Berani

15 1 0
                                    

***

Tara membaringkan tubuhnya di kasur berukuran small miliknya.
Kasur dengan bed cover bergambar Sherlock Holmes berwarna biru itu berhasil membuatnya nyaman.

Barulah Tara ingin melelapkan dirinya ke alam mimpi,matanya kembali terbuka.

Ia mengambil sesuatu dari saku celananya..ya,sapu tangan milik Nata.

Siapa sangka bila benda sesederhana itu berhasil membuatnya senyum-senyum tak karuan seperti orang gila.
~Dia sedang apa ya ? Apa dia tidak meminta sapu tangan ini kembali ? Sapu tangan miliknya begitu wangi,aku menyukainya~batin Tara dengan tersenyum tanpa sebab.

"Tidak..tidak..kenapa juga aku harus memikirkan dosen killer seperti dia. Aku rasa aku tidak waras." Ucap Tara berusaha mengelak dari realita bahwa dia memang memikirkan orang itu.

Tara terus menerus menatap sapu tangan milik Nata tersebut. Ia menatapnya begitu lama,selama itu pula ia tersenyum.

Mungkin bila ia masih tinggal bersama pamannya,pastilah pamannya akan memukuli dia dan menyuruh dia bekerja dan mencari uang daripada tersenyum seperti itu terus.

Entah karena sapu tangan itu atau karena Nata yang begitu perduli padanya yang berhasil membuatnya begitu bahagia,atau justru keduanya ?

Tara membasuh dirinya dengan air hangat,karena memang suhu disana sedang dingin.

Seusai membersihkan diri,Tara mengirimkan Nata pesan. Pesan ? Apa gadis ini sudah gila? Angin mana yang membuatnya seberani ini terhadap dosennya itu,ataukah setan mana yang merasuki dirinya hingga seberani itu.

Berulang kali ia menghapus kata yang telah diketiknya,ketik lagi hapus lagi,itu sudah dilakukannya sebanyak dua puluh lima kali. Hingga akhirnya ia pikir menemukan kata yang pas.

"Selamat sore Sir Nata." Tak butuh waktu lama,pesan itu telah terkirim.

"Selamat sore ? Ahh..apa aku ini sudah gila ? Hah..bagaimana ini ? Tara bodoh,dia pasti akan berpikir bahwa aku sok akrab,hah..bagaimana ini ?" Ucap Tara menyesali perbuatannya itu. Dengan rasa panik yang melebihi orang yang baru saja menabrak nenek tua.

"Hah..tapi setidaknya ia tidak membacanya,lagian memangnya aku siapa dia,hingga dia akan membaca dan membalasnya." Lanjut Tara berusaha menenangkan dirinya.

Sekitar sejam lamanya pesan tersebut telah terkirim,bunyi notifikasi dari hp Tara berhasil membuatnya terkejut. Ya,saat itu Tara sedang sibuk membaca buku'Psikologis: macam bentuk phobia'.

Dibacanya lah pesan dari orang diseberang sana,yang telah berhasil membuatnya senyum senyum sendiri.
"Selamat sore,ada apa ?"

Mata Tara membulat sempurna,siapa sangka ternyata orang itu membalas pesannya.
"Ahhh"teriak Tara hingga membuat ibu inangnya,Ny. Puff,yang sedang membuat roti dibawah terkejut.

"Ada apa nona Tara ? Apa ada masalah ?" Teriak Ny.Puff dari bawah.

"Ahh..tidak ada apa-apa Ny.Puff,maaf bila aku mengejutkanmu."balas Tara dengan wajah memerah karena malu.

Ny.Puff pun melanjutkan membuat roti,ya,toko roti sebelah merupakan toko roti milik Ny.Puff. Tara harus bekerja di toko roti tersebut,yang setengah gajinya itu dipakai untuk biaya tempat tinggal.

"Apa ini benar ? Ini bukan mimpikan ?" Tara mencoba meyakini dirinya sendiri dengan mencubit pipinya sendiri.

"Aww..tidak sakit itu artinya ini bukan mimpi? Tapi aku harus balas apa ?" Ucap Tara yang kembali dilema. (Yang bercetak tebal merupakan pesan dari Nata)

Can I ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang