1.

263 12 8
                                    

Atmosfer di sekolah Jaya Bangsa terasa berbeda saat ini. Gadis dengan seragam olahraga berwarna biru terlihat terkapar lemas di lapangan yang panas. Berbeda dengan pemuda yang sedari tadi menatap gadis itu dingin.

Aldana Wulan, gadis dengan sejuta keceriaan, selalu berucap terus terang tanpa di sengaja, hidupnya terlihat bahagia namun tanpa mereka sadari kebahagian gadis itu tidak pernah ada.

Sedangkan pemuda yang berdiri dengan wajah dinginnya Irgi, ya lebih tepatnya Fatharigi Niko Arada. Siapa yang tidak kenal Irgi pemuda dengan wajah dingin dan angkuh, pemuda yang di kagumi oleh satu sekolah karena kegantengan yang ia miliki.

Alda terlihat memohon pada Irgi, tapi pemuda dingin itu malah membuang muka sambil menggumamkan kata Ck. Gadis itu menghela napas dalam-dalam lalu mulai bangkit, lututnya terasa sakit.

"Al, ya ampun lo kenapa?" teriak gadis dengan bandana merah jambu yang terpasang rapih di rambut panjangnya, siapa lagi kalau bukan Rosa atau yang sering di sapa Oca. Oca memicingkan matanya tajam ke arah Irgi.

"Lo lagi, kenapa sih lo ganggu sahabat gue terus, lo suka sama dia bilang!" Irgi tertawa mendengar kalimat yang Oca katakan.

"Suka? Gue gak pernah suka sama cewek perusak hubungan orang kayak dia, lo tanya kenapa gue ganggu dia terus? Karena gue benci dia yang merusak segalanya." ucap Irgi panjang lebar. Mereka menjadi tontonan seluruh murid SMA Jaya Bangsa namun tak ada yang mempedulikannya.

"Gue salah apa Kak sama lo, gue sendiri bahkan gak tau apa yang salah dari gue hingga membuat lo segitu benci sama gue." ujar Alda lirih. Gadis itu memejamkan matanya merasakan semilir angin berhembus di sekitarnya.

Irgi tersenyum miring, membuat satu sekolah bergedik ngeri. "Dasar bego! Perempuan gak tau malu, cukup bersikap sok polos."

Setelah mengatakan itu Irgi pergi meninggalkan lapangan. Sedangkan Alda masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Apa dia melakukan kesalahan? Atau dia pernah bertemu dengan Irgi sebelumnya? Semua pertanyaan itu membuat Alda pusing sendiri.

****

"Assalamualaikum, Alda pulang." ucap Alda sambil menaruh sepatunya di rak sepatu. Kakinya melangkah masuk kedalam pintu, bisa di lihat mamanya yang tersenyum lembut di sofa merah milik keluarganya.

"Eh say-loh kaki kamu kenapa berdarah gitu, dan itu astagfirullah lecet semua." histeris Lina-mama Alda-saat melihat luka di kedua lutut anak sulungnya. Rasa cemas bercampur dalam dirinya, ini hari pertama anaknya kembali sekolah namun di angkatan yang berbeda, tentu dia akan khawatir.

Alda terlihat berpikir lalu tersenyum tulus.

"Tadi pas olahraga Alda jatuh mah, ya udah Al ke kamar dulu ya." setelah mencium tangan Lina, Alda menaiki tangga meninggalkan Lina yang masih terlihat khawatir.

Pintu berwarna coklat itu terbuka memperlihatkan nuasa putih di dalamnya. Kaki Alda perlahan masuk dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur berukuran 100×200. Rasa lelah dan resah bercampur bergejolak dalam dirinya.

Siapa kakak yang tadi menaruh kaki di jalan sehingga dirinya tersungkur. Batin Alda sambil memijat kepalanya yang terasa pening.

Gadis itu bangkit lalu berjalan ke arah meja belajar, senyum tipis terukir tak kala melihat bingkai foto di atas meja.

"Alya gue kangen sama lo, lo gak kangen gue apa, di sana gimana seru gak? Seharusnya gue yang ada di sana bukan lo."

Setelah itu Alda menuju kamar mandi berniat mencuci mukanya. Ada apa dengan dirinya, mengapa dia begitu merasa lelah hari ini, otaknya begitu kosong dan sulit mencerna semuanya. Dia butuh Alya, kakaknya yang selalu ada untuknya, kakaknya yang begitu sangat menyanyanginya, dan kakaknya yang rela memberikan jantung untuk dirinya.

"Alda." panggil Alya saat melihat adiknya yang sibuk membaca buku.

"Ihh Alda, lo mah nyebelin. Gue mau cerita dengerin dong." rengek Alya sambil menguncang pundak Alda.

Dengan berat hati Alda menaruh bukunya di kasur, gadis itu mengubah posisi duduknya menghadap Alya yang terlihat bahagia.
"Kenapa?"

Satu kata itu membuat Alya mengerucutkan bibirnya.

"Gue udah manggil beberapa kali, tapi lo cuma jawab kenapa, nyebelin dasar." rengek Alya lagi.

"Iya iya, ya udah lo mau ngomong apa?"

"Lo tau gue habis di tembak sam-" " mati dong ya?" potong Alda dengan wajah polosnya.

"Gue serius da, bodo ah gue marah sama lo." tangan di lipat di dada, alya pun memalingkan wajahnya agar terlihat marah.

"Baperan dasar."

"Ihh Alda lo mah beneran bikin gue kesel, awas ya gak akan gue beliin buku lagi, awas!"

Mata Alda membulat seketika, wanita itu bangkit lalu merubah raut wajahnya menjadi sedih. Buku adalah dunianya dan itu gak bisa di ganggu gugat.

"Pliss ya, jangan dong lo tau uang jajan gue di potong mama, pliss ya." mohon Alda memelas.

"No! No! No!" dengan smirk jahil Alya berlari menjauh dari Alda yang ia yakini siap meledak.

"ALYAAA!!!"

Mengingat kejadian dimana mereka masih SMP dulu begitu Indah. Dimana mereka bercanda, tertawa, berbagi cerita bersama. Alda sempat berpikir andai saat itu dia tidak pergi mengejar seseorang yang telah mengisi hatinya, sehingga menyebabkan dirinya mengalami kecelakaan dan membuat Alya harus mendonorkan jantungnya. Dulu Alya selalu menjadi utama dari Alda, bahkan gadis itu pernah merasa iri pada kakak perempuannya, tapi bagaimana pun dia tetap menyanyangi Alya. Ketika Alya menang lomba nyanyi, Alda terseyum tulus walau dia tau ketika itu dia juga ingin menjadi juara. Ketika Alya di belikan ponsel baru, Alda hanya bisa terkekeh pelan meski dia tau bahwa dia juga ingin di belikan ponsel seperti itu. Ketika Alya pergi jalan-jalan bersama temannya, Alda pun ingin seperti itu tapi Ayahnya malan melarang dirinya. Dan ketika Alya memiliki banyak orang yang peduli, Alda hanya memiliki mama dan satu orang yang meninggalkannya namun tetap ia tunggu.

Kehidupannya selalu di permainkan takdir. Bagaimanan sikap ayahnya yang terkadang cuek, belum lagi rasa sakit di bagian hatinya. Membuat gadis itu hanya bisa bersabar.

Ya, Alda tau dunia itu kejam, dan Alda juga tau bahwa kebahagian yang selalu orang bicarakan tentangnya itu tidak pernah ada. That IMPOSSIBLE.

Di ingat lagi kejadian lama yang masih berbekas di hatinya. Mengingat orang di masa lalu yang meninggalkannya selama 2 tahun tanpa penjelasan. Dia rindu orang itu, tapi orang itu mungkin tidak pernah memikirkannya. Bahkan setelah dia tau orang itu pergi jauh. Dia rindu kakaknya, yang sudah berada di tempat tertenang di dunia, dimana ada kenyamanan di sana. Dia rindu ayahnya, yang hanya kembali 1 Bulan sekali karena pekerjaannya yang begitu sibuk di Aceh. Dia merindukan semuanya.

Ceklekkk.

Pintu kamar Alda tiba-tiba terbuka, membuat lamunan Alda buyar.

"Al, besok ayah pulang." Alda mengangguk kepada Lina.

"Iya ma, jam berapa ayah pulang?" tanya Alda.

"Sekitar jam 10 pagi Al, oh iya besok kamu sekolahkan, gimana kaki kamu masih sakit? Atau perlu mama panggil dokter?"

"Mama terlalu over, Alda gak apa kok, kalau gitu Alda mau tidur ma." setelah mengatakan itu Alda merebahkan tubuhnya lagi dan menarik selimut bermotif bunga hingga leher.

"Malam sayang, nice dream ya." pintu berwarna coklat itu langsung tertutup.

"Too ma."

Selajutnya hanya ada deru napas Alda yang sudah memejamkan matanya.

KIETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang