Perduli

6 0 0
                                    

***

Sang malam sudah melelapkan dirinya tak nampak lagi di lelangitan. Hari ini seperti biasa,ah tidak,ini sudah seminggu sejak Tara harus pergi bersama dengan Nata. Namun ia tak seperti beberapa hari yang lalu,Tara sudah bangun bahkan sebelum alarm melaksanakan tugasnya.

Tara dan Nata sekarang berada di mobil Nata dan sedang dalam perjalanan ke Grecory University. 

"Huh.." Tara menghembuskan kasar napasnya,hingga Nata bisa mendengarnya.

"Ada apa ? Apa kamu tidak senang saya jemput seperti ini ? Tentu kamu tidak senang,saya pun tidak senang bila harus seperti ini terus" ucap Nata dengan ketusnya.

"Haha..bukan seperti itu sir Nata,saya sedang merindukan seseorang,seharusnya saya mengunjunginya hari ini,tapi sepertinya tidak bisa." Jawab Tara dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Tenang saja,kekasihmu itu pasti juga sedang merindukanmu."ucap Nata dengan pedenya.

"Memangnya aku menyebut kekasih ? Aku tidak merindukan orang lain,aku hanya merindukan ibu dan ayahku." Ucap Tara dengan agak sedih,meningat dirinya yang memiliki nasib kurang beruntung dalam hal keluarga.

Tara tanpa sadar bila Nata mendengar perkataannya ,padahal ia sudah berusaha bebicara sepelan mungkin agar tak nampak lemah didepan siapapun.

"Kenapa kamu tidak menelpon mereka saja bila kamu merindukan mereka ?"

"Jika aku tahu caranya maka sudah aku lakukan sedari dulu. Apa aku harus mengirim surat melalui celah-celah tanah yang menimbun mereka." Ucap Tara dengan mata yang sudah berbinar-binar.

Nata mengerem mobilnya secara mendadak,yang membuat kening Tara menyentuh sesuatu didepannya.

"Aww..anda tidak bisa menyetir ya Sir Nata ?" Tanya Tara sambil mengelus keningnya yang memang tampak agak memar.

"Ah..maaf,apa maksudmu bahwa mereka telah tiada ?" Tanya Nata dengan sebegitu penasarannya.

Nata begitu heran,bukankah Tara masih memiliki seorang ayah,orang yang telah menandatangani surat beasiswa yang diraihnya.

"Ah apa ? " ucap Tara tak percaya bila dosen killer yang ada disampingnya ini mempertanyakan hal itu padanya.
~apa dia bodoh ? Atau hanya berpura pura bodoh ? Kenapa dia masih tidak mengerti ? MENYEBALKAN~batin Tara.

"Bukankah,bila ingin mendapatkan beasiswa di Grecory University harus memiliki izin dan tanda tangan keluarga ? "Tanya Nata sambil mengerutkan keningnya.

"Bagaiman saya menjelaskannya ya,ah baiklah,saya akan mulai bercerita,tapi saya harap Sir Nata tidak memberitahukan hal ini kepada siapapun,termasuk Shelly sekalipun,apa sir Nata mau berjanji ?" Ucap Tara sambil menyodorkan jari kelingkingnya,terlihat seperti anak kecil memang.

"Haruskah ?" Tanya Nata dan hanya dibalas angukan dari Tara. Nata pun yang tidak bisa menahan rasa keponya pun menuruti permintaan Tara.
"Baiklah,saya janji." Nata menyambut jari kelingking Tara.

"Jadi begini,saya sudah kehilangan orang tua saya sejak saya berumur delapan tahun. Karena umur saya yang belum mencapai kata dewasa,saya harus dititipkan kepada paman saya. Paman saya adalah seorang pemabuk berat,dan selalu pulang malam dalam keadaan mabuk. Saya selalu dipukuli olehnya." Ucap Tara yang tidak bisa lagi menahan tangisnya.

"Saya berusaha keras untuk mendapatkan beasiswa ini,bukan karena apa,saya ingin menjauh darinya,saya lelah bila harus tinggal bersamanya lebih lama lagi. Mengenai tanda tangan itu..itu bukanlah tanda tangan ibu dan ayahku,maupun pamanku. Itu merupakan tanda tangan dari tukang bengkel tempat saya bekerja paruh waktu dulu."

Can I ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang