[ Chapter 5 ]

8.8K 353 2
                                    

Sore itu Alyssa hanya di kamarnya saja. Ia tidak ke panti asuhan seperti selalu. Ya, tiap pulang dari sekolah, Alyssa pasti akan ke panti asuhan bareng Mikaiel untuk main bersama anak-anak di sana. Kebetulan Alyssa juga tidak punya adik dan tidak punya teman, hanya anak-anak panti asuhan itulah yang mampu membuat hari-hari Alyssa tidak sepi lagi.

Tapi sekarang, selain ia punya anak-anak panti asuhan yang sudah ia anggap seperti adik sendiri, ia juga punya Zahra. Sang adik kelas yang ia bantu beberapa hari yang lalu. Ia tidak tahu kenapa ia dengan begitu mudah meminta gadis itu menjadi temannya. Apa karena sudah terlalu lama berakting menjadi kutu buku sehingga dia bisa merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Zahra?

Pandangan Alyssa yang tadinya sayu karena mengingat nasib Zahra, berubah setelah mengingat bahwa 'si cowok es' ternyata adalah sepupu Zahra. Seorang pemuda yang beberapa hari ini sering sekali membuatnya kesal. Mengingat wajahnya saja sudah membuat Alyssa ingin meninju pemuda itu karena terlalu kesal!

Tidak ingin memikirkan pemuda itu lagi, Alyssa memilih untuk tidur.

"Ify!" baru saja Alyssa ingin menutup matanya, ia tiba-tiba dikejutkan dengan bunyi pintu yang dibuka dengan sangat kasar berserta suara cempreng seseorang yang sangat ia kenal. Alyssa menahan dirinya dari melakukan sesuatu yang buruk pada orang itu.

"Sabar Fy, sabar," Alyssa mengelus dadanya lalu memandang tajam pada seorang gadis yang kini sudah bertengger di kasurnya seraya memamerkan deret giginya yang tersusun rapi seolah-olah tidak melakukan apa-apa kesalahan.

"Lo tau nggak lo udah gangguin gue? Dan sekarang lo masih bisa tersenyum lebar seperti itu? Cari masalah lo sama gue?!"

"Judes amat, Fy. Padahal gue datang dengan sangat tenang ke sini,"

"Apa? Lo bilang tenang? Tadi lo teriak memanggil nama gue, terus lo buka pintu kamar gue kayak lo ingin mengajak tawuran. Dan itu yang lo bilang lo datang dengan tenang, Ke?" gadis itu, Keke, cengengesan. Alyssa memutar bola matanya kesal. Sepertinya hari ini bukanlah hari di mana ia bisa mendapatkan ketenangan tanpa ada gangguan sedikit pun!

"Hehe...maaf Py. Gue ke sini karena gue ingin mengajak lo ke mall. Udah lama kita nggak ke mall bareng," Keke membuat puppy eyes. Bukannya luluh dengan tingkah sok imut Keke, Alyssa malah membalikkan badan lalu mula menutup matanya lagi,  mencuba untuk tidur semula.

Keke cemberut seraya menggosok tangannya. Ya, kamar Alyssa sangat dingin. Meski baru beberapa menit berada di dalam kamar itu, Keke merasakan tubuhnya seperti membeku. Ditambah hujan deras, udara di kamar itu terasa semakin dingin seolah-olah mereka berada di dalam peti pendingin. Keke melihat AC di kamar Alyssa, seketika ia kaget karena suhu AC itu adalah yang paling rendah. Keke menggeleng melihat Alyssa yang dengan sangat tenang tidur tanpa memakai selimut. Gadis iblis itu sepertinya benar-benar cari mati!

"Ke! Kenapa lo ubah suhunya?!" marah Alyssa. Keke mengelus dada karena terkejut. Ia meletakkan remote control AC tadi ke tempat asal.

"Dingin Fy! Gue masih muda, gue masih jomblo, gue belum menemukan jodoh gue, gue masih mau hidup."

"Memangnya siapa yang menyuruh lo tinggal di kamar gue?"

"Gak ada sih tapikan gue ingin ke mall bareng lo. Makanya gue stay. Ayolah..."

"Gue malas, Ke. Kalau lo mau ke mall kenapa nggak mengajak kakak lo aja? Kenapa malah gue yang lo ajak?" Ify mencuba tidur semula meski suhu kamar tidak sedingin yang ia inginkan.

"Kak Iel nggak mau Fy. Ada panggilan di markas katanya jadi nggak bisa menemani gue ke mall. Ayolah, Fy." Keke tetap memaksa meski Alyssa sudah menolak.

The Devil [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang