalam mengungkapkan perasaan saya Ra" Kata ku sambil menatap ke arah Andira.

Andira semakin mendekat kearah ku dan langsung memeluk ku dengan erat. Ia menumpahkan tangisannya dalam dekapan ku.

"Apa kamu masih meragukan saya Ra? Bahkan saya sudah dengan gamblang menyatakan perasaan saya sama kamu Ra" tanya ku saat tangis Andira mulai berhenti.

I LOVE YOU!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang