Alda terdiam mengingat kejadian tadi sore. Setelah di antar pulang oleh kak Yosan dan temannya Alda di introgasi oleh ayahnya yang baru saja pulang. Mungkin itu hal biasa, tapi untuk Alda itu bukan hal biasa, bahkan dia menangis.
Setelah Alda turun dari mobil dia masuk kedalam rumah. Namun dia di kejutkan dengan wajah garang sang ayah. Ada rasa takut terbesit di hatinya saat ini.
"Dari mana kamu, pulang jam segini, kamu tau kan anak perempuan gak baik pulang sore!" bentak ayahnya.
Gadis itu tetap tersenyum tulus pada ayahnya. "Tadi ada masalah yah di sekolah."
"Masalah kata kamu! Itu kenapa jidat kamu berdarah? kalau di tanya jawab!" kini Alda meringis mendengar bentakan ayahnya yang lebih menyeramkan.
"Jatuh ya."
"Ck, udahlah masuk ke kamar sana, coba kakak kamu ada pasti dia gak akan kayak kamu, makin besar bukannya nurut malah ngelawan!"
Satu tetes air mata lolos keluar bersama isak kecil. Lina hanya bisa terdiam ketika anak bungsunya di perlakukan seperti itu. Dia tau bahwa suaminya sangat menyanyangi Alda melebihi Alya.
"Iya yah Alda masuk dulu, Assalamualaikum." Alda memasuki kamarnya setelah mencium tangan ayahnya. Gadis itu terisak di dalam selimut motif bunga miliknya. Hal yang paling Alda benci ktika dirinya di samakan dengan orang lain "Seseorang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi wajar ketika dia tidak bisa melakukan apa yang orang lain lakukan."
Di sinilah Alda berada, di balkon rumahnya. Duduk termenung merasakan kehangatan dunia. Laptop di hadapannya hanya sebagai figur saja. Dia mengangkat kepalanya ke atas memandang langit malam dengan beberapa Bintang dan Bulan.
"Lo tau gak Lya." kata Alda menatap Bintang dan Bulan.
"Lo seperti Bulan yang sinarnya selalu terlihat jelas di mata orang, sedangkan gue hanya Bintang yang menjadi bayang-bayang lo."
Suara dering ponsel mengagetkan Alda. Tangan gadis itu dengan lincah mengambil benda persegi panjang yang terus bergetar.
"Iya Ca kenapa?" tanya Alda pada orang dari ponselnya.
"..."
"Belum, jangan tanya gue, lo tanya anak di grup aja gue gak tau." kata Alda dengan wajah malasnya.
"..."
"Makanya kalau guru nulis lo juga nulis, lah ini malah main game, tuh tau sendirikan jadinya, huftt." dengus Alda kesal. Bisa di dengar Oca terkekeh di seberang sana.
Alda mengerucutkan bibirnya. "Diem gak ca! Jangan ketawa terus ca, ya ampun."
"..."
"Ocaaa! Udah ah gue mati-"
Tuttutt.
Sebelum Alda menyelesaikan ucapannya, Oca lebih dulu mematikan ponselnya. Dan kini Alda sangat kesal pada Oca.
Ting. Suara pesan masuk mengagetkan Alda kembali. Ponselnya pun hampir jatuh dari tangannya.
"Astagfirullah, ini siapa lagi?" tanyanya pada diri sendiri.
Noname: Hai da, inget gue?
- Siapa ya?
Noname: lo bener gak inget gue.
- Serius ini siapa? Ketik Alda kesal.
Noname: Siapa hayo 😈
- Ini siapa sih, to the point!
![](https://img.wattpad.com/cover/111093282-288-k504791.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KIETA
Novela Juvenil"Lo bilang benci gue? Tanpa lo bilang gue udah lihat kali dari mata lo." ucap Alda sambil menelan ludahnya. "Bagus deh, jadi gue gak perlu merasa iba ketika gue melakukan sesuatu ke lo!" balas Irgi sambil memasukan tangannya ke dalam saku celana. ...