Seminggu kemudian...
Irgi dan ketiga sahabatnya tengah asik duduk di pojok kantin. Marul dan Bisma sibuk memakan nasi uduk sedangkan Irgi tengah bermain game di ponselnya. Lalu bagaimana dengan Yosan? Laki laki itu malah sibuk dengan buku fisika di tangannya.
Irgi, Marul, Yosan sudah berteman sejak SD, namun Bisma berteman dengan mereka sejak SMP. Keempatnya memiliki sifat yang berbeda, namun mereka juga memiliki kesamaan. Masa sulit selalu mereka hadapi bersama, seperti saat salah satu dari mereka mendapat hukuman yang lain ikut membantu.Bisma terlihat buru-buru meminum es teh manis di tangannya. Wajah pemuda itu sudah memerah menahan amarah. Irgi yang bingung mengangkat kedua alisnya.
“Gi parah ini parah.” ujar Bisma dengan wajah paniknya.
“Kenapa?” jawab Marul dan Yosan bersamaan. Keduanya saling pandang lalu membuang muka mereka kesal, Bisma sempat terkekeh namun dia mengembalikan wajah panik dan marahnya.
“Lo tau–” “Enggak.” sahut Marul sebelum Bisma melanjutkan ucapanya.
Bisma menggeram kesal “Gue serius!”
Pemuda yang sedari tadi diam berdeham membuat ketiga sahabatnya itu menengok kearahnya.
“Lanjutkan.”“Oke, jadi gini gue baru inget kalau pulang sekolah SMA Widyatama cari gara gara lagi.” ujar Bisma to the point.
“Maksud lo?”
“Mereka ngajak tempur lagi di tempat biasa.” Bisma mengakhiri ceritanya. Kini wajah Irgi yang berubah menahan amarah, pemuda itu bangkit dari kursi dan berjalan meninggalkan kantin. Begitupun Yosan dan Bisma, Marul yang baru sadar jika dia sudah di tinggalkan oleh ketiga temannya, dengan sekuat tenaga dia berlari mengejar mereka yang sudah menjauh.
“Anjirr!” gerutu Marul ketika kakinya tersandung meja. Semua anak yang ada di kantin tertawa keras melihat ekspresi Marul begitu konyol.
“Bakal gue inget ini kejadian.” setelah mengatakan itu Marul menghilang dari kantin.
****
Oca kesal karena Alda yang masih betah menulis di kelas, padahal jam pulang sekolah sudah berbunyi dari tadi. Mulut gadis itu terus saja bergerak karena mengoceh, tapi sahabatnya malah diam fokus ke papan tulis. Ya, Alda memang sengaja agar dirinya pulang lebih akhir, tapi dia tidak tau kalau Oca akan mengajaknya pulang bersama. Lagi pula tanggung jika dia tidak menyelesaikan catatan di papan tulis.
“Alda ihh, lo liat udah jam 13:45 artinya udah setengah dua lewat lima menit.” oceh Oca dengan menunjuk jam tangan berwarna merah di tangannya.
“Sebentar lagi Ca, sabar.” jawab Alda yang masih menulis.
“Sabar mbah mu, udah setengah jam lebih gue nunggu.” kekesalan Oca bertambah ketika Alda tidak menjawab ucapannya.
“Allll–”
“Iya iya, ini udah selesai.” potong Alda ketika dia sudah selesai menulis. Buku bersampul coklat dia masukkan kedalam tasnya. Oca bernapas lega, sebenarnya tadi niatnya ingin memarahi Alda, tapi tidak jadi karena sudah selesai, huhuhu.
“Ayo pulang.” ajak Alda yang memengang tangan Oca.
Mereka berdua berjalan beriringan meninggalkan sekolahan. Terkadang mereka bercerita hal lucu yang terjadi, menceritakan masa orientasi yang terjadi seminggu yang lalu.
Bukk... Gduggg... Plakkkk...
Alda menghentikan langkahnya ketika mendengar suara aneh. Oca pun sama seperti Alda. Keduanya saling melihat lalu mengangguk. Dengan hati hati mereka mengintip halaman belakang sekolah yang sepi. Mata mereka membulat saat melihat beberapa anak berseragam sama seperti mereka saling memukul, bahkan ada yang membawa kayu.
Oca langsung menarik Alda agar menjauh, namun usahanya gagal ketika Alda sudah berlari menuju tempat terjadinya adu jotos tersebut.
Orang orang itu tidak berhenti saling memukul walau Alda datang. Dengan rasa takut dan kemanusiaan Alda maju beberapa langkah menghadap laki laki yang tengah memengang kayu.
“Dia...” ujar Irgi begitu matanya bertemu dengan Alda. Pria itu berlari meninggalkan lawannya menuju tempat Alda.
Sedangkan Alda gemetaran sendiri, laki laki di hadapannya mengeluarkan smirk menyeramkan. Alda mundur beberapa langkah hingga dia tersungkur kebelakang dengan posisi duduk. Irgi yang melihat itu langsung menarik Alda berdiri. Tapi sayang, balok kayu itu terlebih dulu mengenai kepala Alda.
“Opss maaf Gi, dia cewek lo ya?” dari arah belakang seseorang berujar, Irgi refleks membalikkan tubuhnya bersama dengan Alda yang ada di pangkuaanya.
“R...rion!” gumam Alda. Membuat Irgi dan laki laki tadi menatap Alda bingung.
“Ka..mu R..ion.” Alda berusaha bangkit dan menghadap laki laki yang kini di ketahui bernama Rion.
Rion kaget melihat Alda.
“Lo.. Al–”Brukkk.
Baru saja Rion ingin menangkap tubuh Alda yang jatuh, tapi Irgi jauh lebih dulu menangkap tubuh Alda. Sehingga membuat Rion mengepalkan tangannya kuat.
“Jangan pernah lo sentuh dia Ion, gue gak akan biarin orang lain nyentuh apapun yang akan jadi milik gue!“ Irgi menekankan setiap kata yang ia ucapkan.
Marul, Yosan, dan Bisma menatap aneh ke arah Irgi. Tapi di hiraukan oleh Irgi yang sudah menggendong Alda menuju warung di depan sekolah.
Oca pun ikut berjalan di belakang Irgi.10 menit berlalu, Alda belum juga tersadar. Oca hanya bisa berputar di tempat tidak jelas.
“Eh curut, jangan muter terus pusing gue liatnya.” teriak Marul yang berada tidak jauh dari Oca. Gadis itu menghentakan kakinya kesal.
“Lo.” merasa ada yang memanggilnya Oca berbalik dan menemukan Irgi.
“Apa?”
“Lo tau rumah cewek sok polos inikan?” tanya Irgi membuat Oca mengeryit heran.
“Iya tau.” jawab Oca cuek, jangan kalian pikir Oca lupa dengan kakak kelas yang mengerjai Alda saat itu.
“Anterin gue kerumahnya, ikut gue ke mobil, Yosan lo bisa kan angkat cewek itu, gue gak napsu gendong cewek kayak dia.” ujar Irgi panjang lebar.
Yosan hanya tersenyum kecut.
Kalau lo emang gak niat, seharusnya lo biarin dia Gi. Batin Yosan.Dengan tulus Yosan menggendong Alda, lalu memasukannya kedalam mobil warna silver milik Irgi.
Mungkinkah dia menyukai wanita di dalam gendongannya. Entahlah Yosan merasa nyaman mendekap Alda, dia pun suka dengan sikap berani Alda tadi ketika menghadapi Putra. Benarkah dia menyukai Alda. Haha, tidak mungkin bukan anak penyuka buku seperti dirinya dapat menyukai seorang gadis. Apalagi gadis itu baru saja ia temui hari ini. Bahkan mereka tidak pernah mengobrol.“Nghhh.” lenguhan Alda mengagetkan Yosan. Pria itu langsung mengambil minum di tasnya. Bagaimana dengan Irgi? Pria itu hanya dapat memasang wajah datarnya.
“Akhirnya lo sadar.” kata Yosan bernapas lega.
Alda tersenyum, dia mencoba mencari posisi duduk yang enak. Dia hanya takut pria manis di hadapannya merasa risih karena tertidur di pundak pria itu.
“Emm ini dimana? Rion mana?” tanyanya pada Yosan.
“Lo di mobil gue, Rion yang lo cari mungkin mati!” jawab Irgi biasa.
Gadis itu berdecak kesal pada kakak kelas yang pernah membuat dirinya jatuh.
“Udah, ohh iya nama lo siapa?” tanya Yosan membuat Alda menatapnya lalu terseyum tulus.
“Aldana Wulan, panggil Alda aja.” Alda mengulurkan tangannya dan di balas oleh Yosan senang hati.
“Yosan Alvaro Putra, panggil Yosan aja”
Entah kenapa Alda tertawa ketika Yosan meniru kalimatnya tadi. Dengan bingung Yosan ikut tertawa. Dan dua orang yang berada di depan terlihat seperti tak di anggap.
“Uhukkk uhukkk!!” batuk sengaja yang di buat Irgi berhasil menghentikan tawa Yosan dan Alda.
Irgi sendiri tidak tau mengapa dia tidak suka kalau gadis yang paling ia benci tertawa karena orang lain.“Karena lo udah sadar, tunjukin alamat rumah lo.” kata Irgi dingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
KIETA
Novela Juvenil"Lo bilang benci gue? Tanpa lo bilang gue udah lihat kali dari mata lo." ucap Alda sambil menelan ludahnya. "Bagus deh, jadi gue gak perlu merasa iba ketika gue melakukan sesuatu ke lo!" balas Irgi sambil memasukan tangannya ke dalam saku celana. ...