6 (You Are My Eyes)

1.3K 92 2
                                    

Telfon
"Halo, ada apa kak?"
"Kau tidak ke café kan hari ini?"
"Tidak, hari ini jadwalku libur. Apa kau mau mempekerjakanku dengan paksa pak boss?"
"Kalau iya gimana?"
"Calon suami macam apa itu?"
"Bercanda sayang. Des, mainlah ke rumahku. Sekalian aku minta tolong sesuatu"
"Minta tolong apa kak?"
"Bawakan aku bubur ayam di sebelah gang rumahmu, kau sudah berani naik motor kan?"
"Oke, eh kakak sakit?"
"Tidak, sudah bawakan saja jangan cerewet. Cepatlah, aku merindukanmu"
.
Sesungguhnya aku mengetahui dengan pasti bahwa kak Sehun saat ini sedang sakit, aku sudah hafal dengan suaranya ketika sedang sakit.
.
Tetapi memang pada dasarnya ia tak pernah ingin melihatku khawatir. Ia juga tak suka melihatku bersedih atau menangis, setiap aku akan menangis dia langsung memelukku dan memberikan rasa nyaman padaku. Ia tidak ingin melihat air mataku jatuh.
.
~Di rumah kak Sehun~
"Kak, kau pucat sekali. Kita ke dokter yuk, aku antar, tapi karena aku tidak bisa naik mobil, kita naik Uber saja ya"
"Tidak usah, suapi aku bubur itu saja. Itu buburnya sepertinya mulai dingin"
"Oh iya aku lupa kalau aku membawakanmu bubur. Tumben sekali kau manja"
"Agar kau belajar menjadi istri yang baik"
"Sorry ya, selama aku hidup sendiri, aku bisa mandiri, aku bisa melakukan apapun sendiri dengan tanganku"
"Jangan berbicara seperti itu, aku tidak suka"
"Eh maafkan aku kak"
"Kau sedang merindukan mereka ya?"
"Sangat kak, aku sangat merindukan mereka. Mama, papa, Resti, Gea bahkan kalau boleh aku juga rindu pada Kai. Aku merindukan momen dimana aku masih bahagia"
"Aku bilang aku tak suka melihatmu menangis. Sini"
.
Kak Sehun memelukku. Sekarang aku tepat berada di sandaran ternyamanku, di dada bidang milik kak Sehun. Tapi tunggu, ada apa dengan detak jantung kak Sehun? Dan mengapa badan kak Sehun gemetar?
.
"Aarrggghhh..."
.
Ku lihat kak Sehun melonggarkan pelukannya terhadapku dan mulai meremas dada kirinya. Ia mulai meringis kesakitan dan keringat dingin mengucur dari keningnya.
.
"Kak, kau kenapa? Dadamu sakit lagi? Aku bisa membantu dengan apa?"
"Ambilkan...obatku"
"Ini kak... Kak, ke rumah sakit yuk. Kau sakit apa sebenarnya? Kak aku takut"
"Ja...ngan menangis. Tenang...lah"
"Bagaimana aku bisa tenang melihatmu kesakitan seperti ini? Kakak diam saja akan kupesankan Uber sekarang. Kita ke rumah sakit ya kak. Please"
.
Selama di perjalanan, kugenggam tangannya erat, kupeluk dia, kusandarkan kepalanya di pundakku, sekarang aku yang harus menguatkannya. Tetapi setelah aku tahu kenyataan tentang penyakitnya, aku menjadi sedikit kecewa.
.
"Mengapa kakak tidak pernah cerita kalau kau mengalami kelainan jantung?"
"Buat apa cerita kalau aku masih bisa hidup seperti sekarang, toh masih ada obatnya"
"Kau menganggapku sebagai apa kak? Aku merasa jadi manusia paling bodoh yang tidak pernah mengetahui apapun. Aku tak tahu rahasia Kai, aku juga tidak memahami masalah pekerjaan mama dan papa, aku tak tahu niat busuk dari Gea. Please jangan tambahi lagi ketidaktahuanku"
.
"Maafkan aku sayang"
"Aku...takut...kakak meninggalkanku"
"Dengarkan aku. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu sampai maut yang membuatku pergi darimu atau kau yang pergi dariku. Kalaupun aku harus pergi lebih dulu tolong jangan berpikiran bahwa aku meninggalkanmu. Aku akan selalu ada untukmu, di hatimu, entah bagaimana caranya. Tetapi kau harus berjanji untuk melanjutkan hidupmu dengan bahagia bahkan lebih bahagia dari sebelumnya, dari ketika kau masih bersamaku. Aku hanya akan menunggumu di surga, nanti kita akan bertemu disana"
"Arah bicaramu semakin ngawur kak. Sudah-sudah. Kita pulang saja. Aku akan memasakkanmu sesuatu"
"Kece sekali calon istriku yang satu ini, tapi ada yang kurang kece sih, gara-gara kita harus naik Uber"
"Kali ini kita tidak naik Uber kok kak"
"Lalu?"
"Naik Grab"
"Lah sama saja -_-"
.
~Keesokan harinya di café~
"Cepat sedikit Desita"
"Tunggu sebentar, aku belum selesai membersihkan semuanya. Memangnya kita mau kemana sih?"
"Aku ingin mengajakmu ke tempat romantis"
"Jangan gombal deh kak"
"Yasudah aku berangkat sendiri saja"
"Seperti jomblo sejati pergi sendirian ke tempat romantis, tanpa pasangan"
"Iya juga sih. Ah tapi biarlah"
"Ih kok ngambek? Dimana jaketmu? Malam ini dingin kak"
"Tertinggal di rumah. Sudah cepatlah"
.
~Di mobil~

"Kak, kau benar-benar tidak mengenakan jaket? Aku ingin meminjamkan jaketku tapi pasti terlalu kecil untukmu. Lagi pula badan kakak yang terlalu besar sih"
"Ya kau itu yang terlalu kecil"
"Walau kecil begini tapi kau suka kan?"
"Eh mengapa kau bisa gombal sekarang?"
"Kan kakak yang mengajariku"
.
Perdebatan yang sebenarnya sangat tidak penting seperti itu selalu menghiasi hari-hariku bersama kak Sehun. Di dalam mobil kak Sehun terus menggenngam tanganku. Dan tiba-tiba tanganku dibawa ke dada kiri kak Sehun. Eh tapi tunggu, mengapa genggaman tangan kak Sehun semakin erat?
.
"Kak, Kau tidak apa-apa?"
.
Astaga, aku menoleh ke arahnya dan perlahan ia menggigit bibir bagian bawahnya karena menahan sakit namun genggaman tanganku masih belum dilepaskan olehnya.
.
"Kak, aku harus bagimana? Apa yang bisa kulakukan? Kita berhenti dulu kak, tolong. Jantungmu sedang kambuh. Please kak, aku takut. Berhentikan mobilnya"
.
"Aku...tidak kuat...la...gi Des"
"Kak awas di depan ada truck!"
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
BRAAAAAAAKKKKKKKKKKKK....
.
Aku dan kak Sehun mengalami kecelakaan, mobil kita bertabrakan dengan truck yang melaju dari arah kiri. Sepertinya aku berada di rumah sakit sekarang. Aku sudah ingin sekali bangun dan membuka mataku. Tapi seluruh badanku terasa kaku dan sakit bukan main. Apakah badanku masih utuh? Atau ada bagian dari tubuhku yang sudah tidak menempel dari ragaku? Dan, kak Sehun, kak Sehun ada dimana?
.
"Des, Desita. Bangun sayang. Apa kau tidak ingin membuka matamu? Aku merindukanmu, sudah 3 hari ini kau tidur, apa kau tidak lelah?"
.
Apakah itu suara kak Sehun? Syukurlah dia selamat dan masih hidup. Aku lelah kak. Aku ingin bangun dan memelukmu. Memastikan keadaanmu. Tapi tubuhku tak bisa kukendalikan. Aku mencoba mengerjap-ngerjapkan mataku dan membukanya perlahan.
.
"Des, Desita? Kau sudah sadar? Akhirnya kau membuka matamu sayang"
"Kak..."
"Ya sayang"
"Tolong nyalakan lampunya"
Deegg...
"Maksudmu apa sayang? Ini siang hari, bahkan semua lampu di ruangan ini juga menyala"
"Aku tak bisa melihat apapun kak, semuanya gelap. Hiks... Kak tolong aku"
"Aku panggil Dokter dulu ya, sebentar"
"Sayang, aku takut, aku buta ya?"
"Diam dulu, jangan panik, aku sudah memanggil dokter. Sabar sayang"
.
Hari itu penuh kata sayang. Tapi apakah kita bahagia? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Karena sekarang aku tidak bisa melihat, aku buta. Beberapa hari setelah aku keluar dari rumah sakit, aku diantar oleh kak Sehun ke kampus karena aku akan meminta izin cuti sementara. Aku menunda skripsiku karena kondisiku yang saat ini seperti ini. Aku akan menunggu donor mata dan semua ini dibiayai oleh kak Sehun. Rasanya aku ingin mati saja, menyusul papa dan mamaku. Aku tak tahan dengan semua cobaan yang datang kepadaku silih berganti.
.
"Hei, jangan menangis"
"Apakah orang yang buta juga mengeluarkan air mata ketika menangis? Kupikir kau tak akan mengetahui aku sedang menangis"
"Bicara apa kau ini?"
"Aku serius bertanya padamu"
"Aku tidak mau membahas tentang itu"
.
Kami duduk di sebuah kursi. Mungkin tatapan mataku lurus kedepan namun sama sekali tak terlihat setitik cahayapun olehku. Kurasakan tangan kekar kak Sehun mulai menyibak poni rambutku dan mengusap kepalaku dengan lembut.
.
"Kak, kau tidak akan memecatku kan?"
"Tidak"
"Tapi bagaimana caraku bekerja?"
"Kau masih bisa bernyanyi kan? Bernyanyilah, nanti aku akan mengiringi dengan alat musik seperti biasanya"
"Benarkah? Apa kau tidak keberatan?"
"Tentu saja tidak"
"Terima kasih kak"
.
"Des, aku akan menjadi matamu, aku akan menjadi tangan dan kakimu, aku juga akan menjadi tubuhmu. Aku yang akan membantumu. Saat kau senang, susah, aku akan selalu ada untukmu. Jangan pernah merasa sendirian. Aku tidak suka itu. Kalau kau masih berpikiran seperti itu, tandanya kau tidak menganggapku ada disini"
.
"Apakah kakak yakin? Seharusnya aku yang mengurus kebutuhanmu, lalu bagaimana caraku berbakti padamu saat aku menjadi istrimu jika aku buta seperti ini?"
"Sebentar lagi kau pasti mendapatkan donor mata sayang. Secepatnya"
.
Sudah 3 bulan aku hidup dalam kegelapan. Aku sudah mulai terbiasa. Aku terbiasa berjalan di rumahku tanpa menabrak, aku terbiasa berjalan di café juga tanpa menabrak. Aku mulai bisa memperhatikan dan mengontrol langkah kakiku sendiri dengan bantuan tongkat. Aku tetap berusaha untuk tidak manja dan tidak bergantung kepada orang lain. Aku strong, dan semua ini karena kak Sehun.






TBC   
Minta tolong vote dan comment nya ya. Terima kasih 😊

My (Various) Tears [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang