2 (The Thunder is Coming)

1.7K 113 0
                                    

"Kau pulang bersama siapa Des?" Tanya Pak Sehun.

"Naik bus pak"
"Bodoh, mana ada bus malam-malam seperti ini. Pulang bersama saya saja"
"Maaf pak? Maksudnya?"
"Tidak dengar? Masuk ke mobil"
.
Aku diam saja, aku masih shock karena aku diantar oleh bossku yang tampan ini. Aku ingin memanggilnya dengan sebutan "kak", karena sesungguhnya dia adalah seniorku di kampus. Ia adalah mahasiswa semester 4 fakultas seni dan sastra juga. Tampan, tinggi, putih, badannya proporsional, dadanya bidang, setiap wanita pasti tergila-gila padanya. Sadarlah Desita, kau sudah memiliki Kai yang oke, tidak kalah tampan, hanya sedikit "gelap" saja 😁 tapi dia sexy dengan kulit tan-nya.
.
"Sebentar saya mau mampir Indomaret, menitip sesuatu?"
"Ehm tidak usah pak, saya tunggu di mobil saja"
"Yasudah"
.
Aku masih melihat pundak dan punggung bidang nan proporsional itu sampai di suatu titik aku melihat wanita keluar dari mobil yang kukenal. Tidak salah lagi itu mobil Kai, pacarku. Dan wanita itu? Astaga ia adalah wanita yang kemarin kulihat. Dan Kai mengikutinya, mereka hendak kemana? Gedung di sebelah Indomaret ini gedung apa sampai-sampai mereka masuk berdua?
.
Degg..
.
Hotel? Pegangan tangan? Berpelukan? Astaga, ciuman bibir? Bibirku saja tidak pernah disentuh oleh Kai. Badanku gemetar, tak terasa air mata sudah menetes tanpa izin, sialnya Pak Sehun masuk mobil dan aku tidak menyadari hal itu. Apa kalian pikir ia menenangkanku? Tidak, ia malah langsung tancap gas. Apa ia tidak mengetahui bahwa aku menangis? Sepertinya ia tak tahu, buktinya ia langsung tancap gas saja tanpa berkata apapun.
.
Line
Kai: Met tidur Desita sayang
Desita: Kau dimana?
Kai: di rumah lah memang mau dimana lagi? Ini sudah hampir tengah malam ay.
read
.
Sial, dia benar-benar membohongiku? Apa salahku? Aku tidak pernah bertengkar dengannya, bertengkar juga mungkin hanya ribut kecil dan lucu-lucuan. Selingkuh? Mana mungkin, aku sudah sangat bersyukur ada lelaki seperti Kai yang mau menerima keanehanku ini. Lalu apa maksud dari semua ini sehingga ia bermain di belakangku? Aku masih diam, HP sengaja kumatikan karena malas melihat chat dari Kai. Sampai lagi-lagi aku tak menyadari kalau aku dan pak Sehun sudah sampai di depan rumahku.
.
"Mau ikut saya pulang?"
"Apa pak?"
"Turun, kau sudah sampai di rumahmu"
"Oh sudah sampai ya Pak? Maaf pak, terima kasih sudah diantar pulang"
"Besok kau kuliah sampai jam berapa?"
"Jam 12 pak. Ada apa ya?"
"Langsung ke café, pegawai jam 12 ada yang izin. Tidak ada penolakan. Sampai besok"
.
Antara egois, otoriter dan entah apa istilah yang pantas kuberikan kepada bossku ini karena ia dengan seenaknya menyuruhku seperti itu. Tapi pikiranku masih berkecamuk dengan kejadian tadi, siapa wanita itu? Aku memasuki kamarku, dan setelah membersihkan diriku aku terduduk dan lagi-lagi memikirkan hal itu, aku pun menangis lagi karena ada rasa sakit yang kurasakan di dadaku saat ini.
.
"Papa dimana ma?"
"Sudah berangkat ke kantor"
"Ini masih setengah 7 pagi ma, kenapa papa berangkat bekerja sangat pagi?"
"Sibuk, ada urusan"
"Mama kenapa? Habis menangis ya? Mama bertengkar dengan papa? Mama juga lemas, mama sakit?"
"Tidak apa-apa, sudah habiskan sarapanmu nanti kau terlambat. Kau naik bus lagi kan?"
"Mama tak ingin bercerita kepada Desita?"
"Cerita apa? Mama tidak apa-apa kok sayang"

.

~Di kampus~
"Guys, aku ingin bicara"
"Bicara saja, tak usah alay"
"Aku akan pindah ke Belanda"
"Serius? Kapan? Sampai kapan?"
"Besok, dan sepertinya aku tidak akan kembali ke Indonesia"
"Kau akan pindah ke Belanda dan kau tidak cerita apapun kepada kita?"
"Dengarkan aku dulu! Orang tuaku juga mendadak berkata padaku, aku mencari waktu yang tepat tapi aku selalu tak tega"
"Jangan pergi Res, apakah kau meninggalkanku hanya berdua bersama Desita? Aku tak mau"
"Kalau kau tak mau pergi saja sana". Sahutku ketus pada Gea. "Diamlah, kalian membuatku semakin tidak ingin pergi. Hal seperti ini yang membuatku berat meninggalkan kalian... Hiksss"
.
Tangis kami pecah, kami bertiga berpelukan layaknya Teletubbies yang sedang berkumpul.
.
Jadi kemarin adalah pertemuan terakhir kami bertiga. Dan sialnya aku tidak bisa mengantar Resti ke bandara karena aku harus bekerja. Pikiranku kalut, mulai dari Kai yang mendadak susah dihubungi setelah tragedi kiss scene di depan hotel sebelah Indomaret, lalu sekarang Resti pindah ke Belanda. Mataku sambab, kepalaku pusing karena menangis dari semalam, dan hari ini aku menangis lagi. Sudahlah, aku harus melanjutkan pekerjaanku
.
Prang...
.
"Kerja yang bener dong. Karyawan tak punya mata. Dimana bossmu? Akan kulaporkan kau kepada bossmu"
"Maaf kak, saya tidak sengaja, lagi pula kakak juga jalan sambil lihat HP jadi kita sama-sama salah"
"Eh membantah konsumen?"
"Maaf, ada apa?". Pak Sehun tiba-tiba menghampiri. "Anda boss disini?"
"Iya saya pemilik café ini, ada apa ya?"
"Anda beri pelajaran kepada karyawan ini, kalau jalan itu pakai mata jangan pakai dengkul, lihat ini bajuku kotor terkena tumpahan minuman"
"Tapi pak, kakak ini juga salah, dia...". Aku menyela dengan maksud membela diriku
"Masuk!"
"Maaf pak?"
"Saya bilang masuk"
"Bagus, pecat saja karyawan tak becus seperti gitu"
"Maafkan kesalahan kami, kami tidak akan mengulanginya lagi"
.

Lengkap sudah penderitaanku hari ini. Tubuhku terasa semakin lemas, kepalaku semakin pusing. Aku cepat-cepat pulang daripada melihat wajah bossku yang menjengkelkan tapi tampan itu. Aku berjalan menuju halte, tapi mengapa halte yang kutuju terasa sangat jauh? Aku lelah, lebih baik aku mampir dulu ke Alfamart membeli minuman.
.
Di depan Alfamart ini ada café baru ya? Mengapa aku baru menyadarinya? Eh sebentar. Kai? Bersama wanita itu lagi?
.
Telfon
"Kai, kau dimana? Tolong antarkan aku pulang dong"
"Sorry aku tak bisa. Aku mengantarkan mamaku ke rumah koleganya. Urusan bisnis katanya"
"Oh gitu, yasudah, hati-hati ya. Salam ke tante"
.
Sialan, dia selingkuh di belakangku. Kepalaku benar-benar berdenyut dan sangat sakit, tapi, loh, kok gelap???
.
"Sayang..."
"Mama? Mengapa aku ada di kamar?"
"Kalau sakit bilang dong sayang, kau pingsan di pinggir jalan. Untung ada temanmu yang mau menolong dan mengantarmu pulang"
"Pingsan? Teman? Siapa namanya ma?"
"Aduh mama lupa tidak menanyai namanya. Yang penting kau sudah tak apa sekarang. Mama bikinkan bubur ya"
"Jam berapa ini ma?"
"Jam 7, ada apa?"
"Ya ampun ma aku kan kuliah, kalau jam segini aku tidak akan dapat bus ma"
"Tidak usah kuliah dulu lah, istirahat saja"
"Desita tak apa ma, Desita mau mandi dulu ya ma"
"Yasudah mama antar ya, mama ke kantor agak siang jadi mama bisa mengantarmu dulu. Tapi naik motor ya. Mobil mama sedang berada di bengkel"
.
Sebenarnya aku bisa naik motor tetapi aku pernah membuat mama celaka ketika kubonceng. Aku tidak bisa melupakan kejadian itu. Aku takut mencelakai mama dan orang-orang di sekitarku lagi sehingga kuputuskan untuk tidak lagi mengendarai motor semenjak saat itu. Aku pergi ke kampus diantar oleh mamaku dan tentu saja aku masih sangat lemas.
.
"Kau pucat sekali nyai? Apa kau bekerja lembur lagi?"
"Tidak"
"Bertengkar dengan Kai?"
"Jangan bahas dia"
"Kenapa?"
"Aku akan melabraknya nanti, dia selingkuh dengan wanita lain"
"Benarkah? Apa aku tidak salah dengar? Mungkin kau hanya salah faham"
"Tidak, aku yakin. Kau jangan coba-coba membelanya, Gea!"
"Ampun nyai"

.

Plak...
"Desita! Apa maksudmu menamparku?"
"Br*ngs*k! Kau bilang sedang mengantar mamamu tapi kenyataannya kausedang berkencan di café dengan wanita lain!"
"Apa-apaan kau ini?"
"Jagan pura-pura bodoh! Lalu kemarin kau bilang ada urusan diperusahaan papamu, ternyata kau pergi ke hotel bersama wanita itu! Kau pikiraku tidak tahu, hah? Apa maumu sekarang?"
"Oh baguslah kalau kau sudah mengetahuinya. Apa kau bertanya apamauku? Mauku kita putus! Aku heran, apakah kau tidak sadar bahwa saat ini kausudah jatuh miskin? Kasihan sekali kau ini"
"Miskin? Maksudmu?"
"Jadi orang jangan terlalu bodoh, salah sendiri kau tidak mau tahuurusan bisnis, jadi dengan mudahnya aku memanfaatkanmu. Hahaha"
"Astaga, kau! Pergi kau dari sini!"
"Aku juga sudah benci padamu. Bawel, cerewet, dulu aku mau denganmuhanya karena orang tuamu yang kaya dan pastinya bisa memberi keuntungan kepadaperusahaan papaku, tapi sekarang, kalian bangkrut, apa yang kuharapkan darikeluargamu? Tubuhmu? Tidak ada untungnya! Hahaha..."
.
Kai melenggang pergi begitu saja sedangkan aku masih diam terpaku, tubuhkugemetar, aku ingin menangis tapi rasanya air mataku tak mampu lagi keluar darimataku. Kakiku lemas, aku terjatuh di padang rumput belakang kampus. Bodoh, itusatu kata yang bisa mewakili diriku sekarang. Memang ini salahku tidak mengertiapa-apa tentang bisnis. Tapi tunggu, papa mamaku bangkrut?    






TBC
Minta tolong vote dan comment nya ya. Terima kasih 😊

My (Various) Tears [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang