Alyssa berlari dengan cepat, berusaha menghindar dari Carlrio. Ia malas berlama-lama berurusan dengan pemuda itu. Setibanya di koridor, Alyssa terpaksa menghentikan langkahnya. Kakinya kembali terasa sakit akibat insiden yang baru saja terjadi.
“Kenapa setiap kali gue ketemu cowok itu, pasti ada aja masalah?” gerutunya pelan sambil berjalan terpincang-pincang menuju kelas. Tatapan heran dari siswa-siswi di sekitarnya tidak dihiraukannya. Alyssa sudah terbiasa dengan perhatian seperti itu, meski ia sendiri tidak tahu apa yang membuat mereka selalu memperhatikannya.
Saat berbelok di koridor, tiba-tiba seorang gadis ambruk tepat di depannya.
“Eh, maaf! Kamu gak apa-apa?” tanya Alyssa, panik. Ia berpikir mungkin tanpa sengaja telah menabrak gadis itu.
“Aku gak apa-apa, Kak. Tenang aja, ini bukan salah Kakak,” jawab gadis itu lemah sambil memegangi kepalanya. Wajahnya tampak sangat pucat. “Kepala aku pusing banget, mungkin itu sebabnya aku jatuh tadi.”
“Kelas kamu di mana? Biar Kakak antar,” tawar Alyssa. Ia segera membantu gadis itu berdiri. Namun, baru beberapa langkah, gadis itu kembali limbung. Untung saja Alyssa sigap merangkulnya, sehingga ia tidak jatuh lagi.
“Kelas X IPA 2, Kak,” jawab gadis itu lirih. Alyssa memandangi wajahnya yang semakin pucat, tampak jelas gadis itu tidak dalam kondisi baik.
“Muka kamu pucat banget. Lebih baik Kakak bawa kamu ke UKS,” usul Alyssa.
Gadis itu tidak membantah, hanya mengangguk pelan. Rasa pusing yang semakin berat membuatnya setuju untuk beristirahat di UKS dulu daripada memaksakan diri masuk kelas. Alyssa pun membantunya berjalan perlahan menuju ruang kesehatan.
Alyssa membantu gadis itu berjalan. Dengan wajahnya yang pucat, Alyssa khawatir gadis itu bisa ambruk lagi kapan saja. Ia merasakan ada yang mengikuti mereka, namun ia memilih untuk mengabaikan perasaan itu karena ia tahu siapa orang tersebut.
***
Setibanya di UKS, Alyssa menyuruh gadis itu duduk di atas kasur. Gadis itu memegangi kepalanya yang terasa sangat berat, seolah ada sesuatu yang menekan dari dalam.
"Kamu udah sarapan?" tanya Alyssa dengan lembut. Gadis itu tersenyum tipis, bibirnya tampak pucat, ia menggelengkan kepala.
"Gak ada, Kak. Aku lupa sarapan. Apa mungkin karena semalam aku tidak makan dan belum sarapan tadi, makanya kepala aku jadi pusing begini?" jawabnya. Alyssa menggeleng pelan, mengerti akan situasinya.
"Pantas saja wajah kamu pucat. Tunggu di sini sebentar, ya?" kata Alyssa, melipat tangannya di dada. Melihat sikap Alyssa, gadis itu mengerutkan dahi, merasa ada yang tidak beres.
"Apa yang Kakak ingin lakukan…"
"Keluar! Lo pikir gue nggak tahu kalau lo dari tadi mengikuti gue?!" teriak Alyssa tiba-tiba dengan nada dingin. Gadis itu terkejut, bertanya-tanya apa yang terjadi pada kakaknya.
"Mika, gue bilang keluar! Lo nggak dengar?" hardik Alyssa. Beberapa detik kemudian, seorang pemuda berkulit hitam manis muncul dari balik pintu UKS dengan senyum lebar.
"Peace, Lyss," ucap pemuda itu, yang ternyata adalah Mikaiel.
"Gue udah bilang kalau gue nggak akan bolos. Kenapa lo masih mengikuti gue? Sebagai hukuman, lo harus membelikan adik kelas lo ini roti dan teh di kantin. Uangnya pakai uang lo. TITIK!" Mikaiel melongo, terkejut dengan perintah tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil [Revisi]
ActionIfy adalah gadis remaja berusia 17 tahun yang tampak biasa saja di luar, tapi menyimpan sebuah rahasia besar. Meskipun berdarah asli Indonesia, ia memiliki sepasang mata biru cemerlang-sesuatu yang sangat langka dan dianggap aneh oleh orang-orang di...