Episode #1

34 1 0
                                    


'Pip... pip... pip...' alarm digitalku berbunyi pada pukul 07.00

"Hoammm...."

Aku Alvan Stanford. Umurku 17 tahun. Aku tinggal di sebuah rumah yang lumayan mewah yang dulu ditempati oleh sebuah keluarga kecil dengan 3 anggotanya. Dan sekarang tersisa satu anggota keluarga.... Orangtuaku, meninggal karena sebuah kecelakaan ketika mereka ingin berbulan madu di sebuah hotel di dekat pegunungan yang indah.

Namun, sebelum mereka sampai terjadi sebuah bencana alam. Yaitu, longsor...

Mereka meninggalkan seorang anak yang masih berumur 11 tahun... Karena aku anak tunggal jadi aku tinggal sendirian. Untung ayahku dulu adalah seorang pengusaha yang cukup ternama, dan sekarang perusahaan itu dijalankan oleh pamanku karena umurku yang masih muda dan.... Ah, sudahlah aku jadi curhat kita lanjutkan ceritanya.

"Dimana busnya..? Aku bisa terlambat kalau begini...." Aku melihat ke arah jam tangan yang menunjukan pukul 07.45

"Hei, Alvan... selamat pagi..."

"Oh, selamat pagi Nicholas..."

"Hosh.. hosh.. Kukira aku terlambat, dimana busnya...?"

"Hm? Ada disana..." aku menunjuk ke arah bus yang kebetulan sudah tiba

"Wah, sepertinya aku datang tepat waktu. Ayo naik..."

"Sepertinya aku yang kerajinan..."

'Brum...'

Aku mengambil earphone dan mendengarkan musik sambil bersandar di jendela bus dan menikmati sejuknya udara. Aku tinggal di negara yang beriklim dingin bahkan di jam ini matahari terlihat belum terbit.

"Ini bulan November ya...?"

"Belum, ini masih Oktober tapi sudah mendekati november. Memangnya kenapa?"

"Bukan apa apa. Kalau sudah sampai sekolah bangunkan aku, mau tidur sebentar..."

"Hah?! Memangnya kenapa? apa kamu begadang semalaman?"

"Yah, seperti itulah aku tidak bisa tidur..."

"Mungkin kamu terkena Insomnia. Kamu harus hilangkan stress, banyak olahraga, minum air putih, dan makan makanan yang bergizi. Juga minumlah coklat panas kalau kamu masih belum bisa tidur juga. Karena, itu bisa membuat pikiranmu lebih rileks. Ingatlah i...tu."

"Zzzzz.... zzzz...."

"Dasar payah..."

«.......*.......»

"Hei, bangun... bangunlah wahai pangeran tidur...."

"Zzzz.... zzzz...."

"Hah, ALVAN BANGUN....!!! KEBAKARAN...!!!"

"Hah?! Ke.. kebakaran? Dimana...?!"

'Krik.. krik.. krik..'

"Haha... haha... haha..." semua teman tertawa mengejekku. Ini akibat dia temanku yang sangat sangat menjengkelkan ini...

"Ukh... terima kasih Nicholas Edward sahabatku yang terbaik karena sudah membangunkanku..."

Senyum terpaksa. Rasanya aku mau muntah ketika aku mengatakannya. Aku sangat ingin membalasnya....!!

"Sama sama wahai sahabatku... Ayo! Kita ke kelas sebelum terlambat."

"Hmm..."

[ Elementary School: Servant XI ] adalah nama sekolahku. Sekolah Elite yang hanya menerima murid yang berotak cerdas dan berkantung tebal ini adalah sekolah yang unik karena selalu berganti angka setiap adanya kepala sekolah yang baru. Dan kepala sekolah itu adalah anak dari kepala sekolah sebelumnya dan seterusnya begitu pun dimasa mendatang....

Aku mengambil beberapa barang di loker dan menaruh earphone yang tadi kukalungkan di leher ke dalamnya. Dan menuju ke kelas. Oh iya, orang menyebalkan yang kusebut sebagai sahabat tadi namanya Nicholas Edward dia adalah temanku dari kecil dan kebetulan aku dan dia tetangga juga murid yang sama di sekolah ini. Dan dia masuk melalui setengah prestasinya dan sisanya adalah karena Ayahnya. Sementara aku hampir sepenuhnya karena meskipun aku sudah pintar tetap ada biaya kan..?

Aku dan dia berbeda kelas dia di Xb dan aku ada di Xc

"Sekarang adalah pelajaran Sejarah... merepotkan..."

«.......*.......»

"Baiklah sekian untuk hari ini, jangan lupa Pekerjaan rangkuman hal 124 sampai 132. Dikumpulkan Lusa. Sekian..."

"Hah, selesai juga..."

'Kring... kring... kring...'

Bel istirahat sudah berbunyi sekarang adalah waktunya untuk bersantai di Perpustakaan. Karena aku benci keramaian dna biasanya aku disana mendengarkan musik, membaca buku, atau bahkan tidur disana...

Namun, ketika beberapa langkah keluar dari kelas ada temanku dari kelas sebelah siapa lagi kalau bukan Nicholas

"Hei, Alvan ayo kita ke kantin..."

"Aku gak mau, gak lapar..."

"Memangnya siapa yang ajak kamu makan, aku ajak kamu ke kantin bukannya makan..."

"Lalu? Maksudmu aku disana hanya menontonmu makan saja. Huh..?!"

"Haha... haha... aku hanya bercanda. Sudahlah ayo ikut saja aku traktir deh..."

"Hmm..."

Begitulah dia, temanku Nicholas. Ketika aku merasa sedih atas kehilangan orangtuaku dia berusaha untuk menghiburku. Dan sedikit demi sedikit perasaan sedihku berkurang. Meskipun aku selalu berkata kasar tapi dia tetap menemaniku, dan sering sekali dia juga bertingkah menyebalkan terhadapku. Tapi, bukan karena hanya dia pastinya juga semua dukungan dari orang sekitarku...

"Oh iya, kamu tadi mau kemana?"

"Aku tadi mau ke Perpustakaan lalu dihadang oleh sesosok monster yang paling menyebalkan yang pernah ada di sekolah ini..."

"Haha... itu tidak lucu..."

"........"

Kami berjalan melalui koridor menuju kantin dan entah kenapa aku merasa aneh. Tadi, seorang gadis baru saja melewatiku dan aku merasa pernah bertemu. Rasanya aku kenal, rambut hitam itu...

"Hei, kau sedang lihat apa..."

Tidak mungkin, sepertinya aku salah orang. Mungkin hanya perasaanku saja...

"Ehem, kau sedang melihat siapa...?"

"Ah, tidak. Bukan apa apa..."

"Dia siapa apa kamu kenal..?"

"Mungkin aku salah orang."

"Aku baru melihatnya, apa dia murid baru disini ya...?"

"Yah, itu mungkin saja...."

«.......*.......»

"I Will Protect You..."Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang