satu

7.7K 482 7
                                    

Gue membuka tirai jendela kamar, matahari pagi sudah mulai menyinari pagi ini.

Gue melihat laki-laki tampan yang masih tidur dengan lelap. Wajahnya terlihat damai saat tidur.

"Hey..." Kata gue sambil menoel-noel pipinya, tapi itu sama sekali tidak membangunkannya.

"Lay, bangunlah. Ini udah pagi," Kata gue sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya.

Kalau tidak ia tak akan bangun. Ia mengerang karena tidurnya diganggu.

"5 menit lagi aku bangun.." Kata Lay dengan suara beratnya yang khas.

Gue hanya menghela nafas saja, ia selalu membuat alasan seperti itu. Lebih baik gue membuat sarapan saja.

Gue memulai membuat sarapan untuk gue dan Lay. Tapi, gue dikejutkan dengan Lay yang tiba-tiba memeluk dari belakang.

"Yaampun. Kamu bikin kaget ajadeh." Kata gue

Lay hanya menyengir tak berdosa,"Haha. Kan udah sering masa tetep kaget juga.." Kata Lay

Gue hanya memutarkan bola mataku,"Ck, lepas ih. Nanti susah nih mau buat sarapannya."

Lay hanya cemberut setelah mendengar protesan gue. Ia lalu pergi keruang tamu untuk menonton TV.

"Lay. Sarapan dulu"

Lay lalu beranjak menuju ruang makan.

"Kamu hari ini kerja pulang jam berapa?" Tanya Lay

"Sekitar jam 4." Kata gue

"Oke, ntar aku jemput,"

Gue hanya mengangguk saja lalu membereskan piring kotor untuk tadi kita sarapan tapi Lay mencegatku.

"Biar aku saja. Tidak ada penolakan." Kata Lay tegas

"Kamu siap-siap aja untuk pergi ke kantor sana," usir Lay

Gue hanya mendengus geli dan menuju kamar untuk berganti baju.





















----










Lay emang bukan pria kaya, yang bisa membelikan apapun untuk gue.

Lay adalah orang dari kalangan yang hidup serba berkecukupan, ia yatim piatu. Kita udah saling mengenal sejak 2 SMA.

Saat Lay datang kerumah untuk melamar, Ayah sempat takut kehidupan gue nanti akan susah, tapi Lay berhasih meyakinkan Ayah bahwa putrinya tak akan mengalami hal itu.

Lay adalah orang yang pekerja keras, ia bekerja sebagai Wedding Photograper.

Dan sedangkan gue, Hana Wijaya bekerja di perusahaan Desain grafis.

Kita tinggal di apartemen yang kecil saja, ini semua usaha dari Lay, Lay benar-benar membuat keluarga gue percaya bahwa ia bisa menafkahi gue

Tapi, kita menunda mempunyai momongan, itu karena ekonomi kita belum cukup untuk itu.

Ayah dan Ibu mengerti alasan kita dan tetap memberikan dukungan untuk gue dan Lay.

"Han...kamu udah siap?" Kata Lay dari balik pintu

"Ntar Lay, aku keluar bentar lagi." Kata gue

Akhirnya gue siap dan keluar dari kamar, Lay melihat gue dengan pandangan terkesiap.

"Kau cantik..." Kata Lay

Gue tersipu, dia ini kenapa sih buat jantung anak orang dipagi hari jadi ga baik.

Lay tertawa melihat gue malu-malu seperti ini. Padahal ini bukan pertama kalinya Lay memuji.

Lay mengacak rambut ku membuat gue kesal, ialah orang udah rapi juga.

"Lay... Ih. Rusah kan jadinya."

"Iya, sini aku betulin." Lay membetulkan rambut yang ia berantakin tadi.

"Nah. Dah cantik nih."

"Cup." Lay mencium bibir gue dengan cepat membuat gue membulatkan mataku dan memukulnya.

Ck. Ni orang kadang emang nyebelin akut.

----

Jangan lupa vote and komennya❤️

My Wife ; LAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang